Sebagai seorang individu yang hadir di tengah masyarakat, tentu pernah terlintas pertanyaan tentang asal-usul kemunculan bahasa. Dari mana bahasa tersebut muncul kemudian dipahami oleh masyarakat yang homogen. Bahasa muncul sebagai alat komunikasi yang mampu menyampaikan gagasan atau ide yang ingin disampaikan penutur kepada mitra tuturnya.
Berikut beberapa teori-teori yang berusaha menjelaskan kemunculan bahasa. Beberapa teori ini telah dijelaskan dalam buku Linguistik Bandingan Historis karya Gorys Keraf.
Teori Tekanan Sosial
Adam Smith mengemukakan teori ini dalam bukunya yang berjudul The Theory of Sentiments. Teori ini menganggap bahwa bahasa manusia timbul karena adanya kebutuhan untuk saling memahami ketika manusia masih dalam kondisi primitif.
Ketika ingin menyatakan objek tertentu, manusia akan terdorong untuk mengucapkan bunyi-bunyi tertentu. Bunyi-bunyi tersebut akan dipolakan kepada anggota kelompok disekitarnya dan kemudian dikenal sebagai sebuah tanda.
Teori ini menekankan bahwa tekanan sosial lah yang menyebabkan timbulnya bahasa. Tekanan sosial akan memaksa manusia untuk mencipta bunyi-bunyi untuk menyatakan objek tertentu yang dijumpai ataupun kegiatan yang dilakukan oleh manusia.
Teori Onomatopetik atau Ekoik
Teori ini dikemukakan oleh J.G. Herder. Teori ini menganggap bahwa nama-nama objek berasal dari bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh objek itu sendiri.
Objek-objek yang dimaksud adalah bunyi-bunyi binatang atau peristiwa-peristiwa alam. Teori ini menekankan bahwa bahasa diciptakan manusia dari hasil meniru bunyi yang ada disekitar mereka. Contoh: tokek.
Teori Nativistik atau Tipe Fonetik
Teori ini dikemukakan oleh Max Muller. Teori ini didasarkan pada konsep mengenai akar yang bersifat tipe fonetik. Muller mengemukakan asumsi bahwa setiap barang akan mengeluarkan bunyi ketika dipukul.
Tiap-tiap barang memiliki bunyi yang khas sehingga merangsang manusia untuk memberi respon atas bunyi tersebut melalui ekspresi artikulatoris. Teori ini menganggap bahwa bahasa merupakan produk dari insting manusia, suatu kemampuan yang berada dalam keadaannya yang primitif.
Teori Kontak
Menurut teori ini, bahasa muncul karena adanya keinginan manusia untuk mengadakan kontak yang tak terbatas. Kontak itu dibedakan atas tiga jenis, yakni kontak spasial (kontak karena kerapatan fisik), kontak emosional, dan kontak intelektual.
Teori Hockett-Ascher
Teori ini dikembangkan oleh Charles F. Hockett dan Robert Ascher. Pada prinsipnya, para ahli menerima bahwa makhluk yang disebut proto hominoid sudah memiliki semacam “bahasa” sebagai alat komunikasi.
Sistem komunikasi tersebut disebut sebagai call atau panggilan. Proto hominoid tidak memiliki kemampuan berbicara, sehingga mereka menggunakan sistem komunikasi atau call yang sederhana.
Teori Isyarat
Teori ini dikemukakan oleh Wilhelm Wundt. Teori ini didasarkan pada hukum psikologi yang menganggap bahwa setiap perasaan manusia memiliki bentuk ekspresi yang khusus. Ekspresi tersebut digunakan manusia untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Bahasa isyarat berasal dari emosi dan gerakan-gerakan ekspresif yang disertai emosi.
Teori Isyarat Oral
Teori ini dikemukakan oleh Sir Richard Paget. Teori ini mengemukakan bahwa manusia memerlukan alat-alat lain yang lebih cermat untuk mengemukakan isyarat.
Ketika tangan digunakan untuk hal lain maka isyarat dapat dilakukan dengan lidah, bibir, rahang ataupun udara yang dihembuskan melalui mulut (oral) atau lubang hidung akan mengeluarkan pula isyarat-isyarat yang dapat didengar (ujaran berbisik). Teori ini menunjukkan bahwa ketika menggunakan isyarat tangan tanpa sadar gerakan lidah, bibir, dan rahang juga bergerak mengikuti.
Demikian beberapa teori yang berusaha menjelaskan awal mula kemunculan bahasa, bila dicermati teori yang muncul sangatlah beragam dan mampu diterima oleh logika manusia.
Masih banyak teori lain yang juga berusaha menjelaskan awal mula kemunculan bahasa. Sebagai makhluk yang paling sempurna, manusia perlu bersyukur karena keberadaan bahasa dapat membantu segala proses komunikasi mereka dengan individu lain.