Mohon tunggu...
Imanuel  Tri
Imanuel Tri Mohon Tunggu... Guru - Membaca, merenungi, dan menghidupi dalam laku diri

di udara hanya angin yang tak berjejak kata. im.trisuyoto@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Time Is Money=Waktu untuk Tuhan

5 Juni 2020   08:39 Diperbarui: 5 Juni 2020   08:37 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Pribadi.Meja Kerja

Ini peristiwa lama yang tak bisa kulupa.Peristiwa masa muda yg bertabur hura-hura.Mungkin masih kutemukan makna untuk membasuhi hari tua.

##

70-an**
Dengan berani kutulis ini: Time is money. Di atas palang pitu rumah bambu. Tempat tingal redup kebanggaanku.

Tulisan itu, menurut kawan-kawan dan guru-guru sekolahku memicu agar diriku selalu rindu untuk berpacu dengan waktu. Tentu bukan sekadar itu! Ada yang lebih mengharubiru hidupku yakni uang! Ya, uang yang kelak bisa menghantarkanku ke mana saja aku mau. Tentu kecuali ke surga!

Itu memambanggakanku waktu! Sampai pada waktu yang sudah terentang panjang dan aku sudah mulai bosan dengan petualang, kutemukan tulisan lain di dinding gedheg rumah Pailul.

Pailul, teman krempengku itu ternyata memicu diri dengan menulis ini: Waktu adalah ibadat.

90-an**
Setiap hari keringatku mencucur semakin deras. Itu hanya demi: time is money!
Di setiap kebanggaan-kebanggaan yang menipuku adalah sekadar menghidupi: time is money!

Di setiap hari Pailul adalah aliran air dari bebukit di lereng Lawu yang mengalir ke telaga Sarangan. Adalah keindahan yang menjelma dalam kenyataan alam kehidupannya. Lantas?

2010-an**
Aku mencoba untuk mencari tahu. Pun hanya pada Pailul sahabatku! Kuharap yang kudapat bisa membasuh sisa masa tua.
Ini kata Pailul beberapa jam lalu:

"Gini lo Kang, dulu sudah kubilang! Tulisan yang sampeyan pasang itu akan membuat tubuh ini semakin usang! La, waktu itu sampeyan malah mengataiku, ... heleh sok semuci suci! Jadi, ya saya lebih tentram diam!

Nah, sekarang sampeyan merasakan setelah tubuh kita ini benar-benar memasuki raga renta! Tapi, ini tingkat menyadari yang masih terampuni! Tidak ada keputusan terlambat!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun