Mohon tunggu...
Ilham Karbela
Ilham Karbela Mohon Tunggu... Surveyor Riset

Mencatat makna di setiap jalanan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lega di Hati, Damai di Jiwa : Makna Maaf dan Memaafkan di Hari Lebaran

1 April 2025   13:20 Diperbarui: 1 April 2025   20:21 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Momen Saling Memaafkan Saat Lebaran (Sumber : Canva)

Suasana hati setelah meminta maaf dan memaafkan tidak hanya berdampak pada hubungan sosial, tetapi juga pada kesejahteraan individu. Dalam psikologi, kebersihan hati dari dendam dan penyesalan dapat meningkatkan kebahagiaan serta membuat seseorang lebih produktif dalam kehidupannya. Seseorang yang telah memaafkan cenderung lebih ringan dalam melangkah dan lebih mudah menemukan kebahagiaan dalam hal-hal kecil.

Dari perspektif Islam, memaafkan juga membuka pintu rezeki dan keberkahan. Allah menjanjikan bahwa siapa yang memaafkan dengan ikhlas, maka akan diberi kemuliaan dan pahala yang berlipat. Rasulullah pernah bersabda: "Barang siapa yang memberi maaf, maka Allah akan menambahkan kemuliaan baginya." (HR. Muslim)

Sebagaimana yang dikatakan oleh David J. Lieberman, Ph.D dalam bukunya The Psychology of Emotion:

"Sudut pandang yang sehat mendorong sikap bersyukur alami, yang dengan sendirinya mengubah kualitas kehidupan kita. Satu-satunya yang benar-benar kita kendalikan adalah kualitas pilihan-pilihan kita, bagaimana kita memilih menjalani hidup kita. Semakin lebar dan mendalam sudut pandang kita dalam kehidupan, semakin tahan lama dan mendalam rasa syukur kita."

Memaafkan bukan hanya soal melupakan kesalahan orang lain, tetapi juga cara untuk membentuk sudut pandang yang lebih luas dan penuh rasa syukur dalam hidup.

Indahnya Memaafkan dengan Hati yang Lapang

Pada akhirnya, suasana hati usai meminta maaf dan memaafkan adalah ketenangan yang tidak bisa diukur dengan materi. Lebaran bukan hanya tentang hidangan khas dan pakaian baru, tetapi juga tentang bagaimana kita membersihkan hati dari kesalahan masa lalu.

Ketika kita belajar memaafkan dengan tulus, kita sedang berinvestasi untuk kebahagiaan jangka panjang. Maka, mari jadikan setiap momen permintaan maaf sebagai upaya untuk mendewasakan diri dan setiap pemberian maaf sebagai ladang pahala yang mengantarkan kita pada kehidupan yang lebih damai dan penuh berkah.

Referensi :

1. David J Lieberman (2018). The Psychology of Emotion (Terjemahan). Tangerang Selatan : Penerbit BACA 

2. Imam Nawawi. Riyadusshalihin. Mesir : Penerbit Darus Salam

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun