Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Sinetron Jadul Diputar Kembali di YouTube, Bukti Sinetron Indonesia Kini Mati Gaya?

16 Juni 2019   08:00 Diperbarui: 18 Juni 2019   16:50 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jihan Fahira dan Anjasmara dalam sinteron Tersayang dengan topi khasnya. - Dok. MVP Hits (Screenshoot pribadi)

Hari-hari belakangan, laman YouTube saya lebih banyak memutar tayangan Sinetron Cinta Fitri Season 3.

Walau masih tertinggal beratus-ratus episode dari episode terbaru yang ditayangkan oleh channel production house sinetron tersebut, saya masih istiqomah melihat adegan demi adegan tiap malam. 

Keseruan cerita yang dimainkan artis Teuku Wisnu, Shireen Sungkar, dan Dinda Kanya Dewi dalam beradu akting seakan membuat tangan tak bisa lepas dari genggaman gawai.

Kadang, jika sedang bosan, saya juga mulai menjelajahi sinetron-sinetron lain sebagai selingan. Ada Tersanjung, Tersayang, dan beberapa sinetron komedi seperti Jin dan Jun, Tuyul dan Mbak Yul, ataupun Jinny oh Jinny. 

Entah, sejak mendeklarasikan diri anti sinetron Indonesia beberapa waktu terakhir, nyatanya saya masih betah menikmati sinetron jadul yang diputar sepuluh tahun lalu ataupun lebih.

Mungkin, apa yang saya rasakan juga terjadi pada beberapa penonton lain. Nostalgia, keinginan untuk mendapat hiburan rasa lokal, hingga satu hal yang tidak bisa dimunafikkan adalah jawaban utama mengapa sinetron jadul digemari kembali. Jawaban itu adalah kualitas sinetron Indonesia saat ini tak terlalu baik.

Sebelum saya kemukakan beberapa alasannya, sebuah iklan dari TV Malaysia yang menyinggung sinetron Indonesia tayang beberapa waktu lalu. Di dalam iklan tersebut, dinarasikan seseorang asal Malaysia yang sedang gemas melihat sebuah sinetron Indonesia.

Adegan sinetron memperlihatkan seorang pria yang sedang terikat karena diculik. Lucunya, meski sang penculik sedang tertidur dan terlihat jelas ikatan pria tersebut tak terlalu kuat, ia malah terlalu lama berpikir keras dan melakukan monolog. 

Apalagi, efek zoom in dan zoom out khas sinetron Indonesia malah menambah keruwetan. Pria Malaysia yang sangat gemas tersebut akhirnya masuk ke dalam adegan sinetron tersebut dan memarah-marahi aktor pria yang sedang diculik.Saya terpingkal dan benar-benar sehati dengan iklan tersebut dalam memaknai sinetron Indonesia. Lebay dan ide cerita yang tidak masuk akal. 


Cerita yang terlalu dibuat-buat, miskin eksplorasi cerita, mempertentangkan kisah setan dan malaikat (tokoh antagonis dan protagonis), hingga penanaman nilai-nilai yang tidak masuk akal seperti keajaiban di tengah jalannya cerita.

Beberapa alasan tersebut membuat saya tidak lagi melihat sinetron Indonesia bahkan TV Nasional. Saya malah lebih mengikuti sinetron Filipina yang menurut saya jauh lebih menarik seperti yang pernah saya ulas di sini. 

Namun, ada suatu titik di mana saya ingin kembali waras melihat tayangan sinetron berbahasa Indonesia dan tidak lagi kesulitan mencerna isi dari sinetron berbahasa Tagalog yang saya tonton.

Tak hanya itu, ada rasa rindu yang cukup dalam ketika saya melihat pesinetron Filipina yang bagi saya mirip dengan beberapa artis sinetron yang saya gemari dulu. Naysila Mirdad, Asmirandah, Chelsea Olivia, Glenn Alinskie, Dude Herlino adalah beberapa di antaranya. 

Nama-nama tersebut bagi saya adalah generasi terakhir para pesinetron yang handal. Generasi di bawahnya, walau saya tidak mengatakan jelek, namun saya tidak mendapat rasa puas ketika menonton akting mereka. Hampa.

Nama-nama baru boleh saja berwajah lebih cantik atau ganteng dari "generasi terakhir" tersebut. Namun, kualitas akting mereka masih kalah. Saya tidak menemukan karakter kuat yang begitu dalam kala artis sinetron baru tersebut berakting. 

Apalagi jika dibandingkan dengan generasi di atasnya semacam Anjasmara, Adam Jordan, Jihan Fahira, Tia Ivanka, dkk. Ya, akhirnya saya rindu melihat artis jadul tersebut bermain dalam sinetron mereka.

Adegan paling berkesan dalam sinetron Cinta Fitri Season 1. - Dok. MD Entertainment (Screenshoot pribadi)
Adegan paling berkesan dalam sinetron Cinta Fitri Season 1. - Dok. MD Entertainment (Screenshoot pribadi)
Fenomena inilah yang kiranya hinggap di hati banyak pemirsa dan dengan apik dijawab oleh pihak rumah produksi. Rumah produksi yang cukup ternama seperti MVP dan MD Enternainment mulai mengisi channel YouTube mereka dengan sinetron jadul produksi mereka dulu. Mereka menayangkan episode demi episode pada jadwal tertentu layaknya pada televisi.

Sebelumnya, rumah-rumah produksi tersebut hanya menyangkan sinetron jadul melalui televisi berbayar. Respon masyarakat pun cukup antusias. 

Sinetron jadul yang diunggah pun menyita banyak perhatian. Terutama, sinetron yang dulu begitu fenomenal seperti Tersanjung. Apalagi, penonton bisa menjeda tayangan sinetron untuk melakukan aktivitas lain. Penonton juga bisa memutar ulang adegan yang dulu terlewat saat menonton di TV Nasional.

Semarak sinetron jadul boleh saja mulai muncul kembali dan menghangatkan nostalgia. Namun, kemunculan ini hendaknya tidak hanya sebagai aji mumpung untuk meraup untung. 

Tidak pula sebagai momen untuk mengalihkan pandangan pemirsa YouTube yang telah bergeser dari televisi. Dan bukan pula mengungkit masa lalu beberapa artis yang dulu pernah bermain bersama dalam sebuah sinetron.

Ramainya sinetron jadul yang menghiasi kanal YouTube semestinya dijadikan pelajaran berharga bagi kreator di bidang ini untuk mengembangkan diri. Belajar dari kesalahan yang ada sehingga sinetron Indonesia tak lagi menjadi olok-olok di negeri sendiri maupun negeri tetangga.

Salah satu adegan mengerikan dalam Sinetron Tersanjung. - Dok. MVP Hits (Screenshoot pribadi)
Salah satu adegan mengerikan dalam Sinetron Tersanjung. - Dok. MVP Hits (Screenshoot pribadi)
Para kreator bisa belajar dari alasan mengapa sinetron jadul bisa begitu digemari. Mulai alur cerita yang lebih masuk akal hingga pemeran yang bisa memainkan peran dengan cukup apik. 

Untuk cerita fantasi, para kreator mungkin bisa melihat kembali beberapa sinetron seperti Jin dan Jun atau beberapa sinetron lain yang meski masih ada kekurangan tapi masih asyik ditonton.

Sinetron jadul yang diputar juga bisa memberi pelajaran kegagalan mengapa sinetron jadul tersebut ditinggalkan pada alur cerita tertentu. Cinta Fitri misalnya. 

Salah satu dari lima sinetron terpanjang ini cukup banyak digemari pada season 1-5 dan mencapai puncaknya pada season 3-4. Setelah season tersebut, saat jalannya cerita mulai tak masuk akal, maka penonton mulai meninggalkannya. 

Itu pula yang juga dialami oleh Tersanjung. Artinya, dari sinetron jadul ini, ada sebuah pelajaran berharga untuk melakukan terminasi sebuah cerita pada waktu yang tepat. 

Dan yang paling penting, melihat sinetron jadul yang beberapa di antaranya bukan sinetron striping, poin inilah yang semestinya bisa dijadikan pedoman. Sinetron sekarang hampir semuanya merupakan striping dengan rentang waktu 1-2 jam. 

Kualitas ide cerita pun menjadi nomor sekian. Sinetron Filipina saja, meski ada  yang striping, namun hanya terbatas berdurasi sekitar 30-45 menit. Kebanyakan sinetron di negeri tersebut bukan merupakan sinetron striping.

Bisakah sinetron jadul ini menginspirasi kembali sinetron masa kini yang disesuaikan dengan perkembangan zaman tapi tidak menghilangkan esensi cerita itu sendiri?

Saya rasa, sulit. Sesulit memahami makna sinetron azab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun