Mohon tunggu...
Khairul Ikhsan
Khairul Ikhsan Mohon Tunggu... Selamat datang di media masa seputar perkembangan ilmu pengetahuan

Disini kita akan membahas terkait dengan perkembangan ilmu pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Pengaruh Gentle Parenting terhadap Regulasi Emosi Anak dalam Jangka Panjang

27 Februari 2025   09:19 Diperbarui: 27 Februari 2025   09:19 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gentle parenting adalah pendekatan pengasuhan yang menekankan empati, komunikasi terbuka, dan disiplin positif. Alih-alih menggunakan hukuman fisik atau verbal, pendekatan ini berfokus pada pemahaman emosi anak serta mengajarkan cara mengelola perasaan mereka dengan sehat. Regulasi emosi merupakan kemampuan individu untuk mengenali, memahami, dan mengontrol reaksi emosional mereka terhadap situasi tertentu. Dalam jangka panjang, kemampuan ini berpengaruh besar terhadap kesejahteraan psikologis dan keberhasilan sosial anak.

Penelitian telah menunjukkan bahwa lingkungan pengasuhan yang mendukung memiliki dampak signifikan terhadap regulasi emosi anak. Menurut studi yang dilakukan oleh Eisenberg et al. (2004), anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan yang penuh kasih sayang dan empati lebih mampu mengendalikan emosi mereka dibandingkan dengan mereka yang sering mengalami hukuman keras. Kemampuan ini berperan penting dalam kehidupan sosial dan akademik mereka, terutama dalam menghadapi tekanan dan tantangan.

Gentle parenting membantu anak mengembangkan kesadaran emosi dengan memberikan ruang bagi mereka untuk mengekspresikan perasaan mereka tanpa takut dihakimi atau dihukum. Orang tua yang menerapkan pendekatan ini cenderung bertindak sebagai fasilitator, membantu anak memahami dan mengatasi emosinya secara sehat. Penelitian yang dilakukan oleh Gottman et al. (1996) menunjukkan bahwa anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan di mana emosi mereka divalidasi cenderung lebih mampu mengelola stres dan memiliki hubungan sosial yang lebih baik.

Dalam jangka panjang, anak yang terbiasa dengan pendekatan gentle parenting memiliki tingkat kecemasan yang lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang diasuh dengan pola otoriter atau permisif. Studi oleh Morris et al. (2007) menunjukkan bahwa anak-anak yang mendapatkan dukungan emosional dari orang tua mereka lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami gangguan kecemasan dan depresi saat remaja dan dewasa.

Salah satu prinsip utama gentle parenting adalah menghindari hukuman fisik dan verbal yang dapat berdampak negatif pada regulasi emosi anak. Menurut penelitian Gershoff (2013), anak-anak yang sering menerima hukuman fisik lebih cenderung menunjukkan perilaku agresif dan mengalami kesulitan dalam mengendalikan emosi mereka. Sebaliknya, pendekatan yang berbasis empati dan komunikasi membantu anak mengembangkan keterampilan mengatasi konflik tanpa kekerasan.

Gentle parenting juga berkontribusi terhadap perkembangan empati anak. Ketika anak dibesarkan dalam lingkungan yang penuh kasih sayang dan dihargai emosinya, mereka lebih mungkin untuk mengembangkan pemahaman yang lebih dalam terhadap perasaan orang lain. Studi oleh Zahn-Waxler et al. (2001) menunjukkan bahwa anak-anak yang mendapatkan pengasuhan suportif lebih cenderung menunjukkan perilaku prososial seperti berbagi, menolong, dan memahami perspektif orang lain.

Pola asuh yang menekankan pada komunikasi terbuka juga membantu anak membangun strategi koping yang sehat. Alih-alih menekan atau mengabaikan emosi mereka, anak yang dibesarkan dengan gentle parenting belajar untuk mengenali dan mengatasi stres dengan cara yang lebih adaptif. Menurut Compas et al. (2001), anak-anak yang memiliki keterampilan koping yang baik lebih mampu menghadapi tekanan akademik dan sosial tanpa mengalami dampak negatif yang signifikan.

Selain berdampak pada kesejahteraan emosional, gentle parenting juga mempengaruhi cara anak berinteraksi dengan lingkungan sosial mereka. Anak yang dapat mengatur emosinya dengan baik lebih mungkin untuk menjalin hubungan yang positif dengan teman sebaya dan orang dewasa di sekitar mereka. Penelitian oleh Denham et al. (2003) menunjukkan bahwa regulasi emosi yang baik berhubungan dengan keterampilan sosial yang lebih tinggi dan lebih sedikit masalah perilaku di sekolah.

Ketika anak memasuki masa remaja, kemampuan regulasi emosi yang dikembangkan sejak dini menjadi semakin penting. Masa remaja sering kali penuh dengan tantangan emosional, seperti tekanan akademik, perubahan sosial, dan pencarian identitas diri. Studi oleh Steinberg dan Morris (2001) menunjukkan bahwa remaja yang memiliki keterampilan regulasi emosi yang baik lebih mampu menghadapi tantangan ini dengan cara yang sehat, seperti mencari dukungan sosial atau menggunakan strategi pemecahan masalah yang konstruktif.

Gentle parenting juga memiliki dampak terhadap hubungan anak dengan orang tua dalam jangka panjang. Anak yang tumbuh dengan pola asuh yang penuh empati cenderung memiliki hubungan yang lebih dekat dan harmonis dengan orang tua mereka, bahkan setelah mereka dewasa. Menurut penelitian oleh Aquilino (1997), individu yang memiliki hubungan yang positif dengan orang tua mereka sejak kecil lebih mungkin untuk tetap berhubungan dekat dengan keluarga mereka di masa dewasa.

Dalam dunia akademik, regulasi emosi yang baik juga berkontribusi terhadap kesuksesan anak. Anak-anak yang mampu mengendalikan emosinya lebih mudah berkonsentrasi, mengatasi frustrasi, dan menyelesaikan tugas dengan lebih baik. Studi oleh Blair dan Razza (2007) menunjukkan bahwa regulasi emosi yang baik berhubungan dengan pencapaian akademik yang lebih tinggi, terutama dalam mata pelajaran yang membutuhkan keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah.

Keuntungan lain dari gentle parenting adalah kemampuannya dalam mengajarkan anak bagaimana menghadapi konflik secara konstruktif. Ketika anak diajarkan untuk mendiskusikan masalah mereka daripada bereaksi secara impulsif, mereka lebih mampu menyelesaikan konflik dengan cara yang sehat. Studi oleh Kochanska et al. (2001) menunjukkan bahwa anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang mendukung lebih cenderung mengembangkan kontrol diri yang baik dan menghindari perilaku agresif.

Selain itu, gentle parenting membantu anak menghindari dampak negatif dari stres berkepanjangan. Anak yang tumbuh dalam lingkungan yang penuh tekanan atau sering mendapatkan hukuman keras lebih berisiko mengalami gangguan stres pascatrauma (PTSD) dan gangguan kecemasan lainnya. Menurut studi oleh Shonkoff et al. (2012), stres yang berlebihan pada masa kanak-kanak dapat mempengaruhi perkembangan otak dan meningkatkan risiko masalah kesehatan mental di kemudian hari.

Dalam konteks sosial yang lebih luas, gentle parenting juga berkontribusi terhadap pembentukan masyarakat yang lebih damai dan empatik. Ketika anak-anak dibesarkan dengan cara yang menghargai emosi dan mengajarkan penyelesaian konflik tanpa kekerasan, mereka cenderung membawa nilai-nilai tersebut ke dalam kehidupan mereka sebagai individu dewasa.

Tantangan dalam menerapkan gentle parenting terletak pada konsistensi dan kesabaran yang dibutuhkan. Tidak semua orang tua memiliki akses ke sumber daya atau dukungan yang cukup untuk menerapkan metode ini dengan efektif. Namun, dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya kesehatan mental anak, semakin banyak orang tua yang berusaha untuk mengadopsi pendekatan ini dalam pengasuhan mereka.

Ke depan, penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk mengeksplorasi bagaimana gentle parenting berkontribusi terhadap perkembangan anak dalam berbagai konteks budaya dan sosial. Faktor-faktor seperti latar belakang ekonomi, pendidikan orang tua, dan lingkungan sosial dapat mempengaruhi efektivitas metode ini.

Secara keseluruhan, gentle parenting menawarkan pendekatan pengasuhan yang berfokus pada pengembangan regulasi emosi anak dengan cara yang sehat dan positif. Dengan mengajarkan anak bagaimana memahami dan mengelola emosi mereka, pendekatan ini membantu mereka berkembang menjadi individu yang lebih resilien, percaya diri, dan memiliki hubungan sosial yang lebih baik.

Meskipun ada tantangan dalam penerapannya, manfaat jangka panjang gentle parenting menjadikannya sebagai salah satu metode pengasuhan yang layak dipertimbangkan bagi orang tua yang ingin mendukung perkembangan emosional anak mereka secara optimal.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun