Mohon tunggu...
Ilham Suheri Situmorang
Ilham Suheri Situmorang Mohon Tunggu... Ilmuwan - Pedagang kecil di sebuah gubuk rentah nan beralaskan tanah

Manusia kecil yang sedang mengajarkan kepada pikirannya untuk melahap kosmik

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Marxisme

15 November 2019   20:22 Diperbarui: 15 November 2019   20:32 836
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pandangan yang terfokus pada perubahan sosial ditinjau dari kekuatan ekonomi sebagai daya tarik perubahan itu sendiri dengan materialisme dan sejarah sebagai pedoman pengamatannya. 

Pandangan dengan pandapat sejarah manusia adalah proses alamiah dengan begitu hukumnya dapat diamati (seperti pandangan positifis logis), analisa alam diterapkan pada analisa sosial (Sztompka, 2010: 181).

Menurut sejarah manusia berkembang menuju arah kemajuan yang lebih baik (sempurna). Perkembangan yang dalam tradisi ilmiah dapat disamakan dengan pandangan evolusionisme dan developmetalisme yang menurut kedua pandangan ini sejarah manusia berkembang dari embrio sederhana ke kompleksitas kesempurnaan bentuk. 

Dalam sosial dengan mengetahui hukum, ketentuan, pola dan kecenderungan yang terjadi dalam sejarah akan dapat dijadikan analisa yang komprehensif mengenai kejadian atau peristiwa dimasa mendatang dengan melakukan tindakan sesuai dengan hukum, ketentuan, pola dan kecenderungan yang terjadi dalam sejarah atau memodifikasinya jika mengkehendakinya. 

Dalam pandangan Marx adalah dengan mengikuti sistematika tersebut akan dapat diperoleh perbaikan zaman sesuai yang dikehendaki dan pernyataannya menegaskan (Sztompka, 2010: 181): "Filosof hanya menafsirkan sejarah dunia; masalah sebenarnya adalah bagaimana cara untuk mengubahnya."

Pandangan Marx yang menjadikanya secara fundamental sama dengan Evolusionisme yaitu (Sztompka, 2010: 181):

1. Marx adalah penganut setia pendirian yang menyatakan, seluruh proses sejarah mengarah kepada kemajuan. Ia sama optimisnya dengan kaum  evolusionis dan membayangkan terjadinya perbaikan keadaaan masyarakat secara terus -- menurus.

2. Ia melihat kemajuan sejarah didorong oleh kekuatan dari dalam.

3. Perkembangan sejarah melalui urutan tahap yang dapat dibedakan, melalui jalan yang seragam.

4. Kecenderungan utama perkembangan sejarah ditandai oleh peningkatan kompleksitas dan diferensiasi masyarakat, sehingga pembagian kerja dalam masyarakat menjadi perhatian khusus.

Marx juga sangat terinspirasi oleh pemikiran Hegel mengenai dialektika namun dengan sangat selektif untuk menerimanya. Ada hal yang secara fundamental menjadi dasar bangunan filsafat Marx namun tidak sama sekali mejadikannya keseluruhan dari rangkaian filsafatnya. Sebagai gambaran dari persamaan fundamental (Sztompka, 2010: 182-183) yaitu:

1. Perjalanan sejarah adalah mengarah, meningkat, dan berkembang menurut kemajuan. Hegel menyatakan bahwa bila kita melihat sejarah dunia, kita akan menemukan adanya logika (keteraturan) dari berbagai kejadian yang sepintas tampak kacau.

2. Perkembangan sejarah tidak linear, lurus dan konsisten. Sejarah berjalan melalui kemacetan, kekalahan, serangan balasan, dan baru mencapai bentuk kemajuan menyeluruh pada akhir babak.

3. Perkembangan sejarah pun tidak bertahap, lancar, dan kumulatif. Tetapi berjalan melalui cara khusus, ketika kualitas dasar proses berubah secara radikal dan cepat.

4. Urutan tahapan sejarah dapat dibagi menjadi tiga bagian. Pada tingkat sejarah dunia terluas, cerita tentang semangat sejarah dapat diketahui melaui tahap prasejarah kehidupan primitif, kemudian sejarah ketergantungan dan perbudakan yang diikuti oleh perjuangan emansipasi.

5. Proses sejarah digerakakan oleh kekuatan. Semangat (Geist) adalah prinsip aktivitas dari itu sendiri.

6. Kekuatan penggerak itu ditemukan di dalam prinsip negatif: kontradiksi, penderitaan, dan penyelesaiannya. "Geist dipengaruhi oleh perjuangan terus -- menerus, semangat selalu berperang dengan dirinya sendiri." Perwujudan diri dari kesempurnaan diri Geist hanya terjadi melalui penghancuran diri. Tetapi kekuatan negatif tak dapat dihasilkan dari kehancuran tanpa makna: ia adalah cara mewujudkan perkembangan progresif menuju kebebasan konkrit.

7. Proses sejarah berlangsung diberbagai tingkat. Kejadian historis aktual dan prilaku konkrit manusia dipandu oleh kecerdikan nalar yang menyebabkan nalar tanpa disadarinya menghasilkan kecenderungan semangat progresif menyeluruh di tingkat dunia.

Berlanjut dengan menggunakan cara filsafat Materialisme Dialektika Historis, Marx merumuskan tinjauannya terhadap realitas manusia sendiri. Dengan konsisten meneruskan padangan evolusionis dan Hegelian mengenai sejarah, Marx mengubah filsafatnya menjadi rumusan yang berbentuk ideologi, bisa dikatakan Komunisme adalah pandangannya yang paling memungkinkan untuk ia serukan kepada masyarakat dunia. 

Marx yang dibesarkan dalam tradisi intelektual Jerman yang pada masa itu mencapai gegap gempita produk intelektual abad pencerahan sebagai kontadiksi abad pertengahan yang diselimuti pandangan keagamaan. 

Dengan begitu Marx sangat bersemangat meneruskan tradisi era pencerahan dengan menganggap tidak perlu mengadakan kecanduan agama sebagai idealiasi manusia mencari harapan akan kebaikan zaman. Satu -- satunya yang ditawarkan oleh Marx adalah pencapaian Komunisme dengan melakukan revolusi terhadap kelas ekonomi penguasa.

Marxisme yang paling baik adalah yang paling mewakili paham yang sesuai dengan apa yang di kemukakan oleh Karl Marx. Berawal dari gagasan Marx mengenai realitas kehidupan manusia yang tersusun dari kelas -- kelas sosial  menurut stuktur ekonomi. 

Pengamatan yang didapat dari analisis perbedaan kepemilikian atas alat -- alat produksi menyebabkan ketimpangan kesejahteraan dan pemicu pertikaian diantaranya. Konflik yang didasari oleh kontradiksi situasi sosial yang menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak lainnya. Pihak yang diuntungkan berhasrat untuk menguasai kehidupan mereka yang selalu dirugikan secara keseluruhan. 

Situasi yang lemah dan terasing bagi mereka yang dikuasai sangat menyulitkan mereka untuk keluar dari situasi tersebut. Keduanya tidak dapat berpisah karena adanya keharusan bagi kapitalisme untuk selalu demikian, jika tidak akan menjadi kiamat bagi kapitalisme.

Fokus pada ekonomi menjadikan Marxisme Klasik menjadi pemahamannya yang paling dekat dengan apa yang menjadi analisis dan gagasan Marx memandang realitas kehidupan manusia mengenai ekonomisme, determinisme, materialisme dan strukturalisme. 

Pandangan yang menyimpulkan dunia seperti itu adalah pandangan yang sangat kritis terhadap eksploitasi pihak borjuis (penguasa alat produksi) terhadap pihak proletar (terasing). 

Tidak berhenti pada analisis kontradiksinya namun pandangan ini berhasil membuat formulasi tentang bagaimana seharusnya kehidupan manusia dibentuk. Walaupun formulasi itu belum bekerja pada realitas kehidupan, namun upaya -- upaya yang dilakukan kearah sana sudah dimulai. Kegagalan bukan berarti tidak memungkinkan untuk terjadi sebagaimana ketika manusia menciptakan pesawat terbang. 

Terbang diudara bagi manusia yang diawal sangat tidak mungkin namun sudah dibantah dengan alat yang disebut pesawat terbang. Penciptaannya menuai kegagalan demi kegagalan hingga hari ini sudah banyak pesawat terbang dengan banyak manusia terbang bersamanya. Begitu juga paham ini memiliki potensi manifestonya.

Pandangan ini didasarkan pandangan Karl Marx memandang dunia. Walaupun banyak kalangan penganut mazhab ini, yang banyak berkembang di era kontemporer, mengaku mereka yang paling mewarisi paham Marxisme. 

Namun banyak juga dari mereka bertentangan mengenai isu dan perkembangan dari pokok permasalahannya. Fokus pada wacana Hegemoni, ideologi dan signifikansi agen menjadikan Marxisme Kontemporer tidak mendapat tempat dalam analisis ini karena diluar konteks ekonomisme, determinisme, materialisme dan strukturalisme yang dikehendaki Karl Marx (Marsh dan Stoker, 2010).

Analisis yang dianggap dapat mengurangi kecanggungannya dalam menghadapi lawannya yang disebut Kapitalisme menempatkan asumsi Marxisme pada ketahanan analisis paham ini yang masih dapat dipertanggungjawabkan walau dengan kritik bernada utopis yang di lontarkan oleh lawan -- lawannya. Penjelasan bahwa teori ini dapat diandalkan dan memiliki analisis yang signifikan terhadap realitas sehubungan dengan ekonomi dan determinasinya akan menuntun kepada penemuan akan tujuan dari teori ini diciptakan. Tujuan yang sangat kongkrit telah dicatat dalam Communist Manifesto (1848) oleh Karl Marx dan Friedrich Engels (Marsh dan Stoker, 2010). 

Kegagalan pandangan ini untuk betul -- betul manifes tidak lantas harus menyandang predikat utopis. Jika ditanyakan tentang bagaimana kehidupan di dunia pada akhirnya, akan pemikiran manapun akan sulit menentukannya. Seperti apa dan bagaimana hingga sampai disitu, kesulitan yang waktu berabad -- abad pun tidak cukup untuk mencari tahunya. 

Kebanyakan dari pandangan hanya memberikan gambaran besar tanpa banyak memberikan justifikasi detail mengenai situasi dan suasana zaman akhir ataupun zaman yang menjadi dambaan begitu banyak manusia. Tidak adil jika teori Marxisme dipetik pada beberapa babnya tanpa memandang keseluruhan babnya. Seperti halnya menganggap kegagalan negara Uni Soviet dalam memanifestokan komunisme sebagai kegagalan pandangan ini dalam menjawab tantangan dunia. 

Tidak selesai pada tahap itu, dunia yang sangat luas dan kompleks dengan struktur kelas dan cara kerja yang dilematis tidak lantas digubris dengan sikap skeptis berlebihan kepada pandangan ini dalam menyelesaikan masalah dunia.

Pandangan dari banyak pemikir, apakah dari kalangan yang mengkritik atau memusuhi, tentang ketidakkonsisten dari Marxisme tetapi tidak menunjukan buktinya secara konkrit, seperti halnya pertentangan priode 'Marx Muda' dengan 'Marx Dewasa'. Bukankan kekaburan yang dihasilkan dalam  melihat pandangan ini tidak berasal dari dalam diri pandangan ini sendiri namun bisa dianulir kekaburan itu berasal dari interpretasi pada pengikutnya sehingga yang dihasilkan adalah Marxisme yang beragam dan membingungkan tentang inti ajarannya (Sztompka, 2010: 185). Sudah dikatakan lebih awal bahwa nilai yang paling mewakili Marxisme adalah pandangan Marx tentang realitas kehidupan.

Permasalahan dunia yang kompleks tentu membutuhkan suatu penyelesaian yang rumit juga. Jika kapitalisme merajai dunia dengan wilayah dan kualitas yang mengakar pada sistem dan struktur masyarakat dunia maka tidak salah menggunakan pandangan marxisme secara komprehensif dan sepadan. 

Pernyataan yang lantang tanpa ragu -- ragu bahwa pandangan ini belum pada pengejawantahannya dengan begitu tidak adil terlalu cepat memberikan vonis kuno kepada pandangan ini. Ternyata banyak hal yang dikandung dalam pandangan ini terjadi pada masyarakat. 

Seperti halnya adanya kontradiksi di dalam kapitalisme yang pada waktu tertentu akan mereduksi kemampuan mereka untuk menghimpun kekuatan modal sebagai pertahanan dan daya serang mereka untuk menguasai dunia. Pada yang seperti itu akan menghadirkan pergantian zaman ataupun peradaban sebagaimana dalam sejarah bahwa dunia sudah mengalami begitu banyak zaman. Masing -- masing zaman memiliki karakteristik tersendiri sehingga zaman yang menggantikan kapitalis akan berbeda dari sebelumnya.

Perbedaan yang penuh makna untuk manusia diharapkan menuju peradaban yang lebih baik. Konsepsi yang sangat mulia dimata Karl Marx untuk dunia menjadi rumah dengan taman yang indah dan manusia menjadi fokus utama yang mendudukinya. Walaupun tidak bisa dipungkiri pemikiran ini masih membutuhkan pembenahan karena ada hal yang belum secara gambalang dituliskan sehingga pandangan ini masih syarat dengan mengundang banyak interpretasi dari subjek yang berbeda.

Manusia bermula pada zaman primitif merupakan situasi masyarakat yang berbentuk komunal dengan permasalahan kehidupan yang sederhana. Kehidupan yang ditandai dengan pekerjaan mencari sumber -- sumber makanan dan keputusan meneruskan generasi. Kehidupan yang sangat sedikit melahirkan kontradiksi. Wajar dianggap demikian karena variabel -- variabel yang bekerja dalam mempengaruhi keputusan manusia sangat sedikit. 

Kehidupannya sangat rutinitas dan sederhana. Kesederhanaan tidak membuat mereka menjadi beringas, konsepsi bahwa mereka harus bersatu demi keberlangsungan mereka ditengah alam buas yang sangat membuat mereka tidak bercerai -- berai. Tidak dipaksakan oleh apapun selain kehendak mereka untuk mempertahankan hidup.

Berkembang menjadi zaman kolonial, manusia sudah dikuasai oleh hasrat untuk mengusai apa saja yang dapat dikuasai hingga sebagai manusia menjadi bagian sasaran darinya. Zaman yang ditandai dengan pengerahan kekuatan militer untuk menguasai daerah -- daerah, dimana sebagai manusia berdiri hidup sebagai entitas yang berdampingan dengan alam, yang subur untuk dapat menjadi sumber energi yang semakin mengkokohkan fondasi kekuasaannya. Hasrat manusia yang beringas dan menjadi ekploitatif terhadap sesamanya lahir dari gagasan akan manusia yang bertahan adalah manusia yang menaklukan. 

Bagi manusia yang dijajah adalah hanya menggantungkan nasibnya pada kemurahan hati para penjajah. Mereka sangat lemah dan teraniaya, tidak memiliki kebebasan  dan terasing. Kondisi yang demikian yang dimaksud oleh penjajah untuk selalu diterapkan kepada mereka yang dijajah agar tidak terjadi pemberontakan. Satu sisi penjajah melakukan aktivitas dehumanisasi dan yang lainnya bisa jadi hanya menyaksikan kekejian itu terus berlangsung. Kesengsaraan kaum yang terjajah tidak dapat dihapus selama proses itu terus berlangsung.

Proses yang terjadi pada banyak negeri yang terjajah adalah melakukan pemberontakan kepada penjajah untuk mendapatkan kebebasan dan kemanusiaannya. Bagi penjajah itu merupakan suatu perlawanan terhadap hegemoni kekuasaan mereka dan untuk itu harus dihentikan dan dibinasakan. Tidak jarang korban nyawa dan harta benda menjadi taruhan yang dibayar murah hanya demi pertentangan kehendak dari dua belahan manusia yang memiliki visi yang berbeda. 

Kekalahan bagi yang satu adalah pencapaian atas visi bagi yang lainnya. Artinya keberlangsungan peperangan itu dapat dihentikan dengan ditandai munculnya satu kaum yang menang dan menancapkan visinya apakah tetap menjajah atau menghapus penjajahan.

Zaman kapitalisme yang marak belakangan ini tidak dipandang sebagai hal yang tiba -- tiba terjadi menemukan dirinya sediri sudah hadir kokoh dimuka bumi. Kapitalisme yang menurut Weber berasal dari semangat etos Kristen Protestan tentang bagaimana menggapai kebaikan di dunia (Sztompka, 2010). 

Kebaikan di dunia harus digapai dengan kerja keras terus -- menerus hingga menuai hasil dari kerja keras itu. Hasil yang dapat meningkatkan kesejahteraan manusia dipadang sebagai tujuan dari hidup manusia di dunia. Tujuan yang biasanya dianggap sebagai pemuasaan akan keinginan kebaikan dari manusia menjadi dapat digeneralisasi dengan penemuan uang. Uang yang menjadi alat ukur pencapaian kenikmatan di dunia. 

Uang yang demikian pada mulanya menjadi alat (instrumen) bagi mereka yang masih terideologi oleh konsep (calling/ panggilan) di agama Kristen Protestan berubah menjadi tujuan pada pembentukan struktur masyarakat kapitalis yang sudah lebih mapan dan beranjak menjadi sekuler (Sztompka, 2010). Agama sudah mulai lepas kendalinya akan kehidupa manusia. Pencapaian manusia akan pemujaan uang sudah menjadi kebiasaan (kultur) yang ketika manusia saat itu juga ditanya, ia tidak akan pernah tahu sebenarnya ia berasal dari semangat keagamaan.

Sekularisasi kehidupan manusia dari nilai keagamaan dalam hal ini terkhusus pada Kristen Protenstan yang paling menonjol, karena pada nilai keagamaan tertentu seperti di India dan Cina justru menghalangi kapitalisme untuk tumbuh subur (Sztompka, 2010).  

Sekulerisasi yang terjadi diawali oleh manusia sudah berorientasi pada kapital (uang) untuk dijadikan modal dari model usaha kewirausahaan. Keseriusan kapitalis dalam mengumpulkan kapital ditandai dengan hasil dari kapital tidak langsung digunakan untuk mencapai kesejahteraan seperti yang dimaksud oleh Protestan, namun dijadikan kembali dalam bentuk kapital yang semakin menggunung hingga hasil dari itu semua adalah keterlimpahan kapital yang paling menentukan dalam perkembangan ekonomi modern. Zaman yang memiliki karakter cukup berbeda dengan zaman sebelumnya.

Zaman yang hampir dianggap musnahnya kolonialisme ditandai dengan masuknya era kapitalisme yang merajai dunia dengan tawaran kesejahteraan dan kemakmuran yang melimpah. Bagi banyak manusia yang teralienasi akan dengan mudah menerimanya dan bersahabat dengannya. 

Dalam persahabatan yang tidak adil itu terjadi proses -- proses menyerapan dan penguasaan akan aset -- aset alat produksi sehingga terpolar pada satu kekuatan besar yang mendehumanisasi sebagian manusia lainnya. Kemenangan kaum borjuis yang sangat meyakinkan dalam mempromosikan pasar bebas dan kemakmuran yang berlimpah, disaksikan masyarakat dunia menjadi pioner dalam menuju dunia yang penuh gemilang dan gairah persaingan. 

Manusia dituntut bekerja ekstra diluar kehendaknya untuk memenuhi hasrat majikannya yang mendomonasi visi akan kebaikan bagi mereka semua. Majikan yang penuh simpati atas kerja keras namun sayang ia menginginkannya tetap begitu. Kaum yang tertindas karena mendapat simpati, tetap saja merasa itu kewajibannya dan dengan gairah terus melaksanakan kehendak majikannya tanpa pernah merasakan bagaimana kehendaknya sebenarnya bekerja.

Kapitalisme yang pada realitasnya menunjukan kesuksesan gemilang yang menjadi argumen penting bagi para pelakunya. Realitas yang hampir menguasai aspek kehidupan manusia mengajak yang ragu -- ragu maupun yang melawan dengan setengah hati untuk bergabung dan merasakan kejayaannya. Tawaran yang tidak sedikit mengingat kenikmatan dunia yang dapat dikumpulkan dengan memakan sedikit waktu dengan cara produksi masal. 

Produksi masal menuntut distribusi dan komsumsi yang masal pula. Kebutuhan manusia yang tidak terbatas menjadi alasan yang tangguh untuk kapitalis tidak menghentikan aksinya. produksi masal ini yang bagi kapitalis menjanjikan kesejahteraan yang melimpah ruah, namun yang terjadi adalah pemusatan kekayaan pada majikan, bukan pada buruh.

Produksi yang berlebihan, selain dilihat kedepannya, menuntut mencarian sumber -- sumber produksi yang masal juga dilihat kebelakangnya, sehingga yang terjadi dapat mempercepat umur bumi yang bagi kaum environmentalisme sangat tidak bisa di tolerir. Kehancuran sebagai dampak besar dari kapitalisme tidak sebatas pada alam semesta, namun juga pada sosial masyarakat yang dilandanya. 

Masyarakat cenderung konsumeristik dan mengabaikan kearifan lokal menuju dunia dengan globalisasi arus kapital. Segalanya diukur oleh uang, menafikan kemurnian dan hakikat kehadiran manusia di muka bumi. 

Alam raya dan kearifan sudah dapat ditukar dengan uang. Apa yang dapat meningkatkan kesejahteraan dengan parameter kapital tentu dapat ditransaksikan pada pasar bebas. 

Kebebasan tanpa adanya pandangan yang mendalam mengenai kebebasan oleh dan kepada siapa. Kebebasan yang dimunculkan dan dibeli oleh mereka yang berkelimpahan harta. Dan yang sangat menderita karena itu, tidak dapat mendapatkan kebebasannya lagi karena telah dibeli oleh majikannya. Yang ada adalah mereka hidup dengan perasaan yang secukupnya dan dilarang untuk bebas.

Pasar bebas yang awalnya dimaksudkan untuk melepas kendali negara pada ekonomi masyarakat sudah berubah menjadi tidak terkendali karena di berikan oleh para pelaku ekonomi yang tidak semuanya memiliki nilai atau ideologi kerakyatan. Situasi yang sangat sulit untuk dimenangkan oleh mereka yang peduli atas sosial. Kemenangan para pelaku ekonomi yang termasyhur karena hartanya dapat membeli segalanya. 

Jika segalanya sudah dapat dibeli, apa yang menjadi nilai di dalam sesuatu yang sudah dibeli secara harfiah sudah dapat digunakan oleh yang membelinya. Dengan peraturan dunia yang membenarkan hak kepemilikan individu akan sangat menunjang membela para pembeli yang sudah mendapatkan barangnya. Bagi mereka yang melawan karena sudah terbeli akan menerima sanksi yang juga dapat ditransaksikan.

Kesejahteraan yang sudah berubah dari harapan akan kemakmuran tanpa mengakibatkan penderitaan bagi yang lainnya, ternyata memberikan gambaran yang signifikan bahwa penindasan dan penjajahan telah terjadi dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sudah dibeli oleh para majikan. Kekuasaan yang tidak terbatas karena ketentuan pasar bebas memang memungkinkan untuk itu dan juga berawal dari menghimpun kekayaaan atas kebutuhan yang tidak terbatas membuat segalanya menjadi berbahaya bagi alam dan mereka yang lemah. Manusia dengan kemampuan yang sangat membinasakan sulit untuk dikendalikan oleh mereka yang sadar namun tidak memiliki apa -- apa selain jiwa dan raganya.

Permasalahan yang juga akan timbul adalah ekspansi manusia ke luar angkasa tidak menjanjikan apa -- apa untuk menghilangkan keraguan bahwa kapitalisme akan terjebak di wilayah sempit bumi. Belum sampai memikirkan bagaimana tatanan yang diberlakukan diluar angkasa, di bumi saja manusia dengan kapitalisme sudah curang dan tidak berimbang. Sudah tentu kebebasan seperti apa yang ditawarkan, kemakmuran atas ekplorasi alam yang seperti apa yang dapat digaransikan. 

Bumi semakin dimiskinkan oleh tangan -- tangan yang tidak secara nyata bekerja namun menentukan bagi tangan -- tangan yang secara langsung merasakan beratnya beban yang diangkat. Setelah bumi yang demikian, kemakmuran apa yang dapat ditawarkan kepada enam miliar lebih manusia dunia yang sebagian kecil adalah para penguasa aset dunia, sementara sisanya yang luar biasa banyak hanya merasakan aset yang ditinggalkan karena para pemilik modal tidak meminatinya.

Kalau sudah begitu dunia hanya menjadi wilayah kolonial model baru dari para pemilik modal. Kekejaman yang dipertontonkan oleh para pemilik modal dalam berkompetisi tidak segan -- segan menggunakan senjata yang paling mematikan dari segala senjata yang pernah dibuat. Jangankan sekedar senjata pemusnah masal, negara saja sudah dapat di beli hanya saja dapat memicu kebencian yang semakin memuncak dari para kaum proletar, karena negara sampai saat ini masih dianggap tempat berlindung bagi mereka yang lemah. 

Negara yang secara implisit sudah tergadaikan tidak akan berfungsi sebagaimana mestinya. Negara hanya tinggal lambang dan visi -- visi yang membuai tanpa warganya pernah tahu itu tidak pernah terjadi. Kekuasaan kapitalisme melampaui kekuasaan negara yang dianggap paling berpengaruh di dunia sesungguhnya sudah terjadi dan bagi negara yang begitu bagi marxisme yang pelengkap penderitaan kaum proletar. Untuk itu negara yang membatasi keinginan kaum proletar untuk melakukan perlawanan harus dihapuskan dan digantikan oleh perjuangan kaum proletar yang secara sadar dan masif dan berkesinambungan dalam mewujudkan sosialisme menuju komunisme.

Perjuangan dari bentuk sosial yang disebut revolusi yaitu "Perubahan tiba -- tiba dan radikal dalam struktur politik, sosial dan ekonomi masyarakat" menurut Nullock dan Stallybras dalam Sztompka (2010: 361). 

Ada juga yang melihat dari sisi antagonis yaitu "Upaya mewujudkan perubahan dalam masyarakat dengan paksa" menurut C. Johnson dalam Sztompka (2010: 361), "Perampasan kekuasaan negara dengan kekerasan yang dilakukan pimpinan gerakan massa dan karena itu kemudian digunakan untuk memprakarsai proses reformasi sosial besar -- besaran menurut Giddens dalam Sztompka (2010: 361). Intinya adalah adanya perubahan besar dan signifikan dari konfigurasi struktur dan fungsi -- fungsi dalam masyarakat. Perubahan itu yang pada peristiwanya menggantikan situasi dan kondisi semula dengan visi dan misi yang dibawah oleh sang revolusioner tersebut. 

Realitas yang terjadi pada revolusi Inggris (1640), Amerika (1776), Perancis (1789), Rusia (1917), Meksiko (1919), Cina (1949), Kuba (1959), Filipina (1985), Eropa Timur dan Eropa Tengah (1989) biasa ditandai dengan adanya penyelewengan dan kekerasan sehingga tidak sedikit revolusi yang dibarengi kekerasan (Sztompka, 2010: 363). Namun dari pengertian itu tidak lantas kesalahan dalam pengejawantahan hakikat revolusi dijadikan justifikasi yang absolut mengenai revosui itu sendiri. Revolusi harus dipandang sebagai perubahan besar untuk mencapai kebaikan yang lebih di masa depan, jika tidak hanya menghasilkan kontradiksi yang tidak pernah selesai. Bagaimana mungkin menjelaskan untuk mencapai kebaikan dengan menggunakan keburukan. 

Bukankah keburukan menjadikan hasilnya tetap buruk dan kebaikan hanya berasal dari yang baik pula. Brinton (dalam Sztompka, 2010: 369) mengatakan "Revolusi tak dapat dilakukan tanpa ada kata keadilan dan perasaan yang ditimbulkannya."

Perubahan sosial yang besar karena dipicu oleh perkembangan panjang sejarah yang tidak dapat teratasi pada posisi krisis multi dimensi kehidupan. Perkembangan yang didalamnya terjadi stagnasi dan dekadensi peradaban sehigga perlu segera dilakukan perubahan besar -- besaran dalam segala sektor kehidupan untuk dapat menggantikan situasi masyarakat yang lebih mapan dan dinamis sesuai dengan tabiat manusia yang bergerak dan berkembang. Brinton (dalam Sztompka, 2010: 370) menyatakan bahwa:

Revolusi, paling besar peluangnya terjadi jika perkembangan sosial dan ekonomi objektif selama periode panjang disusul oleh krisis tajam dalam priode singkat. Pengaruh terpenting terhadap pikiran rakyat dalam masyarakat tertentu adalah timbulnya harapan bahwa kebutuhan (yang terus meningkat) akan tetap terpenuhi tetapi dalam periode berikutnya muncul kegelisahan dan kekecewaan kerena kenyataan yang terwujud jauh berbeda dari yang dibayangkan.

Revolusi tidak hanya menyentuh sendi struktur dan fungsi masyarakat namun lebih dari itu ada juga kedalam penyentuhan terhadap psikologi masyarakat. Masyarakat yang kehilangan sesuatu yang telah dimilikinya akan sangat lebih agresif dibanding dengan kehilangan harapan yang sebenarnya dapat dimilikinya (Sztompka, 2010). Marxis memandang adanya kondisi dalam masyarakat kapitalis yang menyulitkan kaum proletar untuk bangkit melakukan perlawanan. 

Melalui perpanjangan tangan dari negara kaum proletar dibiarkan menguasai aset -- aset tertentu yang tidak begitu penting untuk membangun kekuatan perlawanan. Penerapan suasana yang memungkinkan kapitalis dapat dipertahankan hingga berabad -- abad. Keinginan yang sangat kuat dari kaum borjuis para penguasa kekayaan dan pendominasi kebabasan.

Fase zaman peradaban manusia yang ditandai tidak ada lagi kekuasaan yang membinasakan kebebasan yang lainnya, tidak ada hasrat untuk menguasai dan menundukan manusia lainya, tidak ada pemusatan kekayaan pada individu tertentu adalah karakteristik yang menonjol dari sosialisme. Segalanya diperuntukan bagi seluruh manusia sesuai dengan kebutuhannya. 

Tidak ada penggunaan yang diluar batas karena manusia sosialis adalah manusia yang sadar akan realitasnya. Yang terjadi dengan pandangan itu manusia dan alam semesta akan terjalin dalam keharmonisan. Tidak ada bencana kelaparan maupun bencana alam yang diakibatkan oleh ulah manusia. 

Reaksi alam hanya dipandang sebagai rutinitas kegiatan alam untuk selalu memberikan kelimpahan material kepada manusia. Manusia dijunjung tinggi harkat dan martabatnya sehingga dengan begitu tidak ada lagi penindasan atas alasan apapun.

Sosialisme menjadi perwujudan dari keinginan manusia sejati atas apa yang sebenarnya tujuan dan maksud hidupnya. Hidup dan bertahan di tengah semesta alam dengan berdampingan secara harmonis adalah kehidupan yang luar biasa dari manusia yang sadar. Manusia yang menjadi saling melindungi dalam bertahan hidup, karena yang seperti itu ada dan lekat pada manusia yang sadar. 

Manusia sadar akan sangat memahami realitas kehidupannya dan pasti akan membentuk kehidupannya dengan cara yang baik dan yang paling masuk akal untuk tetap bisa dipandang sebagai manusia yang berbeda dengan cara kehidupan makhluk lainnya. Manusia tidak dibatasi dan diatur karena kebebasan yang muncul dari kehendak manusia sadar yang dijelaskan sebelumnya tidak akan melakukan kerusakan. 

Manusia yang sadar akan bekehendak sesuai dengan keinginannya sendiri dan menghasilkan yang baik. Wajar tidak perlu diatur yang ada dasarnya peraturan akan mengekang dan mendistorsi realitas manusia yang sebenarnya. Pada intinya manusia dengan kemampuannya yang luar biasa tidak serta merta melahirkan kekacauan dari kehendak bebas yang paling dalam.

Pada akhirnya sosialisme akan menghantarkan pada zaman komunisme yang ditandai dengan manusia secara universal tidak ditaur oleh apapun kecuali kesadaran masing -- masing untuk berbuat demi kemaslahatan manusia menempuh hidup di alam material. Tidak ada dogma, tidak ada ketentuan apapun dan dengannya manusia itu bebas dan menemukan hakikatnya yang paling baik. Tidak ada desakan, tidak ada harapan, segalanya sudah tersedia dialam bebas. Perkara manusia yang menggunakan kemampuannya untuk menyelamatkan keberlangsungan generasi manusia itu sendiri.

Walau tidak lengkap Marx berpendapat dunia tidak dapat diselesaikan hanya dengan menggunakan filsafat untuk menemukan kebenaran jalan kehidupan manusia. Selain dari padanya manusia harus menggunakan cara -- cara yang konkrit dalam melakukan perubahan. 

Perubahan yang dapat mengubah nasib manusia malang menjadi manusia yang lebih sepadang diantara mereka dan terciptanya keharmonisan karena tidak adanya kontradiksi lagi di dalamnya. Marx pada akhir pemikirannya lebih banyak menggunakan cara -- cara ideologis daripada berkutat pada filsafat. 

Ia menyerukan untuk melakukan gerakan revolusi dalam menumbangkan kekuasaan kaum borjuis. Gerakan yang diwakili oleh mereka yang sadar akan jati dirinya sebagai manusia menentang budaya penindasan. Mereka tidak lain yang diwakili oleh sang revolusioner yang berasal dari kelas proletar. Pengambilan kekusasaan tidak dipahami sebagai pergantian kekuasaan karena pada zaman sosialis tidak dikenal adanya kekuasaan. 

Negara dan kelas dijamin tidak ada, hanya sekedar tugas pemerataan kekuasaan sehingga tidak ada lagi kekuasaan manusia tertentu menguasai manusia lainya. Dalam zaman yang seperti itu manusia yang menguasai alam semesta sebagai upaya meneruskan kehidupan manusia.

Penjelasan Marxisme tentang sejarah manusia ditempuh melalui fenomena kontradiksi atau pertentangan antar kelas mengenai dominasi cara produksi material atas kebudayaan manusia dapat menjadi rujukan yang bijak karena pada realitasnya hal ini benar -- benar terjadi yang menjadi landasan utama teori ini. Hanya saja, perspektif yang dibangun oleh Marxisme dan Kapitalisme memiliki perbedaan yang signifikan. 

Dalam hal ini Kapitalisme beranggapan bahwa terjadinya kesenjangan ekonomi hanya dianggap sebagai kondisi yang disebabkan oleh alamiahnya kepentingan -- kepentingan ekonomi berjalan melalui mekanisme pasar bebas dan bekerjanya tangan -- tangan tidak kelihatan dengan meminimalisir peranan negara maupun agen -- agennya dalam mencampuri urusan ekonomi. Kesenjangan akan berakhir pada kondisi Kapitalisme yang mapan atau mencapai kesejahteraan bersama dengan tercapainya keseimbangan antara pihak -- pihak pelaku ekonomi dengan karakteristik leissez faire. 

Di lain pihak Marxisme menekankan bahwa tidak ada gunanya negara sebagai agen dari pemilik modal dalam mencampuri urusan ekonomi, walaupun tetap memiliki perbedaan dengan konsep leissez faire yang ditawarkan oleh Kapitalisme, dan tidak ada gunanya menggantungkan kepercayaan akan kesejahteraan dan keadilan pihak proletar kepada pihak borjuis. Suatu dialektika yang inspiratif dan penuh argumentasi yang kuat memungkinkan penalaran ini menjadi pisau analisis yang tajam dalam meninjau apa yang dituju sebagai kondisi ideal dari realitas masyarakat.

Relevansi analisis Marx masih dapat dipertahankan, mengenai kontradiksi masif yang terjadi di dalam negara maupun di dunia internasional, begitu juga yang terjadi dalam Kapitalisme, sehingga yang didapat adalah kontradiksi masih bekerja di dalam Kapitalisme. Bekerja dalam tatanan yang dipercaya sebagai penutup sejarah dan matinya ideologi ini semakin menguatkan analisis Marxisme bahwa bukan Kapitalisme yang menjadi zaman penutup atau akhir zaman. Keraguan yang sama sebenarnya dengan yang dilontarkan lawan -- lawan Marxisme dengan keraguan yang ditonjolkan oleh Kapitalisme itu sendiri. Sebagai contoh keterangan yang dikutip dari Wolff dalam Marsh dan Stoker (2010: 206):

Pada tahun 1978, 1 persen rakyat Amerika yang terkaya menguasai 19 persen dari semua kekayaan materi pribadi di AS. Pada tahun 1995, mereka memiliki 40 persen kekayaan, dan bagian mereka lebih besar daripada yang dimiliki oleh 92 persen penduduk terbawah jika digabungkan. 

Meski rata -- rata pendapatan naik, namun ketimpangan pendapatan telah meningkatakan jauh lebih cepat. Jadi, antara tahun 1979 dan 1995, 60 persen penduduk paling bawah mengalami penurunan penghasilannya dibanding tahun 1990. 

Penghasilan dari 20 persen berikutnya menunjukan kenaikan sedang, sementara 20 persen teratas mengalami kenaikan pendapatan 18 persen. Yang lebih drastis, penghasilan 1 persen penduduk terkaya tumbuh sebesar 92 persen. Satu akibat dari semua ini adalah bertambahnya kemelaratan. Pada 1996, sensus AS melaporkan 14 persen penduduk dalam kemiskinan: naik dari 9 persen pada 1992 karena berkurangnya program kesejahteraan.

Tidak terjebak pada utopia Marxisme akan masyarakat yang utopis, namun hanya sebatas penggunaan paradigmanya dalam menganalisis kontradiksi -- kontradiksi yang terjadi pada masyarakat. Sekalipun jika dianggap perlu menuangkan gagasan yang menjadi cita -- cita Marxisme, hanya dibatasi sebagai analogi untuk memperluas khasanah pengetahuan akan argumentasi -- argumentasi dari sebuah teori besar. Dengan demikian sangat disayangkan apabila melewatkan teori ini dalam menganalisis kontradiksi yang terjadi di realitas kehidupan manusia dalam hubungannya dengan pengorbanan, perubahan sosial dan harapan politik (cita -- cita).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun