Mohon tunggu...
Imam Setiawan
Imam Setiawan Mohon Tunggu... Praktisi pendidikan inklusif, penyintas disleksia-ADHD. Pendiri Homeschooling Rumah Pipit

Saatnya jadi Penyelamat bukan cuma jadi pengamat Saatnya jadi Penolong bukan cuma banyak Omong Saatnya Turuntangan bukan cuma banyak Angan-angan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Memahami Hyperlexia dan Harapan di Kelas

23 Mei 2025   12:21 Diperbarui: 23 Mei 2025   09:34 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memahami Hyperlexia dan Harapan di Kelas

Bayangkan seorang anak yang baru berusia tiga tahun, tapi sudah bisa membaca kata-kata seperti "transportasi", "kebudayaan", bahkan "demokrasi". Hebat, bukan?

Tapi tunggu dulu.

Ketika kita bertanya, "Apa itu demokrasi?", ia hanya terdiam. Matanya kosong, mulutnya membisu. Ia membaca kata itu dengan lancar tapi tidak benar-benar mengerti.

Inilah wajah dari hyperlexia.

Hyperlexia adalah kondisi neurologis langka di mana seorang anak mampu membaca dengan sangat cepat dan akurat di usia dini, namun memiliki kesulitan besar dalam memahami makna bacaan, berkomunikasi sosial, dan bahasa reseptif.

Menurut Silberberg & Silberberg (1967) yang pertama kali memperkenalkan istilah ini hyperlexia tidak hanya sekadar "anak jenius membaca". Ini adalah disparitas ekstrem antara kemampuan membaca dan pemahaman bahasa.

Beberapa ahli mengklasifikasikannya dalam tiga tipe:

  • Hyperlexia I: anak tipikal dengan kemampuan baca luar biasa.
  • Hyperlexia II: anak dengan kemampuan baca luar biasa dan menunjukkan ciri-ciri autistik.
  • Hyperlexia III: kemampuan baca tinggi, awalnya tampak autistik namun membaik seiring waktu dengan intervensi.

Sayangnya, karena belum masuk ke dalam DSM-5 sebagai diagnosis mandiri, banyak pendidik dan profesional melewatkannya atau keliru menyamakannya dengan "giftedness" atau autisme murni.

Anak dengan hyperlexia bisa jadi sangat terobsesi pada huruf, angka, dan simbol. Mereka bisa membaca rambu lalu lintas, nama ilmiah tumbuhan, atau teks berita, tapi tidak mengerti konsep "berbagi", "berteman", atau "bercanda".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun