Mohon tunggu...
Razib  Ikbal
Razib Ikbal Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Hanya seorang scorpius yang suka kesunyian.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Seperti Pelaku Pelecehan Seksual, Maling Juga Tak Pernah Salah

10 Desember 2021   08:55 Diperbarui: 10 Desember 2021   09:11 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mang Nanang terkenal sebagai orang paling kaya di sebuah kampung yang menjadi penghasil topi terbesar di Bandung. Dia merupakan salah satu pengusaha topi dan banyak tetangganya menjadi buruh penjahit topi yang bekerja padanya.

Rumahnya sungguh besar. Tak perlu ditanya lagi. Pagarnya menjulang tinggi seperti membatasi antara langit dan bumi. Tak lupa kamera pengawas yang terus mengintai di setiap sudut ruangannya. Motornya banyak. Ada tiga dan bukan motor bebek jadul tentunya. Di tembok rumahnya terpajang berbagai tanaman hias kecil di dalam pot. Tak lupa juga di halaman rumah dan di terasnya. Mulai dari kuping gajah, lidah mertua, lidah buaya, lidah Luna Maya, janda bolong, sampai janda bodong pun ada.

Hingga kemudian suatu malam yang sunyi menjadi saksi sebuah keunikan bangsa ini yang baru disadari oleh Mang Nanang. Malam itu seonggok maling berhasil menyusup ke rumah Mang Nanang yang kalau orang pikir tidak mungkin bisa ditembus. Tapi, ternyata maling berkata lain. Ia begitu mahir menyusup bahkan tanpa diketahui oleh kamera pengawas yang sedang sibuk manggung.

Masih beruntung yang dimaling hanya sebuah jaket Erigo Overload yang digantung di luar dan lupa dimasukkan ke dalam. Coba kalau barang lain yang lebih berharga. Ya ampun, dasar orang Sunda. Kemalingan saja masih ada untungnya.

Keesokan harinya Mang Nanang melapor kepada ketua RT yang tara gawe. Tak lupa juga bercerita kepada para pegawainya. Dan, sungguh terkejutnya Mang Nanang mendengar reaksi mereka.

"Ya ampun, salah sendiri ada jaket mahal disimpan di luar. Untung bukan motor yang dicuri," jawab salah seorang pegawainya dengan enteng.

Mang Nanang akhirnya berpikir. Mungkin memang benar, semua itu salahnya karena tidak apik dalam menyimpan barang. Akhirnya mulai malam itu dia selalu memasukkan barang-barangnya ke dalam rumah, sekalipun hanya sendal jepit bergambar burung walet.

Beberapa hari kemudian datang lagi seorang maling lihai yang membobol rumahnya. Dua tanaman janda bolong di teras rumah berhasil dibawa pulang oleh maling itu. Untung bukan janda bodong yang dia bawa. Mang Nanang tentu heran. Jangan-jangan ini maling kelas kakap yang sukanya maling uang negara. Cuma dia lagi gabut saja sampai iseng maling di rumah Mang Nanang.

Beruntung maling yang kedua ini bisa ditangkap polisi dengan mudah karena ada rekaman CCTV yang sudah berfungsi dengan baik dan tidak ketiduran lagi.

Dia cerita lagi ke tetangga-tetangga bajingan. Dan, ya, respons mereka tetap sama.

"Ya salah sendiri, kenapa punya banyak harta. Jadi saja mengundang maling buat bertindak. Coba kalau enggak ada yang menarik perhatian maling. Mungkin semua ini enggak akan terjadi."

Dari kejadian itu, akhirnya Mang Nanang sadar kenapa banyak koruptor yang sulit ditindak di negeri ini. Maling kecil saja tidak pernah disalahkan oleh masyarakat. Yang disalahkan justru orang kemalingan. Apalagi orang-orang yang punya kekuasaan. Jadi, banyak orang di negeri ini meyakini kalau ada orang kemalingan, maka yang salah adalah korban, bukan maling. Artinya ketika ada koruptor pun yang salah bukan koruptor, tapi rakyat.

Mungkin tidak jauh berbeda dengan korban pelecehan seksual. Terlepas dia memakai pakaian terbuka atau tertutup, di hiburan malam atau di pengajian, sedang menimba pengetahuan atau pacaran, respons masyarakat terhadap korban pelecehan seksual masih banyak yang sama. Masih banyak yang menyalahkan korban padahal pelakunyalah yang sudah jelas salah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun