Puluhan orang meninggal dunia. Bahkan beritasatu menyebut sampai dinihari ada 62 orang meninggal dunia di Kanjuruhan. Kerusuhan itu terkait laga Arema vs Persebaya di ajang Liga 1, Sabtu (1/10/2022). Laga itu dimenangkan Persebaya 3-2.
Puluhan orang meninggal hanya karena sepak bola. Sekalipun saya suka sepak bola, bagi saya nyawa jauh lebih berharga.
Jika kerusuhan sampai puluhan orang meninggal dunia, layak jika Indonesia kena sanksi berat. Bahkan, bisa jadi Piala Dunia U20 tak jadi di Indonesia.
Kerusuhan ini tentu kompleks. Setiap pihak harus bertanggung jawab. Suporter, aparat, panitia pertandingan, dan PSSI. Bahkan memainkan laga panas di malam hari juga kesalahan fatal. Setidaknya bagi saya.
So, kerusuhan ini bisa saja menjadikan Indonesia disanksi berat oleh FIFA. Bagi saya tak masalah. Sebab, itulah yang memungkinkan diberikan.
Bukan hanya kali ini. Kerusuhan sepak bola sudah terjadi beberapa kali dalam rentang setahun belakangan terkait sepak bola.
Jangan Cuma Uang!
Saatnya semua pemangku kepentingan peduli dengan sepak bola. Tak hanya memikirkan uang. Bahkan, pemain sepak bola hendaknya bersuara.
Bahkan kalau saya jadi pemain, memutuskan mogok main sebulan. Cuma kan saya bukan pemain. Mogok sebagai bentuk duka cita dan protes atas kekerasan di sepak bola. Pemain toh dapat uang salah satunya efek dari kedatangan suporter.
Semuanya saja, jangan cuma berpikir uang. Uang iklan, uang transfer, uang pemasukan stadion, ekonomi yang bergeliat karena sepak bola.
Nyawa jauh lebih penting dan semua pihak harus bersuara, bertanggung jawab. Suporter juga harus bersuara.
Miris
Saya semakin miris ketika melihat foto anak kecil di tengah kerusuhan itu. Saya bayangkan bagaimana jika itu anak saya. Bayangkan jika itu anakmu?
Beberapa Antisipasi
Hendaknya pertandingan sepak bola mengantisipasi segala hal. Partai derby panas ya tak usah dimainkan malam hari. Kalau chaos, risikonya jauh lebih besar.
Lalu, pengamanan hendaknya ketat. Kalau partai keras, yang masuk stadion harusnya diseleksi. Bahkan, menurut saya, anak anak dan pihak rentan, tak boleh masuk.
Jangan hanya mengetatkan keamanan ketika kerusuhan terjadi. Itu parah namanya.
Suporter juga harus dewasa. Fanatik mendukung tak masalah. Tapi jangan membabi buta kalau kalah. Lagipula dalam konteks Surabaya dan Malang, apa sih yang dijadikan pijakan untuk berkonflik?
Sanksi Berat
Bagi saya tak masalah jika Indonesia disanksi berat oleh FIFA. Sebab, bagi saya ini bukan lagi soal sepak bola. Ini pembantaian!