Mohon tunggu...
Inayah Hanum
Inayah Hanum Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya menyukai dunia tanaman. Tapi juga mulai menyukai menulis dan bergabung di grup-grup menulis. Orang bilang saya pendiam. Namun, dalam diam saya ingin mempunyai karya. Harapan saya saat ini bisa mengajak anak didik saya juga menyukai menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mensurgakan Peran, Menggapai Hidup Bermakna

23 September 2022   22:29 Diperbarui: 23 September 2022   22:38 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siang ini seusai jumatan para guru di sekolah dan para ustadzah di asrama mengikuti kajian keislaman dengan tema  "Mensyurgakan Peran, Menggapai Hidup Bermakna".

Dalam uraiannya ustadz Untung Suhendro, S.T., M.T. menjelaskan tentang 3 peran wanita muslimah. Peran tersebut adalah.

1. Menjadi anak dan wanita sholih.

2. Menjadi istri yang taat dan berbakti.

3. menjadi madrasah utama dalam keluarga.

Materi yang disampaikan oleh ustadz Untung disampaikan dengan gaya berkisah. Bagi saya yang paling menarik adalah kisah seorang ibu yang mengasuh anaknya seorang diri hingga menjadi orang sukses. Berikut kisahnya.

Seorang wanita yang mengurus anaknya sendiri karena suaminya meninggal. Beliau menjadi tukang cuci pakaian para  tetangga yang langsung diambil dari rumah ke rumah. Meskipun hanya menjadi buruh cuci, sang ibu bisa mampu membiayai sekolah anaknya. 

Anaknya cukup cerdas sehinga medapat biaya siswa di setiap jenjang pendidikan. Ia selalu diterima di sekolah-sekolah yang favorit. Bahkan saat di perguruan tinggi ia mendapatkan beasiswa  dan hanya ditempuh 3,5 tahun perkuliahan. Akhirnya, ia tamat S1 dengan predikat cumlaude

Berkat prestasinya anak tersebut diterima di perusahaan bonafid dengan jabatan dan gaji yang besar. Seiring berjalannya waktu anaknya kemudian disibukkan dengan urusan perusahaan. Hingga pada suatu hari ibunya menelepon karena sudah sangat rindu dengan anaknya. Jarak dan kesibukan telah memisahkan mereka hingga rasa rindu tak lagi bisa bendung. 

Saat itu anaknya hendak meeting di kantornya. Terdengar bunyi telepon dari sang bunda, namun tak ia angkat. Padahal rapat belum dimulai. Telepon kedua pun tidak diangkat. Hingga telepon kenam masih belum diangkat juga. Baru pada telepon yang ketujuh diangkat. Sang ibu tampak senang. Namun, belum sepatah kata pun terucap sudah terdengar suara nun jauh di sana. "Ibu jangan menelepon lagi, saya sedang sibuk." Telepon seketika ditutup.

 Wajah sang bunda terlihat sedih. Air mata yang menggenang ia tahan agar tak jatuh di pipi. Ia hanya ingin mendengar suara anaknya karena rindu. Namun, malah  suara hardikan yang beliau dapatkan. Bunda memejamkan mata dan mengalirlah air mata di pipinya.

Beberapa hari kemudian takdir Allah beliau jatuh di kamar mandi, pembuluh darah di kepalanya pecah. Beliau dilarikan ke rumah sakit oleh tetangganya. Tak lama kemudian beliau telah menghembuskan nafasnya yang terakhir tanpa anak di sisinya.

 Anaknya ditelepon oleh tetangga. Demi mendengar kabar duka tersebut ia segera pulang ke rumah hendak menemui ibunya. Sesampainya di sana didapatinya sang bunda telah terbujur kaku dan terbalut kain kafan. 

Kisah di atas memberikan peringatan kepada kita bahwa sesibuk apa pun ingatlah keluarga, apalagi orang tua. Sempatkan secara rutin untuk mengunjungi orang tua. Apalagi orang tua masih hidup. Walaupun hanya sekadar menelepon. Mendengar suaranya saja sudah bahagia karena bisa mengetahui kabar anaknya baik-baik saja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun