Mohon tunggu...
Indah Kusuma
Indah Kusuma Mohon Tunggu... Penulis - Penulis wattpad

Menulis adalah saat dimana aku bersenang-senang dengan kata. Menuangkan alur kehidupan yang mengalir dalam imajiku, bagai candu yang tak berkesudahan.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mustika Nyi Roro Kidul (2)

4 Juli 2019   22:12 Diperbarui: 4 Juli 2019   22:19 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wattpad : imajindah

BAB 2 : 

"Allahu Akbar!" Putra terbangun. Tubuhnya liar mengais kesadaran yang seolah terlempar di tengah lautan. Dedaunan kering, tanah, dan gelap, dia masih berada di tengah belantara Alas Purwo. Sendiri. Tak ada bayangan hitam, kerajaan bertakhta emas-permata, atau ....

"Bunda!" Napasnya tersengal, dia terbatuk, lalu memutar pandang, berusaha menemukan alat penerang yang sebelumnya terpegang.

Putra berdiri ketika melihat senter tergeletak di arah jam dua. Buru-buru dia melangkah, mengambil penerang bertenaga baterai. Masih menyala, itu bagus. Dia punya cahaya untuk menemukan jalan. Sorot senter mengarah ke kanan dan kiri. Di saat itulah dia menyadari posisinya semula, di bawah pohon besar yang mungkin berusia ratusan tahun. 

Putra meraba pangkal leher. "Liontinnya?"

Mustika peninggalan sang ayah telah lenyap. Mimpi atau nyata? Hal tak masuk akal yang mau tidak mau harus dia percaya. Bagi Putra, itu sulit. Ini pengalaman pertamanya. Dunia gaib Alas Purwo, yang selalu digembar-gemborkan paranormal, hampir merenggut nyawanya.

"Bunda ... benarkah dia ... ah, tidak! Pasti hanya halusinasi." Dia enggan menerima sekelumit peristiwa dari alam bawah sadarnya. Putra mempercepat langkah, mencari jalan keluar untuk kembali ke pos Pancur. Dia harus menanyakan kebenaran tak masuk akal itu kepada ratu rumahnya.

***

Seratus meter dari mulut Gua Istana, di dahan pohon besar, seorang gadis duduk mengayunkan kaki. Helai sutra putih yang dia kenakan, melambai tertiup angin malam. Rambut panjang yang berkibar, menjadi tempat bermain sepasang kunang-kunang. Tubuhnya berbinar, meski tak seterang purnama, tapi cukup menjadi cahaya bagi hewan-hewan kecil di sekitarnya. Senyum tipis sesekali menghias wajah ayunya. Mata indah berlensa cokelat berkedip, memancarkan asa yang menyeruak dalam sanubari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun