Mohon tunggu...
Indah Yulianti_12
Indah Yulianti_12 Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

no trying to stop, no stoping to try

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Metode Pembelajaran Kewarganegaraan

4 Mei 2020   16:44 Diperbarui: 21 Juni 2021   02:17 1194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto bersama dosen kewarganegaraan--dokpri

Apa yang saya dapatkan setelah mengikuti mata kuliah pancasila dan kewaarganegaraan serta setelah bergumul dengan Bapak Edi Purwanto,M.Si. Dosen yang telah menjadi fasilitator saya dalam perkuliahan pancasila dan kewarganegaraan selama dua semester ini, yakni ganjil dan genap ?

Pada suatu hari, saat mata kuliah dimulai yakni pada tanggal 26 Agustus 2019, kami menunngu sangat lama sekali karena dosen pengampu pancasila tidak  kunjung datang. Tepat pukul 07.45 ada seseorang yang masuk ke dalam kelas dan beliau mengatakan bahwa bapak Edi sedang keluar kota dan tidak bisa hadir pada hari itu. 

Akhirnya beliaulah yang akan menggantikan bapak Edi pada saat itu untuk melakukan kontrak kuliah, hingga dua minngu berturut-turut barulah pada minggu ketiga kami baru tahu kalau yang selama ini masuk ke kelas kami adalah bapak Edi. 

Baca juga :Mengaktifkan Kembali Pendidikan Moral Pancasila

Itupun kami tahu dari penjelan beberapa kakak tingkat kami. Sangat jarang sekali bahkan belum ditemui seorang dosen yang seperti itu.

Kita tahu bahwa pelajaran pancasila dan kewarganegaraan sudah menjadi materi pokok sejak kita berada di bangku Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Akhir (SMA), bahkan sampai di bangku Kuliahpun masih bertemu dengan mata kuliah tersebut. 

Tidak jarang jika banyak siswa ataupun mahasiswa yang bosan dengan mata pelajara atau mata kuliah tersebut terutama saya, karena yang kita pelajari itu-itu saja diantaranya yakni:

  • Pancasila sebagai dasar negara
  • Hubungan negara dan Islam
  • Identitas nasional
  • Negara Vs Kewarganegaraan
  • Konntitusi negara
  • Pluralisme Vs Multikulturalisme
  • Demokrasi di Indonesia
  • Hak Asasi Manisia
  • Otonomi daerah dsb.

Baca juga : Nilai-nilai Pancasila dalam Kehidupan Sehari-hari di Masa Pandemi

Melalui silabus seperti di atas tersebut, kita di tuntut untuk belajar lebih mendalam lagi tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan pancasila maupun kewarganegaraan. Membuat makalah serta presentasi. 

Belajar bersama dengan bapak Edi membuat para mahasiswa bisa sedikit santai, karena pada dasarnya belajar itu tergantung dari individu masing-masing, serta kesadaran dari mahasiswa tersebut. 

Jika mahasiswa itu merasa bahwa ia memiliki tanggung jawab dan kewajiban yang harus ia penuhi, maka otomatis ia akan melaksanakan kewajiban tersebut. 

Walaupun banyak dan rata-rata kebanyakan para dosen killer yang menekan mahasiswanya untuk tahu dan faham terhadap materi yang diberikan tanpa ada penjelasan dari dosen tersebut. Sehingga kadang kalanya akan membuat batin mahasiswa tertekan dan sampai berfikir untuk berhenti di tengah jalan (putus kuliah).

Setiap dosen memiliki metode mengampu yang berbeda-beda. Selama saya belajar pancasila dan kewarganegaraan, tidak pernah sekalipun suka akan pelajaran tersebut di kelas sering tidur bahkan ngobrol dengan teman sebangku diwaktu ujianpun tidak pernah belajar. Namun pada saat kuliah, sedikit ada perubahan yang awalnya tidak suka sedikit demi sedikit mulai menyukainya. 

Baca juga : Demokrasi Pancasila Pada Masa Orde Baru

Dari sinilah saya sadar bahwa jika ingin menyukai mata kuliah harus lebih dahulu suka terhadap dosen pengampunya, karena dosen tersebutlah yang akan memandu kita harus bagaimana dan melakukan apa agar kita mampu memahami mata kuliah tersebut.

Semester pertama berakhir, beralih semester dua. Siapa sangka, ternyata masih bertemu lagi dengan mata kuliah kewarganegaraan sert dosen yang sama. 

Ternyata Tuhan menakdirkan kami untuk belajar bersama bapak Edi lagi. Nah disemester inilah kami belajar untuk lebih percaya diri tampil di depan umum, serta tidak berpedoman pada silabus akademik. 

Mahasiswa menjadi lebih leluasa menyampaikan apa yang ingin ia sampaikan melalui makalah apa saja yang ingin disampaikan kepada teman-temannya. 

Mahasiswa juga tidak khawatir mengenai masalah deadline pengumpulan tugas, karena pada saat masuk sudah ditentukan serta siapa yang siap untuk presentasi. Metode pembelajaran yang tidak terlalu monoton seperti itu lebih banyak diminati dan disenangi masiswa.  

Bersama bapak Edi, kami yang tidak suka menulis dituntut untuk menulis beberapa hal yang masih berhubungan dengan pancasila maupun kewarganegaraan baik itu di blok atau kompasiana masing-masing yang menyajikan informasi dan pengetahuan yang bermanfaat bagi pembaca. Serta juga diadakan kajian tentang penulisan karya ilmiah walaupun sedang berada ditengah  pandemi covid’19.

Namun, saat dalam kelas, terkadang kami tidak benar-benar didampingi karena sering kali dosen pengampu datang terlambat. Walaupun dengan cara seperti itu memberikan kekuasaan penuh pada mahasiswa untuk berbicara serta memberikan pengetahuan yang ia pelajari dan fahami kepada teman-temannya. 

Namun, bagaimanapun terkadang apa yang disampaikan itu kurang sempurna sehingga juga butuh pembenahan dari fasilitator tersebut untuk meluruskan sebagian kajian yang kurang selaras yang telah ditulis dan tertuang dalam makalah mahasiswa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun