Mohon tunggu...
Ilham Karbela
Ilham Karbela Mohon Tunggu... Surveyor Riset

Mencatat makna di setiap jalanan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lega di Hati, Damai di Jiwa : Makna Maaf dan Memaafkan di Hari Lebaran

1 April 2025   13:20 Diperbarui: 1 April 2025   20:21 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Momen Saling Memaafkan Saat Lebaran (Sumber : Canva)

Ketika hari raya Idulfitri tiba, suasana berubah menjadi lebih hangat dan penuh kebersamaan. Lebaran bukan sekadar perayaan, tetapi juga momen untuk menyucikan hati dan memperbaiki silaturahmi yang mungkin sempat retak. Dalam tradisi Islam, meminta maaf dan memberikan maaf bukan sekadar formalitas, tetapi sebuah jalan untuk mencapai ketenangan jiwa. Namun, bagaimana sebenarnya suasana hati seseorang setelah meminta maaf dan memaafkan?

Kelegaan Usai Meminta Maaf

Ketika seseorang memutuskan untuk meminta maaf, ia melewati berbagai tahapan emosional yang kompleks. Ada rasa takut, ragu, dan gengsi yang bergejolak di dalam dada. Namun, begitu kata "maaf" terucap dengan tulus, beban yang selama ini menekan dada perlahan menghilang. Dalam perspektif psikologi, meminta maaf adalah bentuk pelepasan emosi negatif yang bisa mengurangi stres dan kecemasan.

Permintaan maaf yang tulus juga membawa dampak positif dalam hubungan sosial. Hubungan yang sempat renggang karena kesalahpahaman bisa kembali harmonis. Lebih dari itu, keberanian untuk mengakui kesalahan menunjukkan kedewasaan emosional dan spiritual seseorang. Dalam Islam, Rasulullah SAW menekankan pentingnya saling memaafkan agar hati tetap bersih dari dendam dan kebencian.

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

"Wahai 'Uqbah, aku kabarkan kepadamu akhlak terbaik penghuni dunia dan akhirat: saat kamu mau menyambung hubungan orang yang memutuskannya, memberikan sesuatu orang yang menjauhkanmu, dan memaafkan kesalahan orang yang menzalimimu." (HR. At-Thabarani)

Keikhlasan dalam Memberikan Maaf

Memaafkan sering kali lebih sulit daripada meminta maaf. Ada luka yang mungkin masih menganga, ada kenangan pahit yang sulit dihapus. Namun, ketika seseorang akhirnya memilih untuk memberikan maaf, hatinya akan dipenuhi oleh perasaan damai. Dalam psikologi, memaafkan dikaitkan dengan peningkatan kesejahteraan mental, menurunkan tekanan darah, serta mengurangi tingkat stres dan depresi.

Momen memaafkan di hari raya Idulfitri sering kali membawa kehangatan yang mendalam. Ketika seseorang mengatakan, "Aku sudah memaafkan," tidak hanya orang yang bersalah yang merasa lega, tetapi juga si pemberi maaf. Sebab, menyimpan dendam hanya akan menjadi racun bagi hati sendiri. Islam mengajarkan bahwa memaafkan adalah tindakan yang mendekatkan seseorang kepada Allah, sebagaimana firman-Nya dalam Surah Ali Imran ayat 134:

Baca juga: Dalam Dekapan Luka

"...dan orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan." (QS. Ali Imran: 134)

Ketulusan yang Menghapus Kebosanan Ritual

Bagi sebagian orang, permintaan maaf dan memaafkan di hari raya Idulfitri mungkin terasa membosankan. Ritual bersalaman dan bermaafan dianggap sebagai formalitas yang harus dijalani setiap tahun. Namun, jika dilakukan dengan penuh kesadaran dan ketulusan, momen ini tidak akan terasa membosankan. Justru, ia menjadi saat yang paling bermakna, saat di mana hati kembali bersih, dan hubungan kembali erat.

Lebaran adalah kesempatan untuk memulai lembaran baru. Jangan biarkan kebiasaan meminta maaf dan memaafkan hanya menjadi rutinitas tanpa makna. Seharusnya, momen ini dijadikan ajang untuk benar-benar menghilangkan dendam, menghapus kesalahpahaman, dan memperkuat tali persaudaraan.

Dampak Positif dalam Kehidupan Sehari-hari

Suasana hati setelah meminta maaf dan memaafkan tidak hanya berdampak pada hubungan sosial, tetapi juga pada kesejahteraan individu. Dalam psikologi, kebersihan hati dari dendam dan penyesalan dapat meningkatkan kebahagiaan serta membuat seseorang lebih produktif dalam kehidupannya. Seseorang yang telah memaafkan cenderung lebih ringan dalam melangkah dan lebih mudah menemukan kebahagiaan dalam hal-hal kecil.

Dari perspektif Islam, memaafkan juga membuka pintu rezeki dan keberkahan. Allah menjanjikan bahwa siapa yang memaafkan dengan ikhlas, maka akan diberi kemuliaan dan pahala yang berlipat. Rasulullah pernah bersabda: "Barang siapa yang memberi maaf, maka Allah akan menambahkan kemuliaan baginya." (HR. Muslim)

Sebagaimana yang dikatakan oleh David J. Lieberman, Ph.D dalam bukunya The Psychology of Emotion:

"Sudut pandang yang sehat mendorong sikap bersyukur alami, yang dengan sendirinya mengubah kualitas kehidupan kita. Satu-satunya yang benar-benar kita kendalikan adalah kualitas pilihan-pilihan kita, bagaimana kita memilih menjalani hidup kita. Semakin lebar dan mendalam sudut pandang kita dalam kehidupan, semakin tahan lama dan mendalam rasa syukur kita."

Memaafkan bukan hanya soal melupakan kesalahan orang lain, tetapi juga cara untuk membentuk sudut pandang yang lebih luas dan penuh rasa syukur dalam hidup.

Indahnya Memaafkan dengan Hati yang Lapang

Pada akhirnya, suasana hati usai meminta maaf dan memaafkan adalah ketenangan yang tidak bisa diukur dengan materi. Lebaran bukan hanya tentang hidangan khas dan pakaian baru, tetapi juga tentang bagaimana kita membersihkan hati dari kesalahan masa lalu.

Ketika kita belajar memaafkan dengan tulus, kita sedang berinvestasi untuk kebahagiaan jangka panjang. Maka, mari jadikan setiap momen permintaan maaf sebagai upaya untuk mendewasakan diri dan setiap pemberian maaf sebagai ladang pahala yang mengantarkan kita pada kehidupan yang lebih damai dan penuh berkah.

Referensi :

1. David J Lieberman (2018). The Psychology of Emotion (Terjemahan). Tangerang Selatan : Penerbit BACA 

2. Imam Nawawi. Riyadusshalihin. Mesir : Penerbit Darus Salam

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun