Mohon tunggu...
Indah PermataSari
Indah PermataSari Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya sangat menyukai kegiatan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dilema Mahasiswa di Platform X: Antara Kebebasan Berekspresi dan Etika Digital

5 Juni 2025   09:38 Diperbarui: 5 Juni 2025   09:38 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Hidup di era digital sangat membantu dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Banyak orang yang menggunakan media sosial sebagai sumber informasi, pembelajaran, dan bahkan menjadi forum diskusi. Salah satunya adalah platform X. X (dulunya Twitter) merupakan platform yang sangat sering dipakai oleh banyak mahasiswa untuk menyuarakan opini dan juga melampiaskan keresahan. Namun, selain menyuarakan opini, ternyata platform X juga sering digunakan sebagai alat untuk melemparkan kebencian pada orang lain. Kebebasan berpendapat yang telah diberi malah disalahgunakan untuk menyampaikan isu ujaran kebencian (hate speech) yang tak jarang menimbulkan konflik, pembullyan, dan bahkan kekerasan digital.

Kini, mahasiswa tengah dihadapkan oleh dilema tentang bagaimana mereka sejauh itu dapat mengekspresikan pendapat dan kapan ekspresi yang kemudian berubah menjadi pelanggaran etika digital?

Kebebasan berekspresi tentunya merupakan hak setiap orang dalam menyuarakan pendapat atau opininya. Mahasiswa kerap kali beranggapan bahwa media sosial merupakan ruang aman dan nyaman dalam menyampaikan ekspresinya. Tetapi, apakah dalam praktiknya sehari-hari terjadi demikian? Jawabannya adalah TIDAK. Nyatanya, banyak sekali mahasiswa yang saling melemparkan ujaran kebencian kepada suatu individu maupun kelompok. Kebebasan berekspresi tersebut, lambat laun berubah menjadi sarang konflik.

Opini yang mereka anggap "benar", seringkali menjadi isu perdebatan beberapa mahasiswa karena atas dasar "kebebasan berekspresi". Namun, apakah semua opini yanh dilontarkan pantas untuk disebar secara publik? Perlu ada etika digital di dalamnya agar sosial media khususnya X tidak lagi menjadi sarang kebencian.

Dalam observasi mahasiswa, beberapa di antaranya menyadari bahwa pentingnya beretika dalam menyuarakan pendapat. Tetapi, masih ada juga yang mengabaikannya. Misalnya, adanya stereotip yang menggangap bahwa kata candaan yang menjurus ke diskriminasi itu merupakan hal biasa dan tidak perlu dianggap serius. Padahal, tidak semua orang dapat menerima candaan tersebut. Dari stereotip ini, dapat dilihat adanya penyimpangan norma yang mengakibatkan etika dalam bersosial media merupakan hal tidak begitu penting.

Salah satu dinamika platform X yang sering dilakukan adalah budaya "calling out". Budaya ini adalah bentuk perilaku menyindir dan mengecam pengguna lain dengan dalih "hak berekspresi". Beberapa mahasiswa menganggap bahwa hal ini merupakan bentuk perlawanan terhadap ketidakadilan. Namun, ada juga yang menganggap adanya bentuk cyberbullying secara terselubung. Apakah budaya "calling out" dapat dibenarkan karena ujaran kritis? atau malah ujaran kebencian secara terselubung? Hal ini menjadi kebingungan bagi mahasiswa dalam membedakan bentuk kebebasan berekspresi dan etika digital.

Mahasiswa sebagai generasi muda yang sangat terbuka akan teknologi perlu menyeimbangkan antara kebebasan berekspresi dan etika digital. Ruang digital adalah milik bersama di mana semua orang diberikan kebebasan dalam menyampaikan pendapat. Maka dari itu, sangat penting bagi kita untuk memilah kembali setiap kata yang akan kita unggah di sosial media karena itu sangat berdampak bagi diri sendiri dan orang lain.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun