Mohon tunggu...
Imaculata Budi Setyawati
Imaculata Budi Setyawati Mohon Tunggu... Penulis - Alumni Sarjana Manajemen Universitas Katolik Widya Karya Malang 2022

Perempuan bernama Imaculata Budi Setyawati, S.M. lahir di Malang, 12 Februari 2000, Seorang penulis buku judul “Kesadaran Cinta Aksara “dan blog "berkenalan bersama kawan semua" dengan status alumni Universitas Katolik Widya Karya Malang Sarjana Manajemen tahun 2022. Karya puisi telah termuat di beberapa buku antologi bersama salah satunya dengan judul Apa Kabar Indonesia Penerbit Catur Media Gemilang , Diri sendiri untuk bangkit, Sayap Merpati dalam Awan dari penerbit Meta, Warna Suasana Hati dari penerbit EMN Media. Hobi yaitu menyanyi dan menulis serta travelling.

Selanjutnya

Tutup

Seni

Ludruk : Kesenian Rakyat

22 Januari 2024   01:50 Diperbarui: 22 Januari 2024   13:25 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar :Laman Indonesuakaya.com

Karena Ludruk berkembang, maka ciri khas dari ludruk cukup terkenal dikalangan arek Surabaya. Era tahun 1960-an dan 1980-an, kesenian tradisional masih berjaya. Kehadiran Kartolo memberikan kontribusi yang sangat aktif terhadap pemeliharaan dan pelestarian kesenian ludruk di Jawa Timur, khususnya pelestarian gaya nyanyian Suroboyoan. Awalnya kesenian ludruk hanyalah sebuah kesenian yang dipentaskan dengan cara berkeliling kampung dan dipentaskan oleh segelintir orang saja dengan mengambil cerita dari kehidupan sehari-hari masyarakat seperti cerita perjuangan, kehidupan tukang becak, kehidupan rakyat sehari-hari seperti cerita pada masa perjuangan,, sopir dan cerita-cerita lainnya. Pagelaran Ludruk juga bisa menjadi salah satu cara untuk mengobarkan nasionalisme masyarakat, agar penonton, terutama yang dari kalangan bawah, bisa lebih merasakan apa yang terjadi di bawah pemerintahan Jepang.

Ludruk memiliki beberapa unsur antara lain tari Remo, lawakan, lagu dan cerita ludruk itu sendiri. Cerita yang dimainkan dalam ludruk menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat, cerita legenda kepahlawanan, serta cerita lain yang sudah diketahui masyarakat. Sebagai bangsa yang memiliki nilai budaya yang tinggi, tentunya kita ingin kesenian ini tetap dilestarikan dan dikembangkan dengan baik agar kesenian ini tidak hilang seiring dengan kemajuan teknologi.

Sumber gambar https://www.harianbhirawa.co.id
Sumber gambar https://www.harianbhirawa.co.id

Sebuah kegiatan kesenian rakyat yang disebut ludruk memiliki ciri pementasan yang unik. Dalam dunia seni, seni ludruk memiliki karakteristik pertunjukan yang mirip dengan seni pertunjukan teater atau teater pada umumnya. Gerak/perilaku/aktivitas pemain yang terlihat pada saat pertunjukan ludruk tidak hanya dilakukan pada saat pentas cerita, tetapi juga pada saat melantunkan sebelum cerita dimulai. Kidungan adalah daya tarik dan pencarian utama para pemain ludruk.

Lalu bagaimana cara kita melestarikan budaya ludruk yang mungkin asik bagi kalangan generasi X.Y dan Z ?

Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan, antara lain :

  • Pendidikan dan sosialisasi. Ludruk perlu diajarkan kepada generasi muda agar mereka dapat mengenal dan mencintai seni pertunjukan tradisional ini.
  • Pembentukan komunitas dan kelompok seni. Komunitas dan kelompok seni dapat menjadi wadah bagi para seniman ludruk untuk berkarya dan mengembangkan seni pertunjukan ini.
  • Pemanfaatan teknologi. Teknologi dapat dimanfaatkan untuk mempromosikan ludruk kepada masyarakat luas.

Untuk komunitas seni ludruk saat ini banyak tersebar di Jawa Timur wilayah Surabaya. Salah satunya tokoh ludruk yang sampai hari ini namanya tetap diabadikan karena keberaniannya dalam membawakan syair-syair (parikan) dan kidungan dalam pertunjukan ludruk yang mengkritik pemerintahan Jepang yang sedang menjajah dan berkuasa di Indonesia pada saat itu yaitu Cak Gondo Durasim.

sumber gambar: puteramentari.com/gedung-cak-durasim/
sumber gambar: puteramentari.com/gedung-cak-durasim/

Taman Budaya Cak Durasim di Surabaya adalah nama yang diambil dari karakter ludruk. Bersamaan dengan perjuangan politik Dokter Soetomo yang mendirikan Parindra (Partai Indonesia Raya) pada tahun 1933, seniman ludruk Bernama cak Durasim mendirikan perkumpulan Ludruk Organisatie (LO). Pada tahun 1990-an, eksistensi kesenian ludruk khususnya di Surabaya cenderung menurun, baik dari segi penampilan maupun jumlah peminat (penonton), apresiasi masyarakat terhadap kesenian ludruk khususnya generasi muda terus menurun. Benar atau salah, seni pertunjukan ludruk merupakan bentuk seni pertunjukan tradisional yang menjadi "korban" perubahan selera seni dan selera masyarakat terhadap pertunjukan dan hiburan.

Well, semoga pengetahuan mengenai asal mula teater ludruk semakin lengkap ya. 

Sumber:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun