Mohon tunggu...
Ilham Suheri Situmorang
Ilham Suheri Situmorang Mohon Tunggu... Ilmuwan - Pedagang kecil di sebuah gubuk rentah nan beralaskan tanah

Manusia kecil yang sedang mengajarkan kepada pikirannya untuk melahap kosmik

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Marxisme

15 November 2019   20:22 Diperbarui: 15 November 2019   20:32 836
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Tidak selesai pada tahap itu, dunia yang sangat luas dan kompleks dengan struktur kelas dan cara kerja yang dilematis tidak lantas digubris dengan sikap skeptis berlebihan kepada pandangan ini dalam menyelesaikan masalah dunia.

Pandangan dari banyak pemikir, apakah dari kalangan yang mengkritik atau memusuhi, tentang ketidakkonsisten dari Marxisme tetapi tidak menunjukan buktinya secara konkrit, seperti halnya pertentangan priode 'Marx Muda' dengan 'Marx Dewasa'. Bukankan kekaburan yang dihasilkan dalam  melihat pandangan ini tidak berasal dari dalam diri pandangan ini sendiri namun bisa dianulir kekaburan itu berasal dari interpretasi pada pengikutnya sehingga yang dihasilkan adalah Marxisme yang beragam dan membingungkan tentang inti ajarannya (Sztompka, 2010: 185). Sudah dikatakan lebih awal bahwa nilai yang paling mewakili Marxisme adalah pandangan Marx tentang realitas kehidupan.

Permasalahan dunia yang kompleks tentu membutuhkan suatu penyelesaian yang rumit juga. Jika kapitalisme merajai dunia dengan wilayah dan kualitas yang mengakar pada sistem dan struktur masyarakat dunia maka tidak salah menggunakan pandangan marxisme secara komprehensif dan sepadan. 

Pernyataan yang lantang tanpa ragu -- ragu bahwa pandangan ini belum pada pengejawantahannya dengan begitu tidak adil terlalu cepat memberikan vonis kuno kepada pandangan ini. Ternyata banyak hal yang dikandung dalam pandangan ini terjadi pada masyarakat. 

Seperti halnya adanya kontradiksi di dalam kapitalisme yang pada waktu tertentu akan mereduksi kemampuan mereka untuk menghimpun kekuatan modal sebagai pertahanan dan daya serang mereka untuk menguasai dunia. Pada yang seperti itu akan menghadirkan pergantian zaman ataupun peradaban sebagaimana dalam sejarah bahwa dunia sudah mengalami begitu banyak zaman. Masing -- masing zaman memiliki karakteristik tersendiri sehingga zaman yang menggantikan kapitalis akan berbeda dari sebelumnya.

Perbedaan yang penuh makna untuk manusia diharapkan menuju peradaban yang lebih baik. Konsepsi yang sangat mulia dimata Karl Marx untuk dunia menjadi rumah dengan taman yang indah dan manusia menjadi fokus utama yang mendudukinya. Walaupun tidak bisa dipungkiri pemikiran ini masih membutuhkan pembenahan karena ada hal yang belum secara gambalang dituliskan sehingga pandangan ini masih syarat dengan mengundang banyak interpretasi dari subjek yang berbeda.

Manusia bermula pada zaman primitif merupakan situasi masyarakat yang berbentuk komunal dengan permasalahan kehidupan yang sederhana. Kehidupan yang ditandai dengan pekerjaan mencari sumber -- sumber makanan dan keputusan meneruskan generasi. Kehidupan yang sangat sedikit melahirkan kontradiksi. Wajar dianggap demikian karena variabel -- variabel yang bekerja dalam mempengaruhi keputusan manusia sangat sedikit. 

Kehidupannya sangat rutinitas dan sederhana. Kesederhanaan tidak membuat mereka menjadi beringas, konsepsi bahwa mereka harus bersatu demi keberlangsungan mereka ditengah alam buas yang sangat membuat mereka tidak bercerai -- berai. Tidak dipaksakan oleh apapun selain kehendak mereka untuk mempertahankan hidup.

Berkembang menjadi zaman kolonial, manusia sudah dikuasai oleh hasrat untuk mengusai apa saja yang dapat dikuasai hingga sebagai manusia menjadi bagian sasaran darinya. Zaman yang ditandai dengan pengerahan kekuatan militer untuk menguasai daerah -- daerah, dimana sebagai manusia berdiri hidup sebagai entitas yang berdampingan dengan alam, yang subur untuk dapat menjadi sumber energi yang semakin mengkokohkan fondasi kekuasaannya. Hasrat manusia yang beringas dan menjadi ekploitatif terhadap sesamanya lahir dari gagasan akan manusia yang bertahan adalah manusia yang menaklukan. 

Bagi manusia yang dijajah adalah hanya menggantungkan nasibnya pada kemurahan hati para penjajah. Mereka sangat lemah dan teraniaya, tidak memiliki kebebasan  dan terasing. Kondisi yang demikian yang dimaksud oleh penjajah untuk selalu diterapkan kepada mereka yang dijajah agar tidak terjadi pemberontakan. Satu sisi penjajah melakukan aktivitas dehumanisasi dan yang lainnya bisa jadi hanya menyaksikan kekejian itu terus berlangsung. Kesengsaraan kaum yang terjajah tidak dapat dihapus selama proses itu terus berlangsung.

Proses yang terjadi pada banyak negeri yang terjajah adalah melakukan pemberontakan kepada penjajah untuk mendapatkan kebebasan dan kemanusiaannya. Bagi penjajah itu merupakan suatu perlawanan terhadap hegemoni kekuasaan mereka dan untuk itu harus dihentikan dan dibinasakan. Tidak jarang korban nyawa dan harta benda menjadi taruhan yang dibayar murah hanya demi pertentangan kehendak dari dua belahan manusia yang memiliki visi yang berbeda. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun