Mohon tunggu...
Esti Setyowati
Esti Setyowati Mohon Tunggu... Seniman - Bismillah

Librocubicularist.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

My Idiot Girlfriend

30 September 2018   16:25 Diperbarui: 30 September 2018   16:42 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Harus kukatakan bahwa aku sebenarnya tidak atau belum sepenuhnya mencintai dia, pacarku.

Aku tidak ingat mengapa bisa berpacaran dengan gadis ini. Semakin lama bersamanya, aku merasa bahwa dia semakin tidak menarik. Usianya sebaya denganku, dua puluh tahun. Bagiku itu adalah usia yang cukup untuk sekedar mencoba mengusapkan riasan pada wajahnya yang bulat. Tapi dia tidak pernah melakukannya selain menorehkan bubuk bubuk putih aroma strawberry, bedak bayi yang biasa dibeli di toko kelontong dengan harga murah.

Jangan bayangkan pacarku memiliki badan yang bagus.

Aku memiliki beberapa pacar sebelumnya, dan pacarku saat inilah yang terburuk. Dia berbobot mendekati enam puluh lima kilogram dengan tinggi badan tak lebih dari seratus lima puluh lima sentimeter. Kulitnya kecoklatan, sering terlihat 'keling' ketika tertimpa sinar matahari. Setidaknya aku melihat dari punggung tangannya yang tidak tertutup kain.

Jangan katakan bahwa aku banyak mencelanya di sini.

Selain dia tidak cukup cantik dengan hidung tenggelam pada kedua pipinya yang padat berisi, dia juga tidak bisa apa apa. Olahraga dia payah, akademiknya pas pasan, apalagi kemampuan publik speakingnya yang parah. Pernah suatu ketika dia ditertawakan semua peserta ospek gara gara mendadak cadel saat menyebutkan namanya di panggung, dia menceritakan hal konyol itu di depanku dengan mata yang basah dengan air mata.

Aku tidak mau menceritakan dimana kita pertama kali bertemu, yang jelas kita berbeda fakultas meski bernaung di satu universitas yang sama.

Pernah pada suatu sore aku mengajaknya keluar.

Dia datang ke rumahku dengan wajah berseri seri. Memamerkan senyumnya yang nyaris membuat mata sipitnya menghilang terhimpit lemak di pipi. Aku hampir sangat memarahinya demi melihat gaya berpakaiannya yang sangat tidak sesuai. Bagaimana tidak? Dia memakai celana jins ketat warna ungu dipadukan dengan baju monokrom warna biru dengan kerudung motif bunga bunga dominan warna kuning yang mencolok. Rasanya mataku begitu sakit ketika melihat tambahan bros kupu kupu yang mengaitkan kerudungnya yang lebar.

"Kamu yakin mau keluar dengan dandanan seperti ini?" tanyaku dengan menahan amarah yang siap meledak. Ini bukan pertama kalinya dia gagal total dalam berbusana, sudah berkali kali malah.

"Iya, kenapa memang?" masih dengan senyuman dia menjawab pertanyaanku. Menahan geram, ingin sekali kugulung kerudungnya untuk kuganti dengan taplak meja di ruang tamuku agar lebih cocok dengan baju dan bawahannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun