Mohon tunggu...
imanueltabun
imanueltabun Mohon Tunggu... Mahasiswa

main bola

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Antara "Gue Capek Banget" Dan "Saya Sangat Lelah" : Dua Gaya Bahasa di Era Digital

13 Juli 2025   14:07 Diperbarui: 13 Juli 2025   14:07 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

"Gue capek banget hari ini."
Kalimat itu saya baca di media sosial seorang teman sore tadi. Sepintas sederhana, tapi entah kenapa saya terdiam. Kalimat itu bukan hanya ungkapan lelah, tapi juga representasi bahasa zaman sekarang.


Kita hidup di era ketika bahasa formal dan informal saling bertabrakan, bercampur, bahkan membentuk "identitas baru" dalam berkomunikasi. Di satu sisi, ada bahasa Indonesia yang baku dan teratur. Di sisi lain, ada bahasa gaul yang luwes, kreatif, dan kadang sulit dimengerti oleh generasi yang berbeda.


Bahasa Tidak Baku: Akrab dan Leluasa


Di ruang digital, kita dengan mudah menjumpai kosakata seperti "gue", "lo", "banget", "capek", "mager", "ngerti", dan sebagainya.

 Kalimat seperti:
- Gue gak ngerti deh tugas yang tadi.
- Lo udah makan belum?
- Mager parah, pengen rebahan aja.


 terdengar sangat biasa---bahkan hangat---di kalangan anak muda. Bahasa seperti ini dianggap lebih ekspresif, simpel, dan membangun kedekatan.
Bahasa Baku: Formal Tapi Perlu
Namun dalam situasi formal, bahasa tidak baku tentu tidak bisa digunakan. Bayangkan menulis surat lamaran kerja dengan kalimat:


 "Gue tertarik kerja di sini karena loh kayaknya asik."


Tentu saja tidak tepat.
Di sinilah pentingnya bahasa baku. Bahasa yang sesuai dengan kaidah Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) diperlukan dalam konteks:
-Penulisan akademik
-Surat resmi
-Wawancara kerja
-Laporan kegiatan
-Komunikasi profesional


Contoh kalimat baku:
- "Saya sangat lelah hari ini."
- "Apakah Anda sudah makan?"
-"Saya belum memahami materi tersebut dengan baik."


 Dua Dunia yang Bisa Berdampingan


Menariknya, generasi saat ini justru fasih berpindah antara dua dunia: dunia formal dan informal. Di ruang kelas, mereka bisa menulis:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun