Mohon tunggu...
Ilyani Sudardjat
Ilyani Sudardjat Mohon Tunggu... Biasa saja

"You were born with wings, why prefer to crawl through life?"......- Rumi -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengintip Sistem Transportasi di Delhi

8 Maret 2013   06:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:08 2536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_247639" align="aligncenter" width="250" caption="Delhi Metro, sumber: google"][/caption] Sebenarnya jika kita ingin membandingkan kondisi perkembangan pembangunan, paling pas itu kalau dibandingkan dengan China dan India. Karena sama-sama memiliki penduduk yang amat banyak. Dan perkembangan GDP per-kapitanya pun nyaris setara. China dengan US$ 6,200,  Indonesia dengan US$ 3,495, dan India dengan US$ 1,528. Tentu, China dan India jauh lebih rumit karena penduduknya 4 kali lipat dari Indonesia, tetapi China diuntungkan dengan sistem sentralistiknya, sehingga lebih gampang mengatur masyarakat. Tetapi bayangkan negara India dengan penduduk lebih dari 1 milyar, tetapi mempunyai sistem demokrasi yang sama dengan Indonesia. Sering demo, pembahasan APBN saja begitu bertele-tele, karena dibuka ke publik. Apalagi dengan GDP perkapita yang sangat rendah, sesungguhnyalah negara India bisa dikatakan lebih miskin dari Indonesia. Tetapi walaupun begitu, ketika menjejakkan kaki ke ibukota negara India ini, ternyata sistem transportasinya sudah lebih maju daripada Jakarta. Bisa jadi Jakarta jauh lebih mentereng dengan gedung-gedung pencakar langitnya yang megah, mall-mall mewah, apartemen lux, tetapi fasilitas publiknya masih bisa dikatakan minim. Terutama untuk transportasi publik. Beberapa hal yang membedakan Jakarta dan New Delhi untuk fasilitas transportasi umum: 1.Adanya MRT di New Delhi. Disini disebut Metro, dan masih tergolong baru, karena dibangun tahun 2002. Baru tahun 2010 yang lalu difungsikan, sementara ketika saya kesana, masih terlihat pembangunan di jalur lain. MRT ini dimanfaatkan dengan baik oleh warga New Delhi, terutama yang tinggal komuter. Ada 5 jalur Metro yang ditandai dengan warna, yaitu jalur hijau, merah, kuning dan biru (2 jalur), dengan total panjang 190 km dan jumlah statisiun sebanyak 132. 2. Adanya Bus Rapid Transportation (BRT). Ini adalah sistem bis yang terintegrasi dan menjadi andalan transportasi umum di New Delhi. BRT melayani 60% perjalanan di Delhi. Delhi Transport Corporation (DTC) melengkapi bis-bis ini dengan AC sehingga nyaman, dan GPS, sehingga keberadaan dan waktu ketibaannya diketahui. [caption id="attachment_247640" align="aligncenter" width="392" caption="Salah satu BRT di Delhi. Foto by Ilyani"]

13627225682079691187
13627225682079691187
[/caption] Jadi yang model kopaja dan metromini (apalagi yang karatan dan remnya blong) sudah tidak ada di Delhi. Sudah diganti dengan bis AC-GPS ini. Ini juga sistem yang baru diterapkan di New Delhi. Semua bis ini memakai gas, sehingga ramah lingkungan. Tetapi untuk bis yang dioperasikan oleh private (bukan DTC) , kebijakan untuk menyediakan bis AC hanya 20%. Tetapi bis private ini sangat kecil persentasenya di Delhi, hanya sekitar 10% dari total moda transportasi bis ini. 3. Walaupun telah ada Metro dan BRT, tetapi transportasi umumnya juga masih mengandalkan bajaj alias tuk-tuk. Disini masih banyak sekali bajaj mangkal di pinggir jalan. Tetapi diatur agar rapi. Dan mereka memang ngetem disana, menunggu penumpang yang order. [caption id="attachment_247642" align="aligncenter" width="403" caption="Bajaj di India, cukup Banyak. Foto by Ilyani"]
13627228691227766711
13627228691227766711
[/caption] 4. Ada akses bagi pejalan kaki untuk menyeberang. Kalau di Jakarta saya baru lihat di depan mal Ambasador yang seperti ini. Semoga di tempat lain juga diperbanyak. Begitu juga dengan rickshaw yang ditarik sepeda (seperti becak) juga masih banyak. Jadi, pilihan transportasi umum memang bervariasi banget di New Delhi ini. Ya, semoga Jakarta memang serius membenahi sistem transportasi massalnya, terutama untuk MRT dan Monorail. Sementara untuk busway, yang saya lihat, walaupun telah didatangkan ratusan busway baru, tetapi tingkat kedatangannya masih jarang. Beberapa kendala diantaranya gas yang terbatas, jalur yang tidak steril, semoga bisa cepat diatasi. Ya sudah, Salam Kompasiana!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun