Sejak saat itu, di lingkungan saya TVRI mulai jarang dilihat. Ketika TV swasta bertambah seperti Metro TV, Trans TV, TV7 yang berubah jadi Trans7, Lativi yang berubah jadi TVOne, dan lainnya, TVRI makin tenggelam.
Saya sendiri secara pribadi sudah sangat jarang menyaksikan TVRI. Kini, serangan bukan hanya dari TV swasta, tapi dari TV berbayar, dan internet. Di tengah TV yang mulai disaingi internet, di masa itu pula TVRI berusaha terus bertahan.
Beberapa waktu lalu saya sempat terkesima ketika TVRI berani mengubah logonya lebih simpel dan menyiarkan Liga Inggris. Tapi mungkin arus perubahan yang digencarkan Helmi Yahya itu tak berjalan panjang.
Di masa semakin maju, di masa semakin tua, TVRI dan juga televisi lainnya dihadapkan pada persaingan yang berat. Sekarang bayangkan saja, orang yang mengisi acara di TV konvensional juga memiliki acara di rumah YouTube-nya sendiri.Â
Dinalar saja, lebih ingin membesarkan YouTube-nya atau acara di TV? Maka TV bersaing juga dengan orang yang dia kasih kerjaan.Â
Bisakah TV konvensional itu bertahan? Tentu saya berharap masih bisa bertahan karena di sana banyak yang menggantungkan kehidupan ekonominya. Banyak keluarga yang harus dinafkahi. Maka saya tentu berharap TVRI bertahan, makin maju, dan memang harus bekerja sangat keras. (*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI