Mohon tunggu...
Ilham Suheri Situmorang
Ilham Suheri Situmorang Mohon Tunggu... Ilmuwan - Pedagang kecil di sebuah gubuk rentah nan beralaskan tanah

Manusia kecil yang sedang mengajarkan kepada pikirannya untuk melahap kosmik

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Marxisme

15 November 2019   20:22 Diperbarui: 15 November 2019   20:32 836
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kekalahan bagi yang satu adalah pencapaian atas visi bagi yang lainnya. Artinya keberlangsungan peperangan itu dapat dihentikan dengan ditandai munculnya satu kaum yang menang dan menancapkan visinya apakah tetap menjajah atau menghapus penjajahan.

Zaman kapitalisme yang marak belakangan ini tidak dipandang sebagai hal yang tiba -- tiba terjadi menemukan dirinya sediri sudah hadir kokoh dimuka bumi. Kapitalisme yang menurut Weber berasal dari semangat etos Kristen Protestan tentang bagaimana menggapai kebaikan di dunia (Sztompka, 2010). 

Kebaikan di dunia harus digapai dengan kerja keras terus -- menerus hingga menuai hasil dari kerja keras itu. Hasil yang dapat meningkatkan kesejahteraan manusia dipadang sebagai tujuan dari hidup manusia di dunia. Tujuan yang biasanya dianggap sebagai pemuasaan akan keinginan kebaikan dari manusia menjadi dapat digeneralisasi dengan penemuan uang. Uang yang menjadi alat ukur pencapaian kenikmatan di dunia. 

Uang yang demikian pada mulanya menjadi alat (instrumen) bagi mereka yang masih terideologi oleh konsep (calling/ panggilan) di agama Kristen Protestan berubah menjadi tujuan pada pembentukan struktur masyarakat kapitalis yang sudah lebih mapan dan beranjak menjadi sekuler (Sztompka, 2010). Agama sudah mulai lepas kendalinya akan kehidupa manusia. Pencapaian manusia akan pemujaan uang sudah menjadi kebiasaan (kultur) yang ketika manusia saat itu juga ditanya, ia tidak akan pernah tahu sebenarnya ia berasal dari semangat keagamaan.

Sekularisasi kehidupan manusia dari nilai keagamaan dalam hal ini terkhusus pada Kristen Protenstan yang paling menonjol, karena pada nilai keagamaan tertentu seperti di India dan Cina justru menghalangi kapitalisme untuk tumbuh subur (Sztompka, 2010).  

Sekulerisasi yang terjadi diawali oleh manusia sudah berorientasi pada kapital (uang) untuk dijadikan modal dari model usaha kewirausahaan. Keseriusan kapitalis dalam mengumpulkan kapital ditandai dengan hasil dari kapital tidak langsung digunakan untuk mencapai kesejahteraan seperti yang dimaksud oleh Protestan, namun dijadikan kembali dalam bentuk kapital yang semakin menggunung hingga hasil dari itu semua adalah keterlimpahan kapital yang paling menentukan dalam perkembangan ekonomi modern. Zaman yang memiliki karakter cukup berbeda dengan zaman sebelumnya.

Zaman yang hampir dianggap musnahnya kolonialisme ditandai dengan masuknya era kapitalisme yang merajai dunia dengan tawaran kesejahteraan dan kemakmuran yang melimpah. Bagi banyak manusia yang teralienasi akan dengan mudah menerimanya dan bersahabat dengannya. 

Dalam persahabatan yang tidak adil itu terjadi proses -- proses menyerapan dan penguasaan akan aset -- aset alat produksi sehingga terpolar pada satu kekuatan besar yang mendehumanisasi sebagian manusia lainnya. Kemenangan kaum borjuis yang sangat meyakinkan dalam mempromosikan pasar bebas dan kemakmuran yang berlimpah, disaksikan masyarakat dunia menjadi pioner dalam menuju dunia yang penuh gemilang dan gairah persaingan. 

Manusia dituntut bekerja ekstra diluar kehendaknya untuk memenuhi hasrat majikannya yang mendomonasi visi akan kebaikan bagi mereka semua. Majikan yang penuh simpati atas kerja keras namun sayang ia menginginkannya tetap begitu. Kaum yang tertindas karena mendapat simpati, tetap saja merasa itu kewajibannya dan dengan gairah terus melaksanakan kehendak majikannya tanpa pernah merasakan bagaimana kehendaknya sebenarnya bekerja.

Kapitalisme yang pada realitasnya menunjukan kesuksesan gemilang yang menjadi argumen penting bagi para pelakunya. Realitas yang hampir menguasai aspek kehidupan manusia mengajak yang ragu -- ragu maupun yang melawan dengan setengah hati untuk bergabung dan merasakan kejayaannya. Tawaran yang tidak sedikit mengingat kenikmatan dunia yang dapat dikumpulkan dengan memakan sedikit waktu dengan cara produksi masal. 

Produksi masal menuntut distribusi dan komsumsi yang masal pula. Kebutuhan manusia yang tidak terbatas menjadi alasan yang tangguh untuk kapitalis tidak menghentikan aksinya. produksi masal ini yang bagi kapitalis menjanjikan kesejahteraan yang melimpah ruah, namun yang terjadi adalah pemusatan kekayaan pada majikan, bukan pada buruh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun