Mohon tunggu...
Mayaruchka
Mayaruchka Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ibu rumah tangga

Mempunyai hobby menulis cerita pendek, cerita anak dan sedang belajar menulis artikel

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Insecure

13 Maret 2023   14:51 Diperbarui: 23 Maret 2023   14:38 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namanya Embun Pagi Larasati. Biasa dipanggil Embun. Saat lahir berat badannyat tergolong besar. Empat kilo gram. Dia lahir di sebuah rumah sakit di sebuah kota kecil yang terkenal sebagai penghasil minyak di kota sumatera. Ibunya seorang ibu rumah tangga, sedang ayahnya adalah seorang karyawan di sebuah perusahaan minyak terkenal kala itu. Hidup Embun serba berkecukupan. Mereka tinggal di sebuah perumahan milik perusahaan dengan fasilitas yang sangat memadai. Air, listrik, telpon, gratis. Berobat gratis di rumah sakit milik perusahaan dan sekolah juga gratis, dengan fasilitas antar jemput khusus anak TK.

Ibu Embun mempunyai hobby memasak, dan sangat kreatif dalam menyiapkan makanan untuk keluarganya.
Menurut Embun semua masakan ibunya enak. Tidak ada yang tidak dia suka. Entah bahan apa yang telah di masukkan ibu itu ke dalamnya hingga membuat masakannya selalu enak.

Dalam satu hari Embun makan tiga kali. Sarapan pagi, makan siang, dan makan malam.
sisanya di antara jam makan, dia makan cemilan apa saja yang ada di rumah, entah itu roti, kue-kue, permen hingga cokelat semua  bersih dilahapnya.
Mungkin karena itulah, tak heran jika lama- kelamaan tubuhnya menjadi semakin gendut. Pipi tembam, rambut keriting, kulit hitam. Begitulah penampakan gadis kecil itu.  

Diantara teman-teman TK memang tubuhnya bisa di bilang yang paling gemuk.
Tapi saat itu dia tidak peduli dengan bentuk tubuh. Namanya juga anak-anak, pastinya belum mengerti dengan hal-hal seperti itu. Apalagi di rumah, dia suka di bilang lucu dan menggemaskan.

Saat awal masuk sekolah dasar hingga kelas lima tidak terlalu banyak kendala yang berarti. Tapi ketika masuk ke kelas enam. Ada teman laki-laki yang suka menggoda Embun. Namanya Guntur. Apesnya, setiap hari Embun harus melewati kelas Guntur ini. Kalau saja ada jalan lain yang bisa menuju kelas Embun, walau memutar, Embun pasti lebih suka memilih jalan lain. Tapi apa daya, hanya itu akses satu-satunya. Setiap hari Embun harus menerima sapaan dari Guntur seperti ini.

"Eh, si Embun, tembem, gendut lewat!" teriak Guntur

biasanya dia tidak sendiri, tapi bareng dua orang temannya. Setelah itu mereka akan tertawa-tawa bertiga hingga Embun masuk ke kelas. Saat itu biasanya Embun  hanya bisa diam dan menyimpan rasa kesal dalam hati.
Untunglah ada sahabatnya yang berani memarahi mereka, namanya Cindy. Hingga suatu hari karena kesal Cindy pun memarahi Guntur.

"Heh Guntur, kamu gak boleh ya  ngata-ngatain Embun seperti itu!Nanti aku laporin ke wali kelas lho!"

Bukannya malah takut mereka malah semakin menjadi.

 "Abis si Embun lucu, wajahnya itu keibuan tapi kakinya itu lho, kaya kesebelasan. Ha ha ha."
Guntur tertawa terbahak-bahak.


Cindy tak mau kalah.

"Lah, Kamu kenapa  suka ngatain Embun terus. Jangan-jangan kamu suka yaa sama Embun." Cindy tersenyum ke arah Guntur.
Wajah Guntur langsung berubah merah padam.

"Enak aja! Ngapain juga aku suka sama Embun yang bontet itu. Masih banyak kali cewek lain yang cantik. Huh!"  Guntur mendecih.

"Kalo gitu, kamu jangan ganggu-ganggu Embun lagi. Awas lho, nanti aku sebarin ke teman-teman, kalo kamu  naksir sama Embun!" Pungkas Cindy lagi.

Guntur terdiam. Lalu memandang tajam ke arah Cindy. Tanpa ba bi bu, Guntur kembali ke kelasnya. Cindy pun tersenyum lega.
Dan, tak di sangka, sejak hari itu Guntur tidak pernah lagi menggoda Embun. Tentu saja Embun bisa bernafas lega. Dia sangat senang dengan perubahan itu dan mengucap banyak terima kasih kepada Cindy.

Saat SMP, Cindy pindah ke kota lain, sedang Embun tetap berada di kota kecil tersebut. Di sekolah ini, memang tidak ada lagi orang yang suka membully seperti Guntur. Tapi, sejak saat itu Embun menjadi pribadi yang pemalu dan tidak percaya diri. Padahal  dirinya sudah tidak gemuk seperti dahulu saat SD, bentuk badan pun  nyaris ideal.

Embun tumbuh menjadi seorang gadis remaja yang cantik. Tapi dirinya tidak pernah menyadari hal itu. Dia selalu  merasa ada kekurangan dalam dirinya. 

Embun mudah sekali merasa gugup ketika berhadapan dengan teman laki-laki di sekolahnya. Kecuali dengan Bonny yang berperilaku gemulai seperti wanita. 

Selain Bonny ada dua lagi teman wanita Embun, yaitu Rika dan Ani. Karena merasa saling cocok mereka berempat sering kumpul mengerjakan tugas sekolah bersama. Rika dan Ani pun merasa nyaman berteman dengan Bonny.

Dengan Bonny, Embun bisa bercanda, bermain, dan tertawa lepas. Tapi tidak dengan laki-laki yang lain. Embun sangat menjaga jarak dengan teman laki-laki di kelasnya. Sikap Embun terkesan cuek, bahkan ada yang menjulukinya sebagai cewek sombong.

Embun tidak perduli dengan julukan yang di sematkan pada dirinya. Yang penting dia tetap fokus belajar yang rajin hingga lulus SMP dengan nilai terbaik hingga kelak di terima di sebuah SMA Negeri favorit di kota Palembang.

Menginjak masa SMA, Embun masih bersikap dingin dan cuek kepada laki-laki. Apalagi pada tahun kedua di SMA. Setelah ikut pesantren kilat Embun mendapat hidayah dan  bermetamorfosis mengubah penampilannya menjadi wanita muslimah. Embun semakin menjaga pergaulan dengan laki-laki. Kalau dulu dia memang tidak suka dengan laki-laki karena pernah di bully teman laki-laki saat SD. Saat SMA Embun menjaga pergaulan dengan laki-laki karena aturan dalam agamanya melarang bergaul bebas dengan laki-laki.

Tak terasa, tiga tahun berlalu. Embun pun melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi. Saat itu Embun di terima di dua tempat, yaitu sebuah perguruan tinggi Negeri di kota Palembang dan di sekolah kedinasan bidang kesehatan. Embun memilih yang kedua.

Ternyata di kampus ini muridnya lebih banyak perempuan. Di kelas Embun ada tiga puluh tujuh  mahasiswi dan  sisanya yang tiga lagi mahasiswa.  Kondisi seperti ini malah membuat Embun merasa nyaman kuliah di sana.

Sifat Embun masih seperti dulu.  Tidak hanya dengan laki-laki, bahkan ke semua orang yang belum di kenal Embun bersikap cuek.  Saat itu Embun sama sekali tidak merasa kalau dirinya menjadi omongan teman-teman karena sifatnya yang terkesan sombong itu.

Sampai suatu ketika, di saat Praktek Kerja Lapangan (dulu  disebut KKN) Embun harus tinggal satu rumah bersama sepuluh orang teman kuliah selama satu bulan. Di situlah Embun banyak sekali belajar dari teman-teman yang memiliki bermacam-macam sifat. Ada yang sabar, ada yg keibuan, ada yang egois, ada yang kekanakan, ada yang manja, ada yang cuek, ada yang rajin, ada yang malas mandi, ada yang suka nyanyi, dan ada yang berjiwa pemimpin. Paket komplit.

Tapi ada sikap yang sangat Embun sukai, yaitu kekompakan dan  kebersamaan. Belanja, memasak, dan makan di lakukan bersama-sama, membuat Embun dan teman-teman menjadi saling mengenal dan menjadi sangat dekat satu sama lain. Kalau ada permasalahan, mereka diskusikan bersama.

Sejak saat itu lah sikap Embun mulai berubah. Embun menjadi lebih peduli dan peka terhadap teman-temannya.
 Seorang teman Embun yang bernama Yura, awalnya tidak menyukai  Embun karena dinilai sombong. Tapi sekarang  mereka berdua malah lengket kaya perangko. Yura tidak menyangka ternyata Embun itu baik hati dan enak diajak ngomong. Ternyata benar apa kata pepatah "Tak Kenal maka Ta'aruf eh tak sayang."

Karena teman-teman banyak yang menyukai dan menyayangi Embun, maka sejak saat itu Embun menjadi pribadi yang menyenangkan, penuh percaya diri, dan tidak malu untuk tampil di depan masyarakat desa untuk memberikan penyuluhan kesehatan.

Bisa di katakan bahwa saat itu adalah titik balik bagi Embun, menjadi pribadi yang memiliki rasa empati.  Sesuai dengan namanya Embun adalah titik-titik air . Embun juga berarti menyejukkan, memiliki tutur kata yang sopan, selalu dapat berpikir dengan kepala dingin dan tidak emosian.

 Sejak saat itu pula Embun sudah memaafkan sikap Guntur yang saat SD suka membullynya. Sudah tidak ada dendam dan sakit hati, semua sudah hilang dan terbang, seperti debu yang tertiup angin.

***tamat

#akibatsukadibully

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun