Beberapa waktu lalu, mensos Juliari Batubara ditangkap KPK karena terlibat kasus korupsi dana bansos Covid 19. Pada 6 Desember 2020, Juliari dan empat tersangka lainnya akhirnya ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK. Ketua KPK Firli Bahuri sangat mewanti-wanti kepada siapapun untuk tidak melakukan korupsi, terlebih di tengah pandemi saat ini.Â
KPK akan melakukan penindakan tegas bagi siapa saja yang mencari celah dan memanfaatkan situasi saat ini yang hanya tertuju pada kepentingan pribadi maupun kelompok (detik.com, 7/12/2020).
Diawal, sosok Juliari yang menjabat sebagai Menteri Sosial begitu anti terhadap korupsi. Sehingga tak sedikit masyarakat yang kagum padanya. Ia mengungkapkan bahwa korupsi akan tetap ada jika mental masih bobrok.Â
Menurutnya, mental merupakan hal yang penting dan mesti diperbaiki di zaman sekarang. Namun, itu dulu, berbeda dengan saat ini. Penyebabnya tak lain yakni antara kata dan perbuatan sering tidak singkron. Siapa yang menduga, pada akhirnya ia harus berhubungan dengan KPK.
Kini, ucapan yang disampaikan Juliari sekitar satu tahun lalu seperti kata mutiara kosong belaka. Juliari mendadak terlibat kasus korupsi dana bansos bagi korban Covid-19 untuk warga Jabodetabek.Â
Berdasarkan jumpa pers di Gedung KPK, Jakarta, (6/12/2020), ketua KPK Firli mengungkapkan bahwa total akumulasi dana sebesar 17 miliar diuganakan Juliari untuk keperluan pribadinya.
Krisis Integritas
Antara ucapan dan perbuatan saat ini terasa sulit untuk direalisasikan. Tak jarang orang telah menyampaikan sesuatu, akan tetapi pada realitanya ia melakukan yang sebaliknya. Berbeda dikarenakan adanya gagasan baru yang lebih baik sehingga merubah yang awalnya dikatakan mungkin tak masalah, namun bagaimana ketika yang tejadi bukan demikian. Sungguh, bukan sesuatu yang kita harapkan.
Berkenaan dengan hal ini, khususnya bagi para pemimpin, merupakan hal yang begitu penting. Karena ada hubungan kepercayaan antara pemimpin dan rakyat. Banyak dari pemimpin yang tak lagi dipercaya oleh warganya.Â
Mulai dari lingkup bawah, yakni yang berada di lingkup RT, hingga yang berada di pemerintahan pusat. Kata-kata mereka dan janji-janji hanyalah ilusi. Ada istilah 'krisis intregritas' yang disandarkan kepada seorang pemimpin. Bagaimana mau memimpin, warga ketika integritas mulai lenyap dari diri seorang pemimpin?
Menurut Henry Cloud, integritas adalah upaya untuk menjadi orang yang utuh dan terpadu di setiap bagian diri yang berlainan, yang bekerja dengan baik dan menjalankan fungsinya sesuai dengan apa yang telah dirancang sebelumnya. Menjadi seorang pemimpin memang tidaklah mudah. Ada banyak kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin.Â
Diantaranya ialah kompetensi teknis, sosial, strategi, dan kompetensi etika. Dari beberapa kompetensi yang telah disebutkan, etika lah yang kurang diperhatikan, atau sering dilanggar. Padahal, etika inilah yang dilihat ketika tugas dan tangggung jawab yang diemban oleh seorang pemimpin.
Belajar dari Juliari
Hasil dari intregritas diantaranya ialah, seseorang dapat berkomitmen dan menunjukkan loyalitas. Contoh sederhana dalam kehidupan sehari-hari, ketika ada janji dengan seseorang, maka haruslah ditepati. Untuk memiliki komitmen pun tak mudah, itulah yang membuat banyak yang tidak berhasil melakukannya. Ada beberapa faktor yang menyebabkan gagalnya orang dalam berkomitmen.Â
Pertama, kurang memiliki keyakinan. Sebenarnya, seseorang itu sudah yakin, namun kurang. Atau keyakinan yang dimilikinya hanya diawal saja. Maka dipastikan belum sepenuhnya yakin.
Kedua, gaya hidup. Orang yang berada diatas, kebanyakan harus menyesuaikan terhadap trend yang ada. Sehingga tak jarang, kemewahan menuntut mereka untuk hidup diatas rata-rata. Sangat jarang orang yang berada diatas, (dalam konteks ini adalah pemimpin) yang sederhana. Budaya konsumtif yang sudah melekat, menjadikan mereka terus mengejar dunia dan tidak ada kata puas.
Ketiga, ialah faktor lingkungan. Tidak kalah penting sebab, akan mempengaruhi kepribadian seseorang kedepannya. Sudah sepatutnya bagi orang ingin benar-benar sukses dalam berkomitmen untuk tidak terpengaruh keadaan buruk di sekitar, tapi berusaha keras untuk menggapai tujuannya.Â
Sebelum komitmen kepada yang lain-lain, kita harus komitmen kepada diri sendiri terlebih dahulu. Dari sini dapat diambil pelajaran bahwa, gagal dalam berkomitmen menunjukkan lemahnya integritas seseorang.Â
Termasuk kasus yang menimpa Mensos Juliari, itu merupakan tindakan yang selain membuatnya tak lagi berintegritas, orang lain juga akan dirugikan. Pastaslah ketika ada usulan bahwa hukuman mati merupakan hukuman setimpal baginya. Sebagaimana pasal 2 Ayat (2) UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang telah diubah menjadi UU Nomor 20 Tahun 2001.Â
Diperkuat ketika negara sedang dalam keadaan bahaya dan terjadinya bencana alam nasional, hingga negara dalam keadaan krisis ekonomi dan krisis moneter. Dr. Mohammad Nasih menyatakan bahwa hukuman mati atas koruptor bansos layak dijatuhkan.Â
Bukan sekadar membuat jera yang lain, tetapi karena pelaku korupsi bansos itu telah mematikan masa depan banyak orang. Harapan kita persoalan ini, yakni krisis integritas yang seolah-olah terus membayangi negeri ini dapat segera terselesaikan.