Keberanian berbicara apa adanya bukan soal ego, tapi soal tanggung jawab.
Jika tak ada yang berani berkata jujur, maka kebijakan akan disusun di atas asumsi yang salah, dan organisasi akan berjalan dalam kabut kepura-puraan.
Mungkin sudah saatnya kita berhenti membiarkan "manis" menggantikan "benar".
Sudah saatnya memulihkan arti profesionalisme. Bukan sebagai kemampuan berkata sopan, tapi kemampuan berkata jujur dengan hormat.
Gula Tak Selalu Diperlukan
Saya sering berpikir, mungkin tidak semua orang yang menebar gula itu jahat. Banyak yang melakukannya karena sistem membuat mereka takut. Tapi jika kita terus memelihara budaya ketakutan ini, siapa yang akan tersisa untuk berkata jujur?
Organisasi yang sehat tidak butuh pemanis buatan.
Ia butuh vitamin kejujuran. Kadang rasanya pahit, tapi menyehatkan.
Dan di tengah dunia kerja yang kian sibuk memproduksi kata manis, mungkin kita butuh lebih banyak orang yang berani berkata:
"Maaf, saya tidak akan menabur gula hari ini. Mari kita bicara apa adanya."
Karena pada akhirnya, yang membuat kita dihormati bukanlah seberapa pandai kita memuji, tapi seberapa tulus kita peduli.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI