Kalau boleh jujur, passive income bukan lagi sekadar impian bagi saya. Ia sudah berubah menjadi semacam kebutuhan.
Terutama ketika usia makin bertambah, stamina tak lagi sekencang dulu, dan waktu terasa makin berharga untuk ditukar hanya dengan gaji tetap saban bulan.
Kita ingin pendapatan tetap mengalir, tanpa harus terlibat terlalu banyak setiap hari. Itu kenapa, beberapa tahun lalu saya memulai langkah kecil: berinvestasi di reksa dana.
Reksadana bagi saya adalah pintu masuk paling ramah untuk mengenal dunia passive income. Modalnya bisa sangat kecil, risikonya relatif terkendali, dan manajer investasinya yang bekerja mengelola dana kita.
Cukup duduk tenang, sesekali memantau kinerja, dan mengandalkan kedisiplinan menyisihkan uang setiap bulan.
Sampai hari ini, reksadana masih saya anggap sebagai "mesin tidur"---ia terus berjalan meskipun saya sedang tidak menengoknya. Tapi, seiring waktu, saya tahu satu hal: satu mesin tak cukup.
Maka saya mulai melirik dropship. Bukan sekadar ikut-ikutan tren jualan daring, tetapi sebagai strategi untuk memperbanyak jalur pemasukan tanpa perlu membuka toko fisik atau stok barang.
Dropship, dalam pengertian sederhananya, adalah menjual barang milik orang lain. Kita tinggal promosi, terima pesanan, lalu supplier yang mengirimkan barang.
Saya tidak perlu repot mengemas, mengepak, atau menyewa gudang. Yang saya butuhkan adalah internet, waktu, dan sedikit kecakapan digital.
Awalnya saya ragu. Apa mungkin bisa menghasilkan uang dari menjual barang yang bahkan tidak saya sentuh? Tapi ternyata, dunia sudah berubah jauh.