Mohon tunggu...
Ikhsan Madjido
Ikhsan Madjido Mohon Tunggu... Menulis, traveling, fotografi

Mengabadikan momen dengan kalimat, dan merangkai emosi dalam paragraf

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Militerisasi Anak Nakal: Negara yang Gagal?

10 Mei 2025   10:05 Diperbarui: 10 Mei 2025   10:05 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dedi Mulyadi tinjau pembinaan siswa nakal di barak Armed 1 Purwakarta (5/5/2025) (Dok: Dedi Mulyadi via Kompas.com)

Wali Kota Bogor Dedie Rachim pun bingung: "Anak nakal itu gondrong, main game 12 jam, atau bawa celurit?".

Jika definisinya semrawut, bagaimana kita bisa yakin solusinya tepat? Jika anak yang dicap "nakal" hanya karena rambutnya panjang atau hobi gaming harus berhadapan dengan pelatihan fisik ala tentara. 

Apa hubungan antara push-up dan kebiasaan main Mobile Legends? 

Gubernur Dedi Mulyadi menjanjikan bahwa siswa tetap akan belajar kurikulum formal di barak, dengan guru dari sekolah asal yang "berkunjung".

Tapi, bisakah konsentrasi belajar terjaga di lingkungan yang keras, di mana disiplin diterapkan melalui teriakan dan hukuman fisik?.

Seorang netizen bercanda, "Dulu saya tidak bisa mengerjakan matematika di kelas nyaman, apalagi di tengah latihan perang-perangan!" Humor ini menyimpan kepahitan: sistem pendidikan kita sudah bermasalah di sekolah biasa, apalagi di barak yang sarat tekanan. 

Program ini mengklaim ingin menanamkan "sopan santun". Tapi apakah sopan santun sama dengan kepatuhan buta? Banyak koruptor, politisi, dan penjahat berdasi yang sangat sopan saat mencuri uang rakyat. Mereka bisa tersenyum manis sambil merampas hak orang lain.

Di sisi lain, tokoh seperti B.J. Habibie atau Ki Hajar Dewantara justru dikenal sebagai pemikir kritis yang kerap "melawan" arus untuk perubahan. Jadi, apa sebenarnya yang ingin kita capai: manusia sopan atau manusia berintegritas? 

Kalaupun tujuannya adalah kedisiplinan, apakah cara militeristik efektif untuk remaja? Seorang sersan TNI mungkin ahli dalam melatih fisik, tapi apakah ia paham psikologi perkembangan anak?.

Bayangkan seorang remaja 15 tahun yang memberontak karena merasa diabaikan orang tua, lalu dipaksa menghafal peraturan barak. Disiplin mungkin tercapai, tapi apakah luka batinnya sembuh? Atau justru tertanam dendam yang suatu hari meledak dalam bentuk lebih brutal? 

Data dari berbagai negara menunjukkan bahwa pendekatan keras pada anak bermasalah sering kali kontraproduktif. Studi American Psychological Association (2014) menemukan bahwa remaja yang mengalami hukuman fisik cenderung lebih agresif di masa dewasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun