Belang hitam putih itu adalah representasi dari jeruji penjara sekaligus untuk mempermudah pencarian pihak berwenang bila sang kriminal melarikan diri.Namun, beberapa abad kemudian, si belang-belang tak melulu menggambarkan penyimpangan dan keburukan namun berubah menjadi sesuatu yang lebih positif. Â
Hal ini ditandai dengan keluarnya Undang-undang tahun 1858 di Perancis tentang seragam angkatan laut. Seragam yang dikenal dengan 'matelot' atau 'marinire' ini memiliki 21 garis horizontal yang merupakan perwakilan dari jumlah pertempuran yang dimenangkan oleh Napoleon Bonaparte.
Pola garis-garis ini pun diyakini membuat para pelaut lebih mudah dilihat dalam gelombang laut yang ampul-ampulan.
Kaos belang-belang yang dikenal dengan sebutan breton itu akhirnya diproduksi secara lokal dan masal dengan bahan dasar wol dan katun. Gaya ini pun lalu diadopsi oleh seluruh pelaut di seluruh wilayah Perancis Utara sampai akhirnya dilirik oleh perancang legendaris, Â Coco Chanel.
Dan tibalah si belang-belang di puncak kejayaannya dengan menghasilkan kekerenan demi kekerenan setelah dikenakan oleh sang pelukis kubisme, Pablo Picasso dan filsuf perancis, Jean Paul Sartre.
Setelah itu Hollywood pun mulai diguncang oleh motif belang, ditandai dengan rilisnya film "The Wild One" yang dibintangi oleh Marlon Brando.  Aktris Audrey Hepburn, Marilyn Monroe  dan Brigette Bardot pun ikut mempopulerkan pakaian bermotif belang ini di tahun 60-an.Â
Andy Warhol merupakan seniman  yang hobi memakai pakaian bertema belang-belang. Akan halnya The Ramones, band punk ini menyukai si belang dalam balutan jaket kulit mereka yang ikonik.
Bagaimana dengan di Indonesia?
Motif belang-belang ditemukan di beberapa daerah di nusantara salah satunya adalah pada pakaian khas Madura yang dikenal dengan nama sakera. Â Sakera sendiri terdiri dari baju dan celana hitam longgar serta kaos belang merah putih atau hitam putih.
Kaos belang pada sakera menggambarkan sikap tegas dan semangat juang yang tinggi dari orang-orang Madura.
Selain sakera, motif belang-belang pun ditemukan pada baju lurik yang kerap digunakan oleh orang-orang di daerah Jawa Tengah dan Yogyakarta. Lurik yang dulunya merupakan pakaian para bangsawan itu asal katanya dari bahasa jawa yaitu lorek yang berarti lajur, belang, atau garis.
