Mohon tunggu...
Imam Muhayat
Imam Muhayat Mohon Tunggu... Dosen - Karakter - Kompetensi - literasi

menyelam jauh ke dasar kedalaman jejak anak pulau

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Urai Perjalanan di Malam Takbir

11 September 2016   21:32 Diperbarui: 11 September 2016   21:34 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Beberapa tugas maksudnya harus selesai saat itu juga
Untuk rencana pertemuan pendampingan medio Oktober mendatang
Tak taunya sang Ketum pulang kampung Terbang ke Sulawesi di tanah kelahiran Terpaksa naskah surat yang mesti ditandatangani kutanggalkan
Di kantor, satusatunya kawasan persembahyangan yang tak pernah dilekang umat dan orang perantauan

Selang waktu, kemudian roda berputar menuju kampus
STAI Denpasar di pojok kota kian bagus
Membuka file di kantor mengambil kopinya
Syarat mendongkrak akreditasinya
Sesaat beberapa menit kemudian menuju persinggahan
Prof Haji Mahrusun, ia yang dicari tak berada di kediaman
Tapi sang ibu yang baik hati menyilakan Untuk menunggu sejenak bersangkutan
Ternyata ia sedang sambang cucu tak jauh dari rumah tinggalnya
Dihubungi lewat telepon siap menemui yuniornya
Dosen STAI Denpasar, mengakar kompasianer sejak tiga tahun belakangan berbagi siar

Pertemuan penuh cerita tentang keluarga
Keluarga Kayat maupun keluarganya
Juga cerita kehidupan di Yogja
Kebetulan anak menantunya berasal dari kota gudeg, Yogja
Praktis gojek dan canda tawa rekah
Dalam suasana yang tak tersangkasangka pertemuan di rumah
Insyaallah kian memupuk berkah

Waktu terus kuburu
Terpacu arah perjalanan menuju satu tujuan
Fiisik yang kurang fit, banyak kelokan menjadi persinggahan
Sekadar rehat luruhkan keletihan Tabanan, kini kian rimbun dahan-dahan Mengembang menjuntai di jalan
Nyaman untuk sejenak mencari keteduhan
Secukup waktu berteduh
Berlanjut memacu jalan di jarak tempuh
Debur ombak di kiri jalan dikulum decak kagum
Rentang setengah jam pantai kusinggahi Dapat mengunci letih luruhkan nyeri

Perjalanan lurus mesti dilanjutkan lagi
Sejam kemudian meniti jalan kembali Berakhir istirah di tempat terpekur Menjamak kelelahan rebahkan tubuh di lantai yang baru selesai dilembur
Kebugaran terpetik kembali, energi pun pulih kembali
Perjalanan dilanjut sampai waktu senja
Terukur perjalanan sejam saja
Rebut petang Mesjid al-Mubarak pilihan
untuk menuai kembali kesadaran
Kemudian berlanjut memekik takbir sepanjang malam

Gilimanuk, 11.09.2016. Puisi: Imam Muhayat

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun