Judul di atas adalah keyakinan saya. Siapapun boleh berbeda pendapat.
Saya akan mulai menulis dengan dua kasus pembunuhan yang baru-baru ini terjadi. Ada kasus ibu membunuh anak di masa pembelajaran jarak jauh (PJJ) dan ada bendahara membunuh imam masjid karena diminta kunci kotak amal. Detail dua berita itu bisa dicari di beberapa berita online.
Apakah pembelajaran jarak jauh dan diminta kunci kotak amal adalah penyebab pembunuhan? Kalau penyebab dalam hal kronologi, itu mungkin. Tapi secara substansi saya meyakini bukan dua hal itu yang menyebabkan pembunuhan.
Saya meyakini bahwa ada masalah yang sangat berat yang dialami oleh pelaku pembunuhan. Masalah berat itu macam-macam. Saya pun bisa melakukan dugaan masalah berat yang dialami  pelaku.
Masalah berat bagi saya adalah banyak masalah yang bertumpuk di satu kepala. Sehingga, tekanannya besar sekali.
Misalnya, karena faktor ekonomi yang kurang ditambah tekanan yang besar. Konkretnya, lagi tak terlalu punya banyak uang, tapi kebutuhan meningkat karena pandemi. Atau masalah orang kaya yang kekayaannya malah jadi petaka karena diperebutkan anak-anaknya. Selain masalah ekonomi, si orang itu juga sering jadi bahan pergunjingan orang lain atau dibully orang lain.
Selain itu, sedang mengalami masalah dengan pasangan. Selain itu, sedang belum nyaman. Selain itu, ditekan oleh atasannya di dunia kerja untuk melakukan pekerjaan yang tak bermoral. Selain itu, masalah di masa lalu yang mengendap, seperti sering ditekan, dibully, diledek, dihina.
Semua masalah itu menumpuk jadi satu, lalu kebingungan solusinya. Tak menemukan solusi karena tak tahu harus mencari solusi ke mana. Main media sosial malah tambah meletup karena banyak orang-orang yang saling menghina.
Intinya masalah besar itu menumpuk jadi satu dan sangat berpotensi meledak. Tinggal menunggu waktu saja untuk meledak. Kemudian meledaknya terkait dengan pembelajaran jarak jauh dan masalah kotak amal.
Saya tak meyakini bahwa PJJ dan kotak amal jadi penyebab pembunuhan. Sebab, banyak orang PJJ dan berurusan dengan kotak amal, tak melakukan kejahatan. Sekali lagi, potensi masalah yang menumpuklah yang membuat orang jadi biadab pada yang lain.
Kadang saya merenung, jangan-jangan perilaku tak sengaja saya yang melukai hati orang lain, jadi penambah beban hidup? Hingga menambah potensi meledaknya aksi biadab?