Zara meraih undangan pernikahan berdesain anggun yang tergeletak di meja kerjanya. Matanya sibuk mengikuti lengkung-lengkung rangkaian huruf centeria nan indah bertinta perak yang menghias lembar undangan beraroma bunga melati itu. Satu persatu, keempat sahabatnya telah mendahuluinya duduk di pelaminan. Sebuah ketukan dipintu membuat tangannya menutup undangan berwarna merah marun itu dengan segera.
Seorang wanita muda berjalan pelan menghampiri mejanya sambil memegangi perutnya yang membuncit. Zara tersenyum lalu beranjak untuk menyongsong wanita anggun berbalut busana bernuansa pink itu.
***
Zara menggelengkan kepalanya berkali-kali.
"Please Za, untuk kali ini saja. Aku gak akan minta bantuan kamu kalau gak terpaksa. Kamu tega melihat wanita hamil ini hilir mudik kesana kemari mengurus banyak hal?"
"Bila kamu merasa repot, mengapa tidak kamu tolak saja. Atau serahkan saja ke Vivi, asisten kamu itu."
Nita merengut. "Aku gak mungkin nolak Za, Klien kita ini..."
"Kita?"
"Eh maksudku, klien aku ini adalah sepupunya Gery. Terus apa yang kamu katakan tadi? Menyerahkan kepada Vivi? Dia itu orang baru, lagipula aku ingin memberikan yang terbaik untuk kerabat suami ku."
Zara diam.
"Dan hanya kamu yang bisa melakukannya Za." Â Ekspresi Nita tampak memelas, Zara bergeming.