Mohon tunggu...
kang im
kang im Mohon Tunggu... warga biasa yang hobi menulis

seorang penulis biasa yang tinggal di kampung

Selanjutnya

Tutup

Diary

Di Kampung: Nikah Itu Yang Penting Sah, Bukan Adu Mewah

15 April 2025   19:17 Diperbarui: 15 April 2025   19:17 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ft. ilustrasi: dok. pribadi/ semoga pernikahannya berkah dunia-akhirat.

Yang penting sah, bukan adu mewah. Inilah salah satu prinsip acara nikah mayoritas di kampung. Tepatnya acara resepsi nikah, pokoknya umumnya di kampung, tidak perlu berlebihan, apalagi sampai di luar kemampuan. Terkadang, resepsi pernikahan hanya mengundang keluarga besar dan tetangga.

Itu sudah cukup, untuk bukti syukur atas pernikahan. Karena hal paling penting dalam pernikahan adalah sah akadnya, baik di mata agama maupun negara. Bukan terlihat keren di mata tetangga. Kata orang, namanya tetangga pasti ada saja bahan baku gosipnya, jika kurang cocok, meski sudah menggelar acara resepsi mewah.

Di kampung jarang, bahkan hampir tidak ada, yang menyewa gedung, atau hotel, untuk pesta nikah, atau resepsi pernikahan. Biasanya hanya menyewa tenda, didirikan di depan rumah, untuk tempat resepsinya. Dekorasi pengantinnya juga tidak mewah, tapi cukup, untuk ukuran warga kampung. Karena kembali pada prinsip tadi, yang penting sah, bukan adu gengsi. Penulis juga setuju dengan prinsip ini.

Anda, para pembaca, boleh setuju, juga sebaliknya, atas prinsip kebanyakan warga kampung, saat menikahkan anaknya. Karena semua itu pilihan, tapi harus ingat, tiap pilihan pasti ada konsekuensinya. Ada risikonya. Kata orang: lebih baik sederhana, tapi bermakna, daripada kelihatan mewah, tapi 'kurang berkah'.

Ngejar Gengsi Malah Bikin Pusing

Biasanya, sesuatu yang berlebihan, hanya untuk mengejar gengsi, apalagi sampai di luar kemampuan, malah akan membuat pusing di kemudian hari. Termasuk urusan resepsi atau pesta pernikahan. Apalagi, malah rela hutang, demi pesta nikah mewah.

Memang, itu tidak salah, hak semua warga, tapi logika tidak boleh mati. Karena setelah resepsi, ada tanggungan yang harus dikembalikan. Semua tidak akan ada masalah, jika masih ada uang sisa. Namun, jika sebaliknya, pasti akan menimbulkan masalah baru. Tentunya juga bisa jadi bahan baku 'gosip' tetangga. Apalagi, 'gosip' itu sampai terdengar besan, alias mertua pengantin, pasti malu.

Hanya saja, ada juga yang punya prinsip: nikah itu sekali seumur hidup, jadi harus mewah resepsinya. Ini sah-sah saja, tidak salah, juga tidak sepenuhnya benar. Karena jalan hidup tidak ada yang tahu, ada juga yang cerai, lalu nikah lagi. Artinya, di dunia ini semua kemungkinan masih bisa terjadi. Sehingga, semua harus disikapi dengan bijak dan logis.

Kebutuhan Keluarga Makin Banyak  

Kata orang: jika ada uang lebih, sebaiknya ditabung, untuk kebutuhan keluarga setelah nikah. Karena, katanya, kebutuhan keluarga cenderung naik, termasuk keluarga pengantin baru, apalagi jika belum punya rumah sendiri. Mungkin, prinsip ini lebih bijak, dibandingkan menghamburkan uang, hanya sekedar adu mewah resepsi nikah. Apalagi, kondisi ekonomi keluarga masih belum merdeka, alias masih berjuang.

Pola pikir jangka panjang juga harus dihadirkan kepada calon pengantin baru, sebelum memutuskan nikah. Agar mereka tidak hanya mengejar gengsi, tapi fungsi. Terkadang, mereka melakukan itu, pesta nikah mewah, hanya mengejar gengsi, juga makmum buta omongan orang. Bukan murni dari kata hatinya. Semoga timnas lolos Pildun 2026. (*)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun