Selain itu, pemandangan indah sepanjang perjalanan juga menjadi daya tariknya untuk tetap menggunakan kereta api. Satu hal lain yang membuat kami bisa akrab adalah tujuan kami mudik ternyata berdekatan. Saya akan mudik menuju ke daerah Banyakan sedangkan ia akan pulang ke rumahnya di daerah Gringging. Keduanya berada pada jalur yang searah.Â
Nah, agar bisa lebih mudah, maka tiba-tiba saja ia menawarkan pada saya untuk naik ojek mobil bersama saat menuju kampung halaman setelah turun dari kereta di Stasiun Kediri. Tentu, tawaran ini langsung saya terima. Selain hemat, saya juga bisa berbincang banyak sepanjang perjalanan nanti. Semua ini berkat PT KAI yang telah menemukan saya dengan teman baru di dalam kereta.
Kami mengobrol bersama tentang kereta. Kebetulan, ia juga seorang railfans, sama seperti saya. Berbagai topik pun kami bicarakan, mulai kenangan saat mudik bersama ayah ibu saat kecil, perkembangan Kota Kediri dan sekitarnya, hingga ketertarikan kami untuk mencoba KA Panoramic yang baru saja diluncurkan oleh PT KAI.
Sejak mendapatkan teman baru, perjalanan semakin menyenangkan. Siluet cahaya matahari mulai tampak yang menandakan hari sudah mulai pagi. Sepanjang jalan, saya melihat beberapa stasiun kelas III yang tampak apik dengan bangunan baru. Tampak pula pembangunan jalur ganda yang terus dikebut. Pemandangan ini membuat saya yakin bahwa PT KAI tetap berkomitmen mengusahakan yang terbaik bagi para penumpang, terutama selama angkutan lebaran.
Tak terasa, kereta api yang saya naiki berhenti di Stasiun Sumobito, Jombang. Di sini, kereta berhenti cukup lama karena terjadi persilangan dengan KAJJ. Nah, momen persilangan ini tak saya sia-siakan untuk mengabadikan suasana kereta dan stasiun. Beberapa jepret pun saya dapatkan dengan pemandangan indah berupa sinar matahari yang mulai menyembur berkilau menerangi para penumpang yang sejenak bersantai keluar.
Tiba-tiba, saya melihat kerumunan penumpang yang berdiri di dekat pagar stasiun. Saya kira ada insiden apa. Ternyata, mereka membeli makan dan minum dari penjual makanan di pinggir stasiun. Sang penjual memberikan tongkat kayu dengan tas kresek yang terpasang. Penumpang kereta yang mau membeli makanan/minuman akan memasukkan uang ke dalam tas kresek tersebut dan berteriak barang yang akan dibeli.Â
Selanjutnya, penjual akan memasukkan barang yang dimaksud beserta uang kembalian. Ia akan memberikan barang tersebut dengan bantuan tongkat kayu pada penumpang kereta. Unik juga menyaksikan momen ini dan baru saya alami di stasiun ini. Saya paham sekali bahwa tidak ada prama/prami yang menjual makanan atau minuman di kereta api lokal sehingga kegiatan ini pun ternyata menjadi tradisi para penumpang di Stasiun Sumobito.
Momen lain yang membuat saya keluar lagi dari kereta yang saya naiki adalah saat kereta api berganti lokomotif di Stasiun Kertosono. Saya selalu menunggu momen asyik ini karena melibatkan banyak pihak, mulai juru langsir, PPKA (Pengatur Perjalanan Kereta Api), dan tentunya kondektur. Aktivitas di stasiun ini memang cukup sibuk karena menjadi persimpangan jalur kereta dari arah Surabaya dan Kediri.Â