Mohon tunggu...
Ika Maya Susanti
Ika Maya Susanti Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas dan pemilik blog https://www.blogimsusanti.com

Lulusan Pendidikan Ekonomi. Pernah menjadi reporter, dosen, dan guru untuk tingkat PAUD, SD, dan SMA. Saat ini menekuni dunia kepenulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sesosok Gadis dalam Cermin Air

15 Mei 2022   10:49 Diperbarui: 15 Mei 2022   10:52 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: dokumen pribadi, taken by Luluk Nuraziza

"Hahaha..." gadis itu tergelak, dan di sinilah aku yakin bahwa aku memang mengenalnya. Ya, aku kenal betul dengan pecahan tawa membahana itu!

"Baiklah, sekarang semua orang mengaku mengenalku. Sekarang aku tanya, apa yang kau kenal dariku?" todongnya memberi tanya.

"Kau gadis yang tak pernah mengenal duka. Namamu adalah Bahagia!"

Di sisa-sisa tawanya yang menyurut, ia mengayun-ayunkan kepala, tubuh, dan kedua kakinya. Aku menajamkan telinga. Tak ada musik yang kudengar. Tapi ada alunan tak nyata yang telah membuatnya berayun santai. Aku mulai ingat siapa gadis ini sesungguhnya.

"Engkau adalah sosok yang selalu memberi cinta meski kepada orang lain yang mungkin akan memberimu dinding batu yang sangat dingin," lanjutku setelah sukses menggali memori.

Kini di pada tawanya yang mulai sulit aku kais, bening kristal kembali bergulir dari pelupuk matanya.

"Tapi kau tak pernah mengenalku yang selalu mencoba sekuat tenaga membangun sebuah taman penuh dengan bunga beraneka rupa dan aroma. Kau tak pernah tahu betapa aku kerap harus membereskan taman yang kerap porak poranda. Kau tak pernah tahu seperti engkau yang tak pernah peduli akan semua usahaku itu."

Ombak air dari mata air yang memerah menelusup ke arah mataku. "Dan kau serta semua orang tak pernah tahu saat aku kemudian harus hadir menjadi hantu yang sungguh tak kuinginkan sebagai rupaku dalam kebahagiaan tanpaku yang telah aku ikhlaskan. Aku dan kesendirianku yang tak ingin aku harapkan kerap menjadi sesuatu yang membuat banyak orang murka. Aku sudah berjalan sendiri tanpa mengusik kebahagiaan yang telah meninggalkanku. Tapi mengapa aku masih harus disalahkan atas sebuah ketidakbahagiaan yang tercipta bukan karena salahku?"

Kini, aku kembali lupa siapa gadis di hadapanku. Seperti saat sebelumnya, saat air mata itu menetesi lautan, aku kembali amnesia akan siapa ia sesungguhnya.

"Siapa engkau?" tanyaku.

"Ah, kau memang tidak mengenalku. Jadi percuma aku harus bercerita siapa aku pada orang yang tak mengetahuiku. Yakinlah, lara ini bukan sebuah sajian yang menyenangkan untuk disukai," ujarnya pada akhirnya lalu beranjak pergi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun