Mohon tunggu...
IMRON SUPRIYADI
IMRON SUPRIYADI Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis dan Pengasuh Ponpes Rumah Tahfidz Rahmat Palembang

Jurnalis, Dosen UIN Raden Fatah Palembang, dan sekarang mengelola Pondok Pesantren Rumah Tahfidz Rahmat Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Keringat Sambo, Mengalir Sampai Jauh...

6 September 2022   01:56 Diperbarui: 8 September 2022   10:31 920
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kok dirugikan?" sela Mang Rosi, yang sejak awal tidak tertarik dengan obrolan Sambo. Tapi seketika Mang Rosi menyela setelah selesai mengotak-atik HP-nya.

"Sudahlah Mang! Kamu tu fokus be samo Crypto. Mang Rosi dak usah melok kami. Biarlah kami be yang ngobrol tentang Sambo. Gek kalau ada kucuran duit dari Sambo, baru kami bagi samo kamu. Pacaklah nambahi deposit kamu melok bisnis Crypto!" sela Bang Win spontan, yang ditingkahi gelak tawa kami.

"Sebentar, Bang Win! Inilah Bang Win hobi nian, ngucak wong," ujar Tris bersungut, tak setuju Bang Win yang meledek Bang Rosi.

"Lanjut, ya, Gus," ujar Tris seolah minta izin pada Gus Pri.

Gus Pri hanya manggut-manggut kecil meng-iya-kan. Tamu lainnya masih serius. Sebagian lagi jadi pendengar setia, sembari menikmati kopi Muaradua Kisam OKU Selatan.

"Kalau Sambo harus diselamatkan, karena Sambo punya alur bisnis besar yang nyaris semua kolega akan dirugikan kalau sampai Sambo mati. Dari kasus pembunuhan ini saja, sudah berapa unit bisnis Sambo yang kemudian diusut. Otomatis semua rekening dan usaha yang berbau Sambo akan diblokir, atau bahkan dihentikan. Konsekuensinya, kalau ada pejabat yang selama ini menikmati setoran duit dari Sambo, dengan sendirinya akan macet. Kalau sekadar macet masih untung! Kalau ikut diusut dan diungkap!? Bukan tidak mungkin petinggi Polri dan anggota dewan dan pejabat lain di pusat dan daerah ikut terlibat. Ini yang saat ini sedang dibahas oleh kolega Sambo di luar lingkaran polisi. Satu diantaranya mereka sudah membuat skenario baru : adanya perselingkuhan Kuat Makruf dan Putri. Kalau ini bisa dibuktikan, hukuman Sambo jelas akan lebih ringan. Intinya, skenario ini dibuat agar Sambo dan semua jaringan bisnisnya selamat, meski harus mengorbankan Kuat Makruf dan Putri," ujar Tris, yang kemudian terlihat lega setelah membongkar analisa di otaknya yang dalam beberapa waktu terpendam.


"Tapi itu kan maseh dugaan, Tris!?" Yus menyela lagi.

"Dugaan itu mendekati kebenaran, Yus. Itu bahasa wartawan dalam berita yang selalu memilih diksi : diduga. Tujuannya supaya wartawan tidak dituduh atau terjebak pada opini yang menjustfikasi sebuah peristiwa atau pelaku kejahatan," ujar Gus Pri, yang juga dosen Jurnalistik di Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang.

"Bener, Yus. Kita ini ngobrol kan ada data meski dari ujaran tokoh dan berita. Tapi kalau kita kutip pernyataan Mahfud MD waktu dipanggil DPR, jelas, kok. Ada dugaan aliran dana yang mengucur ke sejumlah lembaga dan personal. Mungkin juga ke anggota dewan," jelas Tris mengklarifikasi ujaran Yus yang seolah tidak percaya.

"Ai, kalu aku jadi Kapolri, Sambo tulah ku tembak mati. Selesai! Jadi idak buat kacau Indonesia. Meningke kepalak be!" sergah Bang Win spontan.

"Nah, itulah Bang Win, makanya kamu idak jadi Kapolri! Sebab kalau kamu yang jadi Kapolri, pasti bakal banyak yang mati! Baguslah kalau Tuhan mentakdirkan kamu, jadi pedagang kopi di Pasar Palimo!" ujar Yus menimpali semaunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun