Mohon tunggu...
I Ketut Guna Artha
I Ketut Guna Artha Mohon Tunggu... Insinyur - Swasta

Orang biasa yang suka kemajuan

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Viral Farel dan Perjalanan Hobby Saya

30 Agustus 2022   01:47 Diperbarui: 30 Agustus 2022   01:55 913
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika anak-anak muda Indonesia yang masih memiliki rentang waktu yang panjang sangat membutuhkan perhatian khusus dalam pengembangan SDM, sementara generasi saya masih menyisakan waktu yang terbatas untuk produktif.

Namun bukan berarti tidak punya kesempatan untuk tetap produktif untuk terus mengupgrade pengetahuan, mengasah intuisi dalam menganalisa berbagai persoalan dan mengembangkan kreatifitas.

Lepas dari "anak band" saat SMA, saya dulu waktu kuliah hanya aktif di salahsatu unit kegiatan mahasiswa, Taekwondo, tidak ikut organisasi mahasiswa. Kalaupun ikut hanya menjelang pemilihan ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) saja. Tapi begitu krisis 1998 terpanggil untuk ikut turun ke jalan namun tidak ambil "podium" karena yang ada dipikiran saya saat itu hanya "saatnya Orde Baru tumbang", tak lebih dari itu.

Setelah Orde Baru tumbang, saya harus segera kembali siapkan diri untuk memperbaiki beberapa nilai mata kuliah (IPK nya agar tidak bikin malu) dan menyiapkan skripsi agar segera menjadi Sarjana Teknik.

Sementara rekan-rekan aktifis yang ambil panggung saat itu akhirnya pada Pemilu 1999 ada yang menjadi anggota DPRD, lalu Wakil Gubernur, anggota KPUD, KPID dan jabatan publik lainnya. Tahun 1999 akhirnya saya melewati ujian skripsi dengan nilai A dan diwisuda tahun 2000. Lalu berbekal ijazah Sarjana Teknik Sipil, Universitas Udayana (Unud) pada tahun 2001 merantau ke Jakarta tanpa jaringan alumni.

Dan saya sadar akan berhadapan berkompetisi dengan alumni ITB, ITS, UI, UGM, Undip, Unair, UNIBRAW dan kampus ternama lainnya apalagi saat itu masih terdampak krisis moneter 1998 yang membuat sektor konstruksi melakukan restrukturisasi pekerja/karyawan secara besar-besaran.

Maka harapan menjadi profesional di BUMN karya tahun 2001 harus pupus dan tahun itu adalah tahun yang pertama sekaligus yang terakhir saya melamar pekerjaan. Maka pilihannya adalah harus mandiri (wirausaha). Lalu bagaimana memulainya? Tentu sebagai orang "daerah" pertama harus saya lakukan adalah dengan mengenal Jakarta dan membangun jaringan (networking).

Maka saya mengawalinya nyemplung di organisasi pemuda internal Hindu yakni Peradah (Perhimpunan Pemuda Hindu) DKI Jakarta lalu Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Jakarta Barat. Terjun dalam dunia organisasi pemuda saya maknai untuk proses peningkatan kapasitas, belajar leadership dan membangun networking tentunya.

Yang menarik sambil mengarap proyek Rumah Tinggal pada tahun 2003 saya pernah punya pengalaman menjadi pengajar di Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Bung Karno (UBK). Ditugaskan mengajar mata kuliah Aplikasi Komputer pada Rekayasa Sipil kepada mahasiswa Teknik Sipil angkatan pertama di UBK.

Ya.... barangkali saat itu otak saya masih lumayan bisa coding bahasa program Fortran dan menguasai aplikasi SAP90 dan Autocad. Namun karena tidak disediakan beasiswa untuk kuliah S2 maka saya memilih mengundurkan diri dari UBK pada tahun 2005. Saya berterimakasih kepada Ketua Jurusan, Ibu Nina Restina saat itu yang pernah memberi kesempatan mengaplikasikan ilmu saya namun saya memutuskan memilih menjadi "praktisi" dan ikut sertifikasi keanggotaan Persatuan Insinyur Indonesia (PII). Sehingga untuk gelar profesi saya boleh pakai Insinyur.

Dalam dunia organisasi "pergerakan" pada prosesnya dan pada masanya saya pernah mengemban tugas sebagai Ketua Peradah DKI Jakarta (2007-2010), Sekjen DPN Peradah (2009-2012), Wakil Ketua KNPI DKI Jakarta (2006-2012) dan Ketua DPP KNPI (2011-2014) hingga menghantarkan Kongres Pemuda di Papua tahun 2015.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun