Mohon tunggu...
Ilyani Sudardjat
Ilyani Sudardjat Mohon Tunggu... Relawan - Biasa saja

"You were born with wings, why prefer to crawl through life?"......- Rumi -

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Uje: Wahai Nabi, Begitu Dahsyat Engkau Ada di Relung Hati Kami

3 Mei 2013   11:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:12 1025
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kepentingan politik banyak berpengaruh terhadap tafsir sejarah ini. Dan penguasa yang berkuasa juga berperan dalam menentukan apakah sebuah tafsiran sesuai dengan kepentingan politiknya ataukah mengancam kepentingannya.

Dalam kondisi seperti ini, tentu selalu ada ulama yang bisa berlaku lurus dan independen terhadap kepentingan politik. Yang selalu mencari ilmu sepanjang usianya. Dan kemudian meninggalkan kepada kita beribu atau beratus tahun kemudian kitab-kitab yang menjadi cahaya penerang yang masih kita baca.

Tetapi, itupun aku masih tidak bisa mengabsolutkan bahwa apa yang disampaikan oleh ulama tersebut 'mutlak' benar. Yang mutlak itu hanya milik Allah SWT.

Karena pemikiran ulama itu sendiri bisa berubah. Aku jadi ingat Maulana Jalaludin Rumi (sufi Persia, 1207 M). Sebelum bertemu Syamsudiin Tabriz, dia adalah ahli fikih yang keras. Kemudian datang seorang sufi pengembara, Syamsudin Tabriz.

Malam-malam mereka berdiskusi berbagai ilmu. Hingga sahabat sejatinya ini tiba-tiba menghilang. Yang menimbulkan duka sangat dalam bagi Rumi. Kemudian Rumi berubah menjadi sufi, dengan tarian darwisnya, dan pengikut dari berbagai agama.

Rumi berzikir dan menari dengan cinta. Dia seorang sufi, tetapi dengan pengamalan ibadah yang disiplin terhadap dirinya sendiri, sehingga Annemarie S ketika menuliskan kembali sejarah Rumi menyebutkan bahwa saking khusyu' dan lamanya dia sholat, janggutnya hingga membeku di musim dingin.


Tetapi apa jadinya, jika yang kita baca adalah buku Rumi sebagai ahli fikih yang keras itu? Mungkin itulah yang akan diikuti orang, dianggap sebagai kebenaran, sementara pemikiran Ruminya sendiri sudah berubah. Syukurnya, ketika itu Rumi tidak meninggalkan sebuah buku. Atau belum diketemukan kali.

Hampir sama dengan Sayyid Qutb. Sebelum dipenjara, orasinya lebih memberi motivasi pemuda dan pemimpin islam untuk merdeka, kembali ke agama. Tetapi setelah dipenjara dan disiksa sedemikian rupa dibawah rezim Nasser, dia menulis buku yang memberikan tafsiran sejarah islam dikaitkan dengan koteksnya masa itu dengan sangat 'mengerikan'.

Intinya, dia melakukan pembenaran terhadap pembunuhan dan bom bunuh diri, dengan alasan sekarang ini umat sedang mengalami masa jahiliah. Inilah awal 'pembenaran' terhadap bom bunuh diri, yang sebelumnya tidak pernah ada presendennya dalam sejarah Islam. Sayyid Qutub sendiri dihukum mati oleh pemerintah Mesir, tetapi buku-bukunya menginsiprasi kelompok radikal islam.

Makanya benarlah jika Nabi Muhammad SAW menyebutkan dalam hadistnya, bahwa menuntut ilmu itu sepanjang usia. Dari buaian hingga ke liang kubur. Karena ilmu yang kita dapat hanya setetes saja dari luasnya kazanah ilmu Allah SWT.

Kadang apa yang kita dapat, informasi yang kita ketahui, pengalaman yang kita alami, bagaikan pecahan puzzle.  Untuk menyempurnakan puzzle itu menjadi sebuah gambaran utuh, betapa banyak kepingan-kepingan yang harus dikumpulkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun