Tak hanya itu, memakan hingga dua tusuk sate komo ini tidak terasa eneg. Makanya, saya selalu melihat beliau tetap mengiris sate di sepanjang hari sambil dibantu putrinya.Â
Kadang, saya juga masih melihat putranya membakar sate luar warung yang membuat aroma kenikmatan sate komo ini semakin menggoda.
Memang ada uang pecahan 100.000 ribu yang saya miliki tetapi beliau tak memiliki uang kembalian. Jadi, beliau mempersilakan saya untuk membayar jika saya datang lagi ke sana.
Jika boleh meniru adagium dari sebuah iklan minuman kemasan, apapun agamanya, tetap sate komo Bu Zuhriah junjugannya.
Penasaran? Silakan datang ke Kota Malang.