Mohon tunggu...
Konstan Aman
Konstan Aman Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis, Petani dan Guru Kampung (PPG)

Pewarta suara minor dari kampung.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Survive: Cara Petani Sawah di Kampung untuk Tetap Bertahan

9 April 2024   09:12 Diperbarui: 9 April 2024   09:16 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret kondisi padi sawah yang terendam air (dokumentasi pribadi)

Musim hujan pun tak urung reda. Namun para petani sawah di kampung tetap siaga dengan kondisi dan pertumbuhan padi di sawah. Ada yang sementara bertumbuh, ada yang sudah mulai berbuah, ada yang sudah dalam keadaan menjelang mengetam dan ada pula yang sudah harus diketam.
Setiap usia padi yang tumbuh hingga mengetam menurut ilmu pertanian tentu diperlakukan secara berbeda dan tentunya membutuhkan asupan yang baik entah itu pemupukan dan pemberantasan hama hingga asupan iklim yang mendukung.

Begitulah realita siklus pertanian sawah di kampung. Semuanya sangat bergantung pada kondisi cuaca dan iklim.

Namun kali ini apa boleh buat, iklim hujan lebih berkuasa ketimbang kemarau. Atau singkatnya terjadi ketidakseimbangan. 

Tentu ini bukanlah masalah baru. Persoalan ekologis tentunya sudah semakin krusial melanda bumi, akan tetapi petani tetap pada situasi dan keadaannya bahkan memilih untuk tetap bertahan (survive) di tengah keadaan alam yang mencekik ini.


Situasi yang mencekik ini dapat dialami secara langsung oleh para petani sawah di kampung saya.

Memasuki bulan April yang masih dilanda oleh hujan yang tiada henti, petani sawah pada umumnya mengalami dampaknya secara langsung.

Selokan meluap dan merendam seluruh padi yang sementara bertumbuh subur. 

Ada yang fatal, tidak bisa panen sama sekali karena padi yang sudah mulai berbuah jadi hitam membusuk. Ada pula yang terpaksa mengetam di bawah rintikan hujan yang deras. 

Meski sudah berhasil di ketam, namun tentu memerlukan matahari yang stabil untuk menjemur kembali gabah padi yang ada. Sungguh menyedihkan, banyak gabah padi yang mulai tumbuh akar artinya peluang untuk menghasi beras semakin kecil. 

Akibat lanjutnya yang jelas, lumbung beras kembali terancam kosong untuk kebutuhan rumah tangga. Siap-siap muncul headline di berbagai media massa, bencana kelaparan kembali melanda desa-desa terpencil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun