Wajah sang bunda terlihat sedih. Air mata yang menggenang ia tahan agar tak jatuh di pipi. Ia hanya ingin mendengar suara anaknya karena rindu. Namun, malah  suara hardikan yang beliau dapatkan. Bunda memejamkan mata dan mengalirlah air mata di pipinya.
Beberapa hari kemudian takdir Allah beliau jatuh di kamar mandi, pembuluh darah di kepalanya pecah. Beliau dilarikan ke rumah sakit oleh tetangganya. Tak lama kemudian beliau telah menghembuskan nafasnya yang terakhir tanpa anak di sisinya.
 Anaknya ditelepon oleh tetangga. Demi mendengar kabar duka tersebut ia segera pulang ke rumah hendak menemui ibunya. Sesampainya di sana didapatinya sang bunda telah terbujur kaku dan terbalut kain kafan.Â
Kisah di atas memberikan peringatan kepada kita bahwa sesibuk apa pun ingatlah keluarga, apalagi orang tua. Sempatkan secara rutin untuk mengunjungi orang tua. Apalagi orang tua masih hidup. Walaupun hanya sekadar menelepon. Mendengar suaranya saja sudah bahagia karena bisa mengetahui kabar anaknya baik-baik saja.Â