Dalam dunia akademik, regulasi emosi yang baik juga berkontribusi terhadap kesuksesan anak. Anak-anak yang mampu mengendalikan emosinya lebih mudah berkonsentrasi, mengatasi frustrasi, dan menyelesaikan tugas dengan lebih baik. Studi oleh Blair dan Razza (2007) menunjukkan bahwa regulasi emosi yang baik berhubungan dengan pencapaian akademik yang lebih tinggi, terutama dalam mata pelajaran yang membutuhkan keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah.
Keuntungan lain dari gentle parenting adalah kemampuannya dalam mengajarkan anak bagaimana menghadapi konflik secara konstruktif. Ketika anak diajarkan untuk mendiskusikan masalah mereka daripada bereaksi secara impulsif, mereka lebih mampu menyelesaikan konflik dengan cara yang sehat. Studi oleh Kochanska et al. (2001) menunjukkan bahwa anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang mendukung lebih cenderung mengembangkan kontrol diri yang baik dan menghindari perilaku agresif.
Selain itu, gentle parenting membantu anak menghindari dampak negatif dari stres berkepanjangan. Anak yang tumbuh dalam lingkungan yang penuh tekanan atau sering mendapatkan hukuman keras lebih berisiko mengalami gangguan stres pascatrauma (PTSD) dan gangguan kecemasan lainnya. Menurut studi oleh Shonkoff et al. (2012), stres yang berlebihan pada masa kanak-kanak dapat mempengaruhi perkembangan otak dan meningkatkan risiko masalah kesehatan mental di kemudian hari.
Dalam konteks sosial yang lebih luas, gentle parenting juga berkontribusi terhadap pembentukan masyarakat yang lebih damai dan empatik. Ketika anak-anak dibesarkan dengan cara yang menghargai emosi dan mengajarkan penyelesaian konflik tanpa kekerasan, mereka cenderung membawa nilai-nilai tersebut ke dalam kehidupan mereka sebagai individu dewasa.
Tantangan dalam menerapkan gentle parenting terletak pada konsistensi dan kesabaran yang dibutuhkan. Tidak semua orang tua memiliki akses ke sumber daya atau dukungan yang cukup untuk menerapkan metode ini dengan efektif. Namun, dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya kesehatan mental anak, semakin banyak orang tua yang berusaha untuk mengadopsi pendekatan ini dalam pengasuhan mereka.
Ke depan, penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk mengeksplorasi bagaimana gentle parenting berkontribusi terhadap perkembangan anak dalam berbagai konteks budaya dan sosial. Faktor-faktor seperti latar belakang ekonomi, pendidikan orang tua, dan lingkungan sosial dapat mempengaruhi efektivitas metode ini.
Secara keseluruhan, gentle parenting menawarkan pendekatan pengasuhan yang berfokus pada pengembangan regulasi emosi anak dengan cara yang sehat dan positif. Dengan mengajarkan anak bagaimana memahami dan mengelola emosi mereka, pendekatan ini membantu mereka berkembang menjadi individu yang lebih resilien, percaya diri, dan memiliki hubungan sosial yang lebih baik.
Meskipun ada tantangan dalam penerapannya, manfaat jangka panjang gentle parenting menjadikannya sebagai salah satu metode pengasuhan yang layak dipertimbangkan bagi orang tua yang ingin mendukung perkembangan emosional anak mereka secara optimal.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI