Apa yang lebih menenangkan daripada berada di rumah sendiri? Â Â
Lalu, berada diantara orang2 kota yang sedang asyik-masyuk dengan kegiatan mereka.Â
Dan rintik pun turun seketika, ada yang senang dengan kedatangannya kuharap dominan rasa syukur kepada Nya. Kota kali ini gelap. Langitnya berwarna abu2. Dan, hujan rintik-rintik tadi sudah sampai diatas permukaan bumi secara merata. Ditambah lagi, ada aroma kacang selip, ibuku menyuruhku untuk segera membawanya pulang.
Apa yang lebih menyenangkan daripada berada dirumah sendiri?  Kabar akan padam listrik (mati lampu, orang kebanyakan memanggilnya)  selalu Kutunggu. Meski sehari duahari dirumah, kabar itu tidak terlalu buruk untuk tidak diharap. Akupun memulainya, dengan sangat (berharap lampu seluruh penjuru  kota padam).Â
Lagipulaa, dengan mati lampu, aku bisa menikmati ruangan rumah yang gelap, dengan cerita2 mewah nan megah meski sudah pernah diceritakan dan didengar sebelumnya. Seperti candu, ah, seperti apa ya? Â Susah menggambarkannya.Â
Menawan pula karena cerita2 itu berdiri tegak dan meyakinkan diantara barisan lilin-lilin kerajaan, rumahku.Â
Apa yang lebih syahdu akan sebuah rasa syukur ketika berada dirumah sendiri?Â
Dengan bau tanah kerana hujan, pemandangan abu-abu langit ketika hujan akan turun, dan ceramah kerajaan yang magis itu, serta barisan lilin....?Â
Kebersamaan, kehangatan, keberartian keluarga yang begitu megahnya. Memberi energi positif. Memusnahkan energi negatif. Bersatu dengan keselarasan. Alam, manusia, dan kehendak Tuhan.Â
Teruntuk sebuah perasaan lembut, bagian dari Cinta.Â
There's no place like home.Â
Kepulanganku kali ini karena kepentingan mendesak.Â
Sumenep, 12 Maret 2019