Mohon tunggu...
Iman Agung Silalahi
Iman Agung Silalahi Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar hidup sehat holistik

Selalu merasakan sebuah kebahagiaan tersendiri saat mitra kerja atau sahabat berhasil menemukan inspirasi dan keyakinan diri untuk mencapai apa yang diimpikannya. Tertarik menjadi pembelajar hidup sehat holistik sejak Februari 2021 setelah resmi menyandang status penderita diabetes tipe 2.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Manfaat Hiking bagi Penderita Diabetes

26 Juni 2022   08:47 Diperbarui: 28 Juni 2022   18:11 1629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lembah Lengkehan, Gunung Arjuno-Welirang (Foto pribadi)

Pada tahun ini saya akan mencapai usia lansia, 60 tahun. “Usia gak bisa bohong!” Begitu sebuah kalimat bijak yang mengingatkan saya bahwa kekuatan fisik saya pasti sudah jauh menurun dibanding ketika saya masih berusia muda. Saya perlu sadar, waspada dan penuh perhitungan kalau saya akan melakukan aktivitas fisik di usia yang semakin menua.

Selain itu, sejak saya divonis sebagai seorang penderita diabetes pada bulan Februari 2021 yang lalu, saya tidak pernah lagi hiking dengan mendaki sampai ke puncak gunung. Saya hanya melakukan hiking yang ringan-ringan saja, di daerah pebukitan yang rute hiking-nya lebih banyak berupa jalan setapak yang relatif landai.

Tapi rasa kangen akan suasana gunung begitu menggoda dan membuat saya semakin penasaran. Saya kangen mendengar suara burung di hutan. Saya kangen mendengar suara angin yang dibarengi suara hujan. Saya kangen berdiri di puncak gunung yang dalam bayangan saya bagaikan sebuah istana dari suatu negeri di atas lautan awan.

Karena itu, ketika saya merasakan bahwa kondisi fisik saya cukup sehat, maka akhirnya saya memenuhi ajakan kawan-kawan saya untuk ikut hiking ke puncak Gunung Arjuno yang terkenal dengan nama puncak Ogal-Agil itu. Eng ing eng…!

“The mountains are calling, and I must go.” Itu kata-kata John Muir, seorang pecinta alam yang sangat tersohor dari Amerika Serikat. Saya kembali mengulangi kata-kata tersebut sebelum berangkat mengikuti kegiatan hiking kali ini.

Hiking menurunkan kadar gula darah

Kadar gula darah puasa pada penderita diabetes harus dijaga untuk tetap berada di kisaran 80-126 mg/dL. Begitu kata seorang dokter yang pernah memberi nasehat kepada saya tentang bagaimana kadar gula darah yang harus saya kelola di dalam tubuh saya.

Selama ini, sejak bulan Maret 2021 sampai sehari sebelum berangkat mengikuti hiking ke Gunung Arjuno, kadar gula darah puasa saya hampir selalu terkendali di kisaran 95-110 mg/dL. 

Pernah juga sih sebanyak tiga kali kadar gula darah puasa saya mencapai lebih dari 120 mg/dL, tapi untungnya masih di bawah 126 mg/dL. Itu terjadi karena saya menyantap makanan yang mengandung karbohidrat tinggi pada tiga kesempatan istimewa, yakni: ketupat pada hari Lebaran, pizza pada hari ulang tahun saya, dan nasi pada hari pertama tahun baru. Alaaa …, mak…!

Berjalan kaki secara teratur dan mengatur pola makan yang seimbang adalah dua hal utama dari sebuah gaya hidup sehat ‘NEWSTART’ yang saya lakukan untuk mengendalikan kadar gula darah saya. Sejak bulan Maret 2021, saya tidak pernah lagi memakan obat penurun kadar gula darah.

Tadinya saya khawatir bahwa kadar gula darah saya akan tidak stabil kalau saya ikut hiking sampai ke puncak gunung. Saya khawatir kadar gula darah saya akan turun sampai di bawah batas normal kalau selama tiga hari hiking saya tetap mempertahankan pola makan saya sebagaimana yang sudah saya jalani selama ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun