Mohon tunggu...
Ilyaaa
Ilyaaa Mohon Tunggu... Proses Menuju Karir dan Akademik Penelitian

Saya adalah seorang Sarjana Teknik sekaligus Magister Arsitektur yang mencintai seni dalam berbagai bentuk. Sebagai seorang arsitek, saya menikmati proses mendesain bangunan menggunakan perangkat lunak desain Arsitektur, menciptakan ruang-ruang yang tidak hanya fungsional tetapi juga estetis. Selain mendesain, saya memiliki minat mendalam dalam seni menulis. Saya gemar mendeskripsikan dan menggambarkan setiap detail desain saya melalui kata-kata yang indah dan penuh makna. Bagi saya, seni menulis adalah cara untuk menghidupkan ide dan memberikan jiwa pada setiap karya arsitektur yang saya ciptakan. Menggabungkan kemampuan teknis dan artistik, saya tidak hanya merancang bangunan, tetapi juga bercerita melalui tulisan, menghadirkan gambaran yang utuh antara visualisasi dan narasi. Kecintaan saya terhadap seni dan arsitektur inilah yang menjadikan setiap proyek saya lebih dari sekadar desain, melainkan karya yang memiliki cerita dan nilai estetika.

Selanjutnya

Tutup

Roman

"Hosana Putra Daud"

16 April 2025   20:12 Diperbarui: 16 April 2025   20:12 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah riuh angin gurun dan debu yang menari di jalan-jalan Yerusalem, langkah seekor keledai sederhana menggemakan nubuat kuno. Di atas punggungnya, seorang pria duduk tanpa mahkota emas, namun wajah-Nya memancarkan cahaya kerajaan yang tidak berasal dari dunia ini. Warga kota berbondong-bondong menyambut-Nya, menghamparkan pakaian dan ranting-ranting palma, seolah bumi sendiri tunduk pada Sang Raja yang datang dalam kelembutan. Di antara sorak-sorai dan nyanyian harapan, terdengarlah seruan yang mengguncangkan langit: "Hosana Putra Daud!"

Bukan sekadar pekik pujian, itu adalah jeritan jiwa yang haus akan keselamatan. "Selamatkan kami!" adalah bisikan luka yang lama tersembunyi, kini meledak dalam syair kerinduan. Anak-anak berseru lebih jujur daripada para imam, dan para pengemis lebih dahulu mengenali kemuliaan-Nya dibanding para bangsawan. Sebab yang datang bukan pembawa pedang, tetapi pembawa damai. Bukan penakluk dengan tentara, tetapi Penebus yang mengusung salib kasih.

"Hosana"---sebuah kata yang menembus batas waktu, mengalir dari bibir manusia kepada telinga surga. Di sana, di antara suara harpa dan puji-pujian malaikat, gema bumi didengar dan dijawab dengan darah di Kalvari. Putra Daud yang dielu-elukan itu, tak lama kemudian disalibkan oleh tangan yang sama yang pernah mengangkat ranting palma. Namun cinta-Nya tidak terhapus oleh paku, dan kerajaan-Nya tidak digulingkan oleh kubur.

Dan kini, dalam sunyi batin manusia yang modern, seruan itu masih hidup. "Hosana Putra Daud" bukan hanya nyanyian sejarah, melainkan panggilan abadi dari hati yang mencari terang. Di setiap ruang gelap, di setiap tangis malam, nama-Nya tetap menggetarkan harapan: bahwa masih ada Raja yang datang bukan untuk menghakimi, tetapi untuk memeluk, menyembuhkan, dan menyelamatkan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun