Ramadan mengajarkan kita mencari titik keseimbangan. Kita tidak hanya dituntut tunai dalam beribadah, tetapi juga cekatan dalam bekerja. Jerih payah selama sebulan tadi akan diberi ganjaran setimpal saat merayakan kemenangan pada Idulfitri.
Kita tahu, keseimbangan memegang peranan penting dalam kehidupan. Dalam ajaran Islam, segala sesuatu yang berlebihan itu tidak pas. Semua harus didudukkan pada takarannya. Tidak boleh kurang, jangan pula berlebihan.
Ketidakseimbangan dalam hidup bisa memicu problem akut. Misalnya saja saat bekerja. Seorang yang bekerja pagi-siang-malam tanpa rehat berisiko terserang penyakit. Mulai dari pegal-pegal hingga turunnya kesehatan mental.
Sebaliknya, terlalu banyak rebahan juga jauh dari kata sehat lagi menyehatkan. Seseorang yang terlampau banyak tidur atau malas bergerak berisiko terserang rupa-rupa penyakit. Mulai dari obesitas, diabetes, sakit kepala, hingga penyakit jantung.
Oleh sebab itu, semuanya harus dikerjakan sesuai porsinya. Ada saatnya kita bekerja, ada waktunya pula kita beristirahat. Ada masanya kita beribadah, ada kalanya juga kita bersenang-senang. Itulah makna dari keseimbangan hidup.
Kalau boleh jujur, sebenarnya kita bisa berlatih menggapai keseimbangan hidup di bulan Ramadan. Karena hanya di bulan ini, semuanya terasa serba berimbang. Baik urusan pekerjaan, ihwal beribadah, hingga soal tamasya.
Semestinya, aktivitas yang sudah tertata rapi dan berimbang selama bulan Ramadan tadi juga perlu kita praktikkan di bulan-bulan lainnya. Agar keseimbangan hidup benar-benar kita raih demi kebaikan raga dan jiwa.
Nah, lewat artikel ini, saya akan berbagi cerita dan pemikiran soal menggapai titik keseimbangan itu sendiri. Saya kelompokkan ke dalam tiga bagian supaya pembaca lebih enak mencerna.
Ketiga kelompok itu ialah bekerja, beribadah, dan bertamasya. Tanpa berlama-lama, langsung saja kita masuk ke perkara yang pertama.
Seimbang dalam Bekerja