Mohon tunggu...
Ilya Ainur
Ilya Ainur Mohon Tunggu... Guru - Penyusun Aksara | SCHOOL COUNSELOR

saya ingin menulis lagi dan terus menulis sampai akhir

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Demi Bapak

18 Juli 2018   14:15 Diperbarui: 18 Juli 2018   14:23 654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mondok pun kulakukan demi menata masa depan lebih cerah dan menjadi kebanggaan semua orang ya khususnya keluarga aku. Dulu walaupun SMP di luar aku tetap memanfaatkan SMA ku menjadi santri di sebuah pondok pesantren. Sebenarnya aku sudah pengen mondok sejak SD dulu ingin sekali SMP sambil mondok seperti saudara ku yang lain. Tapi apalah daya aku tak kuasa mamah yang memang dekat denganku tak mengizinkan ku untuk mondok. 

Alasannya sih klasik ya gak tega katanya masih kecil udah harus jauh sama mamah dan bapak. Inginnya ngumpul terus. Apalagi keluarga ku termasuk keeluarga yang kompak yang kenana-mana harus berangkat bareng sama kakek, bibi dan paman. Nah sejak aku lulus SD memang keluarga ku sedang rajin-rajinnya tuh jalan-jalan bareng walau hanya keluar makan bersama. 

Semua ini adalah berkat usaha kakek ku yang dekat juga dengan ku dia seneng tuh kalau seluruh anak, cucu dan mantunya akur dan jalan-jalan bareng. Pernah waktu itu aku jalan-jalan sama keluarga ke pantai pangandaran selepas aku lulus SD. Akhirnya keinginan ku untuk mesantren sirna sudah. Akhirnya selepas lulus SD aku melanjutkan sekolah di suatu SMP Negeri yang ada di dekat tempat tinggal ku. 

Normal seperti anak SMP lainnya aku menjalani kehidupan sekolah yang normah. Berangkat pagi, pulang asar bahkan kadang sore. Karena biasanya betah aja gitu negerjain apa dulu di sekolah. Untuk prestastiku sendiri alhamdulillah bisa dibilang nilai-nilaiku bisa aku banggakan dihadapan orangtua ku dan guru ku ketika pembagian rapot di sekolah. 

Aku termasuk orang yang akan sangat sedih jika nilaiku ada yang turun makanya aku usahakan nilaiku tidak ada yang turun. Sempat suatu ketika di perpindahan semester nilaiku turun sampai bikin rangking ku turun juga aku sedih bersedu-sedu nangis ke mamah tapi mamah dengan bijak tetap membesarkan hatiku. Dan memberikan ku nasehat agar supaya ke depannya lebih baik. 

Demi mamah dan bapak aku kejar ketertinggalanku dan aku tebus semuanya di semseter selanjutnya. Dan akhirnya aku bisa lulus dengan nilai yang bagus dan itu ya dapat aku banggakan di hadapan orang tua ku. Ada satu masa yang sangat sulit saat aku kelas 2 SMP. Dan disini lah ku mulai kisahku. 

Pada saat itu aku sedih sekali bapak jadi jarang pulang. Awalnya aku hanya berfikir mungkin memang bapak ku punya kerjaan di luar yang harus sampai lembur gak pulang. Namun walau aku masih kecil aku bisa melihat ada yang berbeda dari tatapan mamah pada saat aku sering bertanya kenapa bapak jarang pulang. Sekalinya pulang seperti ada suatu gambar kesedihan dari wajah bapak ku. Aku anak mereka jadi aku paham apa yang mereka rasakan. 

Akhirnya yang aku takutkan pun terjadi. Mamah perlahan menceritakan apa yang sebenarnya terjadi antara bapak dan mamah. DIbantu kakek, bibi dan paman ku. Jadi intinya perceraian adalah jalan terbaik bagi mamah dan bapak saat itu. Akupun tak tau alasannya apa karena memang tak diberitahu oleh mamah, kakek, bibi dan pamanku. 

Karena aku tidak ingin terlihat sedih di depan mamah yang sudah sangat sedih tentunya akhirnya aku mencoba menerima dan mencoba memahami situasi itu. Setelah perceraian itu aku tinggal bersama mamah dan adek ku. Aku punya satu adik perempuan yang masih SD pada saat itu jadi mamah tinggal bersama kedua putrinya. 

Aku sangat merasa kehilangan sejak perceraian itu. Bagaimana tidak aku adalah salah satu anak yang sangat dekat dengan bapak. Ikatan batin kita sangat kuat menangis bersedu-sedu pernah aku lakukan saat bapak tak kunjung pulang dan sejak bapak pergi meninggalkan rumah karena perpisahan itu. Tapi mamah dan bapak tetap kooperatif menjelaskan bahwa walaupun perceraian itu terjadi aku masih bisa ketemu mamah dan bapak kapanpun aku mau. 

Sejak saat itu aku mencoba menajdi anak yang aktif di sekolah aku mencoba belajar lebih giat karena ingin membuktikan aku bisa walau aku datang dari keluarga yang mamah dan baaknya bercerai. Setiap hari aku ikut berbagai rapat organisasi dan tak tertinggal pula ekstrakurikuler. Ini semua aku lakukan juga supaya aku tidak terlarut dalam kesedihan itu. Menjelang kelulusan SMP aku putuskan tekad ku untuk mondok lagi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun