Mohon tunggu...
Indah Gayatri
Indah Gayatri Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Rayakan Perbedaan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Wakaf Produktif untuk Memberdayakan Petani

14 April 2021   19:41 Diperbarui: 14 April 2021   19:52 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi petani di sawah (Foto: ramadhani rafid on unplash.com)

Masalah utama petani Indonesia bersumber dari hasil produksi yang tidak mencukupi kebutuhan hidupnya. Karena biaya produksi tinggi, sedangkan harga jualnya sangat rendah.

Harga komoditas pangan jatuh saat panen menjadi faktor yang berkontribusi pada rendahnya tingkat kesejahteraan petani. Seperti anjloknya harga gabah atau beras pada Maret-April atau saat panen tahun ini.

Belum lagi, rendahnya nilai tukar petani (NTP) yang membuat petani kerap menjerit karena merugi.

Oleh karena itu, perlu ada upaya untuk membenahi kondisi petani. Pemberdayaan petani ini pun harus mengacu pada problem yang dialami. Sehingga benar-benar tepat sasaran dan menyelesaikan dari akar masalahnya.

Dan, wakaf produktif bisa menjadi salah satu instrumen sosial yang digunakan untuk membantu mengentaskan kemiskinan petani di Indonesia.

Gagasan itu setidaknya sudah dicoba oleh Global Wakaf-ACT, Yayasan Penguatan Peran Pesantren Indonesia (YP3I), dan Gema Petani melalui program Wakaf Sawah Produktif (WSP).

Ketiganya berkolaborasi untuk mengelola wakaf tunai dari para dermawan guna membantu meningkatkan kesejahteraan petani. Salah satunya dengan cara yang terintegrasi mulai dari pembibitan hingga pasca panen.

Dengan program WSP, petani mendapatkan bantuan mulai dari bibit unggul. Intervensi wakaf dimulai dari bibit yang digunakan adalah jenis HMS700, yang mana dalam satu malai dapat mencapai 700 bulir.

Lalu dalam pemeliharaan, para petani juga diberikan biaya dan akses untuk mendapatkan pupuk. Sehingga, kualitas padi terjaga dan mendapatkan hasil maksimal. Kemudian, hasil panen petani itu akan dibeli oleh ACT dengan harga yang layak.

Dalam tahap akhir, hasil panen tersebut akan didistribusikan ke masyarakat prasejahtera agar mereka tidak kesulitan pangan selama pandemi. Sehingga bisa dikatakan, kebermanfaatan WSP ini terintegrasi satu sama lain, mulai dari pembibitan hingga pasca panen.

Ikhtiar program WSP untuk membantu petani itu pun mulai menunjukan hasilnya. Sawah yang didanai dari wakaf itu sudah mulai panen. Diantaranya, project WSP di Dusun Tumpangsari, Desa Jiyu, Kecamatan Kutorejo, Mojokerto.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun