Garut, 20 Agustus 2025 - Melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Sisdamas, kelompok 134 UIN Sunan Gunung Djati Bandung, dibawah bimbingan Dr. H. Nurkholis S.S.,M.Hum.,CLCE., melaksanakan program kerja bertema "Kelompok Tani Desa Salamnnunggal" di Desa Salamunggal, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut.
Sawah-sawah di Desa Salamnunggal masih tampak hijau membentang. Di balik hamparan itu, ada kisah kelompok tani yang telah turun-temurun menjaga tradisi pertanian. Hingga kini, desa tersebut memiliki dua kelompok tani aktif yang menjadi penopang ekonomi Masyarakat.
Komoditas utama yang diusahakan adalah padi, disusul dengan sayuran seperti kangkung, dan juga tanaman hias bunga sedap malam. “Dari dulu, padi tetap jadi pilihan utama. Tapi kami juga coba tanam sayur dan bunga supaya ada tambahan penghasilan,” tutur Sarpan (55), salah satu petani senior di Salamnunggal.
Tetap Konvensional demi Lapangan Kerja
Beberapa tahun lalu, petani sempat diperkenalkan dengan sistem smart farming menggunakan alat dan mesin pertanian modern. Namun, penerapannya tak bertahan lama. Biaya yang tinggi menjadi alasan utama, di samping kekhawatiran bahwa cara modern justru mengurangi kesempatan kerja warga desa.
Tantangan Serangan Hama
Di balik semangat bertahan, ada tantangan. Serangan hama, terutama pada padi, menjadi momok yang sulit dikendalikan. Burung, tikus, hingga wereng coklat dan putih kerap merusak tanaman.
“Kalau hama menyerang, hasil panen bisa turun drastis. Kadang sudah kerja keras berbulan-bulan, tapi hasilnya tidak sesuai harapan,” ungkap Sarpan lirih.
Harapan pada Subsidi Pupuk