Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Salah Entri Data di E-Budgeting Itu Pernah Saya Alami

5 November 2019   08:56 Diperbarui: 5 November 2019   12:36 1456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengerjaan data SIMBADA yang dilakukan oleh dua orang - Dokumen Pribadi

Tak hanya itu, kami juga bisa meminimalisasi pembelian barang yang jauh di atas SSH (standar satuan harga). Pembelian di atas SSH inilah yang menjadi titik utama tindakan penyelewengan dana BOS ataupun sumber keuangan negara lain.

Banyak sekolah yang mendapat masalah saat pelaporan BOS di BPKAD karena membeli barang jauh di atas SSH. Aplikasi Simbada meminimalisasi kejadian seperti ini.

Beberapa Kelemahan Simbada
Walau memiliki kelebihan, nyatanya system e-budgeting semacam Simbada in memiliki beberapa kelemahan. Pertama, akses ke dalam sistem ini tidak stabil. Kondisi ini yang cukup membuat pusing, terlebih bagi sekolah yang tidak memiliki akses internet yang bagus.

Pernah suatu ketika, saya dan rekan guru yang mengerjakan ini hanya mampu memasukkan transaksi sebesar 700 ribu rupiah saja dari 120 juta rupiah yang harus kami masukkan. Mengapa pengerjaan begitu lama?

Selain akses ke dalam sistem yang cukup sulit alias lemot, kami harus memasukkan satu per satu transakasi barang yang kami beli. Satu rim kertas, satu pak pulpen, bahkan satu buah lem glukol pun harus kami masukkan manual. 

Kedua, dengan datum --bentuk tunggal dari data-- yang cukup banyak tersebut, membuat mata kami lelah. Sebagai manusia biasa hal ini wajar karena kami harus memelototi satu per satu barang dari tiap transaksi untuk dimasukkan. Makanya, saya sering salah ketik terutama jumlah angka 0 pada harga barang yang telah kami beli.

Pernah suatu ketika saya memasukkan peniti yang harusnya bernilai 5.000 rupiah menjadi 50.000 rupiah per pak. Peniti tersebut sedianya digunakan untuk lomba tari massal dan sekolah kami membeli sekitar 10 pak peniti. Dengan perbedaan yang cukup besar tersebut, bisa dibayangkan berapa selisih nominal harga barang yang salah.

Makanya, pekerjaan ini tidak bisa dikerjakan hanya satu orang saja. Saya selalu dengan Mada -- guru yang mengerjakan laporan ini -- untuk melakukan proses input data. 

Kalau saya yang mengetik, maka Mada yang mengecek nilai transaksi yang kami masukkan di layar komputer. Jika saya mulai lelah, maka saya berganti yang mengecek nominal transaksinya. Begitu seterusnya hingga transaksi keuangan yang sekolah kami lakukan selama satu tahun bisa kami masukkan semuanya.

Ketiga, kadangkala waktu pengerjaan yang sangat mepet membuat semuanya menjadi kacau. Tidak hanya dialami sekolah saya saja tetapi juga sekolah lain. Dalam waktu seminggu, sekolah harus bisa menyelesaikan input transaksi selama satu tahun. Makanya, kesalahan demi kesalahan memasukkan data kerap dilakukan secara berulang.

Kondisi semakin kritis lantaran jika kami sudah melakukan "submit" satu buah berita acara transaksi dan terjadi kesalahan, maka kami tidak bisa langsung menghapus salah satu transaksi tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun