Mohon tunggu...
Ilham Suheri Situmorang
Ilham Suheri Situmorang Mohon Tunggu... Ilmuwan - Pedagang kecil di sebuah gubuk rentah nan beralaskan tanah

Manusia kecil yang sedang mengajarkan kepada pikirannya untuk melahap kosmik

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Marxisme

15 November 2019   20:22 Diperbarui: 15 November 2019   20:32 836
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sosialisme menjadi perwujudan dari keinginan manusia sejati atas apa yang sebenarnya tujuan dan maksud hidupnya. Hidup dan bertahan di tengah semesta alam dengan berdampingan secara harmonis adalah kehidupan yang luar biasa dari manusia yang sadar. Manusia yang menjadi saling melindungi dalam bertahan hidup, karena yang seperti itu ada dan lekat pada manusia yang sadar. 

Manusia sadar akan sangat memahami realitas kehidupannya dan pasti akan membentuk kehidupannya dengan cara yang baik dan yang paling masuk akal untuk tetap bisa dipandang sebagai manusia yang berbeda dengan cara kehidupan makhluk lainnya. Manusia tidak dibatasi dan diatur karena kebebasan yang muncul dari kehendak manusia sadar yang dijelaskan sebelumnya tidak akan melakukan kerusakan. 

Manusia yang sadar akan bekehendak sesuai dengan keinginannya sendiri dan menghasilkan yang baik. Wajar tidak perlu diatur yang ada dasarnya peraturan akan mengekang dan mendistorsi realitas manusia yang sebenarnya. Pada intinya manusia dengan kemampuannya yang luar biasa tidak serta merta melahirkan kekacauan dari kehendak bebas yang paling dalam.

Pada akhirnya sosialisme akan menghantarkan pada zaman komunisme yang ditandai dengan manusia secara universal tidak ditaur oleh apapun kecuali kesadaran masing -- masing untuk berbuat demi kemaslahatan manusia menempuh hidup di alam material. Tidak ada dogma, tidak ada ketentuan apapun dan dengannya manusia itu bebas dan menemukan hakikatnya yang paling baik. Tidak ada desakan, tidak ada harapan, segalanya sudah tersedia dialam bebas. Perkara manusia yang menggunakan kemampuannya untuk menyelamatkan keberlangsungan generasi manusia itu sendiri.

Walau tidak lengkap Marx berpendapat dunia tidak dapat diselesaikan hanya dengan menggunakan filsafat untuk menemukan kebenaran jalan kehidupan manusia. Selain dari padanya manusia harus menggunakan cara -- cara yang konkrit dalam melakukan perubahan. 

Perubahan yang dapat mengubah nasib manusia malang menjadi manusia yang lebih sepadang diantara mereka dan terciptanya keharmonisan karena tidak adanya kontradiksi lagi di dalamnya. Marx pada akhir pemikirannya lebih banyak menggunakan cara -- cara ideologis daripada berkutat pada filsafat. 

Ia menyerukan untuk melakukan gerakan revolusi dalam menumbangkan kekuasaan kaum borjuis. Gerakan yang diwakili oleh mereka yang sadar akan jati dirinya sebagai manusia menentang budaya penindasan. Mereka tidak lain yang diwakili oleh sang revolusioner yang berasal dari kelas proletar. Pengambilan kekusasaan tidak dipahami sebagai pergantian kekuasaan karena pada zaman sosialis tidak dikenal adanya kekuasaan. 

Negara dan kelas dijamin tidak ada, hanya sekedar tugas pemerataan kekuasaan sehingga tidak ada lagi kekuasaan manusia tertentu menguasai manusia lainya. Dalam zaman yang seperti itu manusia yang menguasai alam semesta sebagai upaya meneruskan kehidupan manusia.

Penjelasan Marxisme tentang sejarah manusia ditempuh melalui fenomena kontradiksi atau pertentangan antar kelas mengenai dominasi cara produksi material atas kebudayaan manusia dapat menjadi rujukan yang bijak karena pada realitasnya hal ini benar -- benar terjadi yang menjadi landasan utama teori ini. Hanya saja, perspektif yang dibangun oleh Marxisme dan Kapitalisme memiliki perbedaan yang signifikan. 

Dalam hal ini Kapitalisme beranggapan bahwa terjadinya kesenjangan ekonomi hanya dianggap sebagai kondisi yang disebabkan oleh alamiahnya kepentingan -- kepentingan ekonomi berjalan melalui mekanisme pasar bebas dan bekerjanya tangan -- tangan tidak kelihatan dengan meminimalisir peranan negara maupun agen -- agennya dalam mencampuri urusan ekonomi. Kesenjangan akan berakhir pada kondisi Kapitalisme yang mapan atau mencapai kesejahteraan bersama dengan tercapainya keseimbangan antara pihak -- pihak pelaku ekonomi dengan karakteristik leissez faire. 

Di lain pihak Marxisme menekankan bahwa tidak ada gunanya negara sebagai agen dari pemilik modal dalam mencampuri urusan ekonomi, walaupun tetap memiliki perbedaan dengan konsep leissez faire yang ditawarkan oleh Kapitalisme, dan tidak ada gunanya menggantungkan kepercayaan akan kesejahteraan dan keadilan pihak proletar kepada pihak borjuis. Suatu dialektika yang inspiratif dan penuh argumentasi yang kuat memungkinkan penalaran ini menjadi pisau analisis yang tajam dalam meninjau apa yang dituju sebagai kondisi ideal dari realitas masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun