Mohon tunggu...
Ika Sunarmi
Ika Sunarmi Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Penulis

Ketika sebuah karya selesai ditulis, maka pengarang tak mati. Ia baru saja memperpanjang umurnya lagi. (Helvy Tiana Rosa)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kelabu di Atas Pelangi

23 November 2020   12:28 Diperbarui: 23 November 2020   12:34 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

 Kamar Melati 63, diliputi suasana duka. Sebuah ruangan kelas eksekutif di sebuah rumah sakit ternama. Di kamar itu, Via hanya berdiri di sudut ruangan tanpa melakukan apa-apa. Dia hanya bisa memperhatikan orang-orang yang sedang berduka.

Di sana dia melihat mamanya dan beberapa orang temannya. Di sana juga ada  Rofi, kekasihnya. Tapi sejak berada di sana tak seorang pun yang menyapanya. Via merasa aneh. Apalagi semua orang yang di sana sedang menangis di samping tubuh yang terbujur kaku, berselimut kain putih.

Siapakah yang meninggal? Vianbertanya-tanya sendiri. Dengan diliputi rasa penasaran akhirnya Via bertekad untuk menghampiri mereka dan bertanya tentang semua ini.

"Ma, kenapa mama menangis. Siapa sih ma yang meninggal, kok mama sedih banget," tanya Via setelah berada di dekat mamanya.

Tapi tak ada jawaban dari mama. Bahkan mama pun tak menghiraukan  pertanyaanya. Mama terlalu sibuk menangis.

"Kenapa sih kok mama nggak jawab pertanyaan Via?" Via mengulangi lagi  pertanyaannya. Tapi tetap saja  tak  ada  jawaban  dari  mama.  Tetap  saja  mama  tak  menghiraukannya.

Karena  kecewa  tidak  mendapatkan  jawaban  dari  mama,  Via  mendekati  Rofi  dan  mengajukan  pertanyaan  yang  sama.  Dan  jawaban  yang  diperolehnya  pun  sama.  Rofi  juga  tak  menghiraukannya.  Rofi pun  ikut-ikutan  mengacuhkannya.

  Tak  mendapat  jawaban  dari  mama  dan  Rofi  tak  membuat  Via  putus  asa.  Dia  berniat  mendekati  Elis,  sahabatnya  yang  saat  itu  juga  berada  di sana. Tapi  melihat  Elis  yang  juga  sedang  menangis  dalam  pelukan  Tevo,  kekasihnya,  Via pun  mengurungkan  niatnya.  Walaupun  Via  nekat  bertanya  pastilah  jawabannya  sama  seperti  yang  diberikan  mama  dan  Rofi.

"Kenapa sih nggak ada yang dengerin Via. Kalian semua udah nggak sayang lagi sama Via. Kenapa nggak ada yang mau perhatiin Via. Kalian udah nggak nganggep Via lagi ya? Karena jengkel tidak ada yang memperhatikannya Via malah berteriak-teriak.

Via merasa semakin aneh. Dia sudah berteriak sampai serak tapi tetap saja tak ada seorang pun yang menghiraukannya. Via menjadi sedih. Rasanya pingin nangis tapi Via nggak bisa nangis air matanya kering.

Mungkin mereka terlalu larut dalam suasana hingga tak menghiraukan Via. Mereka tidak menyadari kalau Via bersama mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun